Foto: Talksport

Kita semua tentu sudah tahu kalau Gary Neville dikenal sebagai sosok yang begitu membenci scouser, yaitu orang-orang yang berasal dari Liverpool. Mantan bek kanan legendaris Setan Merah ini memang secara terang-terangan membenci hal-hal berbau Liverpool yang merupakan rival langsung United sepanjang sejarah mereka di sepakbola Inggris.

Ia pernah mengaku belum pernah pergi ke Liverpool kecuali berurusan dengan sepakbola. Bahkan ia sempat marah kepada Ryan Giggs ketika mantan rekan setimnya tersebut kerap berlibur ke sana. Bahkan ketika ia kalah taruhan dengan Jamie Carragher dan mengharuskan dirinya memakai kaus Liverpool dalam acara Monday Night Football, Gary sebisa mungkin mempertahankan rasa bencinya kepada si merah dengan memilih mengenakan jersey secara terbalik.

Namun sebenci-bencinya ia kepada juara bertahan Liga Champions tersebut, Gary tetap menyimpan kengerian tersendiri terhadap mereka. Lagi-lagi soal performa skuad asuhan Jurgen Klopp tersebut yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Bahkan tidak sedikit yang menyebut kalau cepat atau lambat mereka akan menjadi juara Liga Inggris untuk pertama kalinya sejak 1990.

Bangkitnya Liverpool seolah menjadi penyebab dari segala kesulitan yang terjadi di mantan klubnya. Dalam enam musim terakhir, Setan Merah hanya difokuskan mencari stabilitas dan terus menerus dibuat berlindung di balik tameng bernama transisi. Hal ini yang membuat ia selalu sulit menerima ketika diberi tugas menyaksikan Liverpool menang saat ia bertugas menjadi pundit di Sky Sports.

“Liverpool telah menandatangani tiga striker berharga 30 juta paun dan kini mengubah masing-masing dari mereka menjadi striker berharga 150 juta paun. Dulu mereka tidak sebagus itu, namun sekarang luar biasa. Ini tim yang bagus sekarang dan sangat menyakitkan bagi saya ketika harus menonton pertandingan mereka,” tuturnya.

Liverpool sendiri saat ini melaju sendirian di puncak klasemen Premier League 2019/2020. Tiga laga selalu diakhiri dengan kemenangan. Yang terakhir, mereka menang telak 3-1 melawan Arsenal. Mereka jelas tidak ingin mudah kehilangan poin lagi layaknya musim lalu yang membuat mereka gagal meraih gelar juara karena dipisahkan sebiji poin saja.

Ucapannya ini membuat Gary jadi sasaran troll di media sosial Twitter. Beberapa penggemar Liverpool tertawa ketika melihat mantan legendanya tersebut seolah mengakui kehebatan mereka saat ini. Bahkan tidak sedikit penggemar The Reds yang mulai meyakini kalau Gary perlahan-lahan mulai menyukai Liverpool.

Keresahan kakak kandung Phil Neville ini sebenarnya sudah muncul sejak beberapa musim lalu. Ketika Liverpool melaju sendirian dan sempat memimpin 7 poin, ia takut kalau di akhir musim Jordan Henderson yang akan mengangkat piala. Kesuksesan Liverpool seolah memberikan ketakutan tersendiri bagi dirinya.

“Saya khawatir ketika melihat mereka bermain. Sebagai penggemar United, kami punya prinsip kalau siapa pun boleh juara asal jangan Liverpool. Saat mereka nyaris menjadi juara pada 2014, saya harus datang ke sana (Anfield) tiga jam lebih awal. Hal itu saya lakukan karena saya tidak mau melihat ada perayaan yang berlangsung di luar stadion,” tuturnya pada September 2018 lalu.

Bahkan ketika Liverpool melaju ke final Liga Champions pada 2018 lalu, Gary sudah bernazar akan pergi ke tempat yang tidak memiliki sinyal selama beberapa hari jika mereka menjadi juara dan United kalah dari Chelsea pada final Piala FA. Beruntung, hal itu urung dilakukan karena Liverpool kalah dari Real Madrid meski United juga ikut-ikutan kalah pada waktu yang berbeda.

“Musim ini (2017/2018) bisa menjadi musim neraka bagi kami (Manchester United). City menjuarai liga dengan selisih 19 poin dan mendapat dua piala. Jika Liverpool menjuarai Liga Champions dan kami kalah dari Chelsea pada final Piala FA, jujur saya akan pergi ke tempat yang tidak memiliki sinyal Wi-FI dan telepon sama sekali. Ada beberapa penggemar United yang sudah berkoordinasi dengan saya untuk pergi ke Amazon pada tanggal 27 Mei,” ujarnya.

Sebelum mereka menjuarai Liga Champions musim lalu, Gary sempat kesal karena selalu disodorkan salam lima jari ketika bertemu dengan para penggemar Liverpool. Hal itu sempat membuatnya marah dan meminta United untuk mengejar perolehan gelar juara mereka. Alih-alih mengejar, jarak piala Liga Champions United dengan Liverpool justru melebar.

Meski fobia terhadap kesuksesan Liverpool, namun Gary masih berusaha untuk optimis. Ia memang tidak yakin kalau United akan juara Liga Champions lagi, namun ia sempat berujar kalau United akan juara Premier League sebelum Liverpool akan meraihnya. Namun optimisme tersebut jelas tidak bisa menutup keresahannya.