Karier Jaap Stam bersama Manchester United memang terbilang pendek. Ia hanya bermain selama tiga musim dan membuat 127 penampilan saja. Meski begitu, perekrutan Stam saat itu terbilang vital karena ia berhasil menjadi pengganti Gary Pallister yang ketika itu harus hengkang karena termakan usia.

Pada 12 Agustus kemarin, United merayakan 19 tahun perekrutan mantan pemain nasional Belanda ini. Dalam tulisannya di situs resmi klub, ia menceritakan pengalamannya ketika memutuskan bergabung dengan Setan Merah. Ketika itu, United bahkan sudah mendekati dirinya enam bulan sebelum musim 1997/1998 selesai.

“Musim sebelum saya bergabung (1997/1998), agen saya menelepon saya dan memberi tahu kalau United berminat membawa saya ke Inggris. Pada saat itu, saya belum siap untuk melangkah ke karier lebih tinggi. Pertama saya ingin membangun diri di Belanda dan di PSV dan menjadi pemain internasional. Setelah itu saya baru bisa berpikir untuk ke United.”

Baca juga: Jaap Stam: Manchester United 1999 adalah Tim Terbaik yang Pernah Saya Bela

Stam sangat bimbang ketika mendengar ada tawaran muncul dari klub terbaik Eropa seperti United. Apalagi ia baru dua musim memperkuat PSV setelah pindah dari Willem II. Ia pun masih menunggu kontrak baru dari PSV sebelum akhirnya ia menyerah karena United masih menjadikan dirinya sebagai target utama.

“Enam bulan kemudian saya mengetahui kalau mereka (United) masih mengincar saya. Mereka juga masih berhubungan dengan agen saya. Ketika itu, saya mulai terpikir untuk melangkah ke jenjang berikutnya.”

“Nama United begitu besar di Belanda. Untuk mendapatkan kesempatan bermain dengan tim tersebut maka kamu harus meraihnya dengan kedua tangan karena dalam sepakbola kamu tidak selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Anda bisa jadi penggemar klub itu tapi belum tentu mereka mau merekrut Anda. Terkadang butuh sedikit keberuntungan dan seperti kasus saya. Saya senang mereka mau datang lagi untuk saya.”

Baca juga: Jaap Stam: Saya Pergi Bukan Karena Fergie

Meski begitu, langkah United untuk mendapatkan Stam bukannya tanpa rintangan. Salah satunya datang dari pemilik PSV, Harry van Raaij. Ketika itu, Harry menginginkan uang 15 juta paun dari United. Jumlah tersebut terbilang cukub besar mengingat transfer termahal dunia saat itu berada di kisaran 19 juta paun atas nama Ronaldo Nazario de Lima. Setelah negosiasi yang alot, United akhirnya resmi mendapatkan Stam di angka 10,5 juta paun sekaligus menjadikannya sebagai pemain Belanda termahal saat itu.

“Saya bersemangat untuk pergi ke sana dan bergabung dengan mereka. Hanya satu keinginan saya yaitu sukses. Saya tidak ingin mereka telah sia-sia mengeluarkan banyak uang untuk saya.”

Stam memang patut untuk khawatir. Kesepakatan antara PSV dan United berlangsung sebelum Piala Dunia 1998 digelar. Itu berarti, dirinya akan menjadi sorotan dari para pendukung Setan Merah apakah Stam benar-benar layak untuk mengawal lini pertahanan mereka.

Baca juga: Kisah Jaap Stam, Bek Terbaik yang Menghadirkan Penyesalan

“Kesepakatan sudah terjadi sebelum Piala Dunia. Saya merasakan tekanan yang begitu luar biasa karena sekarang mereka tahu kalau saya adalah bek paling mahal di dunia. Jadi orang-orang melihat permainan saya. Beruntung kami bisa melaju sampai semifinal meski keinginan kami adalah melangkah hingga babak final.”

Segala keresahan Stam perlahan menghilang ketika ia melangkah untuk pertama kalinya di kota Manchester. Ia mendapati banyak pemain yang begitu ramah kepadanya. Persoalan bahasa dan kultur tidak menjadi soal karena dalam skuad Ferguson saat itu ada sosok Jordi Cruyff. Anak dari Johan Cruyff ini yang kemudian membantu Stam seperti berkeliling stadion, menunjukkan jalan di sekitar klub dan menerjemahkan segala perkataan ke dalam bahasa Belanda mengingat Stam belum bisa berbahasa Inggris.

Stam butuh beberapa minggu untuk bisa merasa kerasan di Manchester United. Setelah beberapa kali sesi latihan, ia akhirnya mendapatkan debut pertamanya berseragam merah saat United melawan Arsenal dalam Charity Shield 1998. Meski saat itu mereka kalah 0-3 namun Stam mengingat debutnya saat itu sebagai pertandingan yang berkesan untuknya.

Baca juga: Jaap Stam dan Warisan Kepelatihan di United

“Ketika saya bersiap untuk debut saya, hal itu memberikan perasaan yang luar biasa. Menggunakan baju United, melihat sekeliling, dan melihat pemain lain di tim Anda memberikan pengalaman yang luar biasa. Butuh waktu bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan permainan, tim, dan lawan. Tetapi setelah beberapa minggu semua orang tahu ceritanya.”

Ya, semua orang sudah tahu ceritanya. Stam perlahan tumbuh menjadi bek terbaik Premier League. Bermain dalam 51 pertandingan, mematenkan satu tempat reguler di pos bek tengah bersama Ronny Johnsen, serta masuk dalam PFA Team of the Year musim 1998/99 menjadi torehan yang ia buat pada musim pertamanya. Prestasi terbaik tentu saja ketika di akhir musim ia membantu United meraih tiga gelar. Tiga gelar bersejarah yang menjadi torehan terbaik klub sepanjang sejarah.