Foto: Lancashire Telegraph

Hanya dua hari setelah membawa Manchester United menjuarai Piala FA, Louis van Gaal mendapat kabar yang cukup menyesakkan. Ia dipecat oleh Setan Merah yang lebih memilih Jose Mourinho. Keberhasilan membawa United meraih trofi Piala FA pertama sejak musim 2003/2004 seperti tidak dihargai oleh manajemen yang tetap tidak puas dengan kinerjanya.

“Terima kasih saya berikan kepada Sir Alex Ferguson dan Sir Bobby Charlton yang selalu membuat saya dan keluarga saya merasa diterima selama saya bekerja sebagai manajer Manchester United,” kata Van Gaal dalam surat perpisahannya.

Pria berkebangsaan Belanda ini dikontrak oleh United selama tiga musim. Di sisa satu musim kontraknya, ia didepak. Menyakitkan memang untuk seorang pelatih yang telah memenangi banyak gelar menerima vonis seperti itu, apalagi Van Gaal sudah mati-matian untuk serius di Piala FA sebagai upaya untuk menyelamatkan kariernya.

Van Gaal dendam dengan perlakukan United. Ia kemudian mengkritik United yang ia anggap lebih fokus kepada bisnis ketimbang sepakbola. Selain itu, ia juga menyalahkan performa United di era David Moyes yang menyebabkan incarannya, Matts Hummels, tidak mau datang ke kota Manchester. Nama United sudah dicap buruk dalam pikiran Van Gaal.

Baca juga: 8 Februari 2015: Van Gaal Berang Karena Bola Panjang

Menilai kinerja Van Gaal di Manchester United memang penuh dengan perdebatan. Sulit untuk menyebutnya sukses, namun tidak pantas juga melabeli kata gagal kepadanya. Posisi Van Gaal ada di tengah-tengah antara kedua sisi tersebut.

“Saya kecewa karena tidak bisa menyelesaikan rencana tiga tahun yang kami niatkan. Saya percaya bahwa dasar-dasarnya sudah berada di tempat yang tepat untuk membuat klub bergerak ke depan dan bahkan mencapai kesuksesan yang lebih hebat dari sebelumnya,” tuturnya.

Van Gaal dikontrak tiga tahun untuk membangkitkan United yang sebelumnya terpuruk di tangan David Moyes. Keberhasilan membawa Belanda meraih posisi tiga pada Piala Dunia 2014 menjadi alasan mengapa namanya dipilih ketimbang pelatih lainnya yang juga menjadi incaran. Ia dibebani target untuk meningkatkan prestasi United secara bertahap dan membangun fondasi yang bagus berdasarkan dengan keinginannya.

Para pendukung Iblis Merah juga memiliki harapan yang sama. Van Gaal dikenal dengan permainan bola-bola pendek dari kaki ke kaki. Formasi 3-5-2 yang menjadi andalannya bisa diimplementasikan dengan baik selama pra musim. Rasa optimis para penggemar perlahan meningkat karena permainan timnya jauh lebih baik dibanding Moyes.

Baca juga: Louis van Gaal di Manchester United (1): Filosofi yang Tidak Bekerja

Ia berhasil melakukan itu. United dibawa kembali ke Liga Champions setelah finis pada urutan keempat. Tidak hanya peringkat, mental tim berangsur-angsur pulih. Hal ini terlihat dari penampilan Setan Merah yang mulai membaik menghadapi tim-tim papan atas. Manchester derby dan North-West Derby berhasil dimenangkan oleh Van Gaal.

Yang patut diapresiasi dari kehadiran Van Gaal adalah bagaimana rajinnya ia untuk mengorbitkan talenta muda. Jesse Lingard, yang hampir terbuang, mendapatkan banyak kesempatan. United bisa saja tidak akan pernah mengetahui kalau ada pemain penuh talenta yang bernama Marcus Rashford. Dari 13 pemain yang debut dibawah arahannya, tujuh mencicipi 10 pertandingan bersama United.

Akan tetapi, Van Gaal tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebiasaan buruk yang terkadang membuat para penggemar United marah dan kecewa terhadap dirinya. Kebiasaan buruk ini yang kemudian membawanya ke pintu keluar stadion Old Trafford.

Baca juga: Louis van Gaal di Manchester United (2): Muda Tapi Tidak Berbahaya

Transfer yang Mubazir dan Pemain Muda yang Tidak Istimewa

Van Gaal disambut dengan dana 250 juta pound (4,89 triliun rupiah) di masa kepelatihannya. Dana besar ini kemudian dipakai untuk membeli pemain mahal. Nama-nama seperti Marcos Rojo, Ander Herrera, Memphis Depay, Anthony Martial, Morgan Schneiderlin, dan Angel Di Maria didatangkan. Ia juga meminjam Radamel Falcao dari AS Monaco sebagai tambahan di lini depan.

Ada 13 pemain yang didatangkan, namun yang sering ia mainkan hanya Luke Shaw dan Anthony Martial. Sisanya jarang diberikan kesempatan meski harganya cukup mahal. Bahkan Martial pun diminta untuk bermain melebar dan lebih mementingkan Rooney sebagai striker utama meski performanya saat itu sudah menurun.

Kesia-siaan lainnya adalah terkait Angel Di Maria dan Memphis Depay. Dua pemain ini diharapkan mampu menjadi pemain andalan United memanfaatkan kecepatannya dalam menyisir sisi sayap. Akan tetapi, oleh Van Gaal mereka justru dimainkan sebagai striker dan second striker. Hingga kepindahannya, tidak ada kontribusi positif yang bisa diberikan.

Sebaliknya, Van Gaal menjual pemain yang menjadi ikon klub. Robin Van Persie dijual karena performanya habis karena cedera, Nani dan Rafael dilepas karena Van Gaal tidak suka kepada pemain yang terlalu banyak dribel.

Selain transfer mubazir, pemain muda yang diorbitkan juga tidak banyak yang sukses. Hanya Lingard, Rashford, Andreas Pereira, dan Fosu Mensah saja yang masih bertahan di skuad utama. Sementara nama-nama macam Paddy McNair, Tyler Blackett, dan Cameron Borthwick-Jackson perlahan mulai meredup.

Baca juga: Louis van Gaal Sindir Manchester United (Lagi)

Penguasaan Bola yang Membosankan

Jose Mourinho dianggap memiliki taktik yang membosankan oleh para pendukung United. Namun jika membandingkan siapa yang lebih membosankan antara Mourinho dan Van Gaal, maka Van Gaal lebih buruk dibanding Mourinho.

Van Gaal cukup sukses membawa United menjadi tim dengan penguasaan bola tertinggi setiap musimnya. Akan tetapi, hal ini tidak diimbangi dengan ketajaman para pemainnya di depan gawang. Terlalu fokus pada penguasaan bola membuat ia lupa kalau sepakbola adalah soal gol. Musim keduanya, United hanya membuat 49 gol yang merupakan rekor paling sedikit sepanjang sejarah mereka di Premier League.

Miskinnya produktivitas United tidak sebanding dengan kualitas para pemain depan yang mereka punya. Anthony Martial, Wayne Rooney, dan Radamel Falcao tidak terlalu tajam karena berbagai alasan. Dalam beberapa pertandingan, Van Gaal memilih memainkan Fellaini sebagai ujung tombak sebelum datangnya Marcus Rashford.

Sikap yang Kurang Ramah dan Tidak Optimis

Ketika Ole Gunnar Solskjaer pertama kali datang menangani United, satu hal yang ia tanamkan adalah rasa optimis kepada para penggemarnya. Hal ini yang tidak dilakukan oleh tiga manajer sebelumnya termasuk Louis Van Gaal. Dia yakin kalau pola 3-5-2 dan filosofinya akan membawa timnya berhasil. Namun hal ini tidak diikuti dengan pendekatan personal antara dirinya dengan para penggemar United.

Setelah hanya menempati peringkat kelima dengan permainan yang membosankan, Van Gaal justru menyebut para penggemar United mempunyai harapan yang terlalu tinggi kepada timnya. Ia justru menyalahkan cedera para pemain yang membuat ia mengorbitkan para pemain muda.

“Tim ini masih dalam tahap transisi. Harapan mereka terlalu tinggi. Mereka bilang sebuah klub seperti United harus menang. Itu masa lalu. Harapan mereka terlalu banyak,” kata Van Gaal.

Latar belakang Van Gaal yang keras juga membuat situasi latihan lebih mirip kuburan. Tidak ada senyuman yang mengembang diantara pemain. Yang ada justru ketegangan. Metodenya pun terbilang membosankan. Salah satu yang dikritik adalah meminta para staf untuk memasang CCTV agar ia bisa memantau para pemainnya dan tidak ada pemberian satu hari libur kepada para pemainnya.

***

Louis Van Gaal memiliki dua sisi dalam perjalanannya bersama Manchester United. Ia sukses meneruskan tradisi tim dengan meraih gelar dan mengorbitkan pemain muda. Ia bahkan berhasil membujuk David De Gea untuk bertahan di United hingga sekarang. Tetapi ia juga dibenci karena sikap dan taktiknya yang membosankan di atas lapangan.

Pada hari Senin kemarin, Louis Van Gaal memutuskan untuk pensiun dari dunia sepakbola. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ia berikan kepada United, perjalanannya selama dua musim bersama Manchester United tetap harus diapresiasi. Beberapa pemain United yang diorbitkan olehnya seperti Lingard, Rashford, Herrera, dan Shaw, menjadi penggawa United pada musim ini.