Selain kekalahan mereka menghadapi West Brom, pekan lalu muncul satu lagi kabar kurang mengenakkan yang menerpa kubu Manchester United. Jika tim utama mereka dikalahkan tim juru kunci, maka tim reserves mereka justru dipastikan terdegradasi dari Premier League 2. Kabar ini seolah menjadi ironi mengingat beberapa hari sebelumnya adik mereka di U18 menjadi juara Premier League U18 Zona Utara.

Hasil imbang 1-1 menghadapi Manchester City di hari Jumat tidak cukup untuk mengangkat posisi United dari urutan ke-12. Kemenangan Derby County atas West Ham United di hari yang sama membuat mereka berselisih lima poin dari Derby yang berada di peringkat ke-10. Hasil ini tentu menjadi prestasi terburuk bagi Ricky Sbragia di musim pertamanya menangani tim reserves.

Terdegradasinya tim cadangan United sebenarnya terbilang mengejutkan. Sejak konsep Premier League 2 dibuat pada 2012/2013, United adalah pemegang gelar terbanyak yaitu tiga kali. Setan Merah sendiri hanya kalah dalam dua kesempatan yaitu pada musim 2013/2014 (Chelsea), dan 2016/2017 (Everton).

Musim lalu, tim cadangan United mengakhiri kompetisi di peringkat keenam dengan meraih 6 kemenangan, 8 seri, dan 8 kalah. Pada musim ini, Joe Riley cs., hanya sanggup meraih empat kemenangan dari 21 pertandingan yang sudah dijalani.

Meski terdegradasi, tapi Kepala Pengembangan Akademi United, Nicky Butt, memilih untuk bersikap santai. Bagi salah satu jebolan Class of ’92 tersebut, terdegradasinya tim cadangan United lebih disebabkan regulasi U-23 yang bukan menjadi kegemarannya. Baginya, ajang Premier League 2 lebih tepat untuk para pemain yang berusia 21 tahun ke bawah.

“Jika Anda tidak berada di tim utama pada usia 20 atau 21 maka Anda tidak akan bisa berkembang menjadi pemain sepakbola sepenuhnya. Itulah faktanya. Saya rasa akademi United sudah berkembang pesat beberapa tahun terakhir.”

Sejak musim 2016/2017, Premier League 2 dikhususkan untuk pemain-pemain berusia di bawah 23 tahun. Sebelumnya, ajang ini hanya untuk pemain-pemain berusia di bawah 21 tahun.

Peningkatan batasan umur tersebut dilakukan agar membuat kompetisi ini menjadi lebih kompetitif. Bagi Butt, hal tersebut dirasa bertentangan karena konsep tim cadangan maupun akademi bukan untuk memenangkan sebuah pertandingan tetapi untuk mengembangkan kemampuan pemain itu sendiri.

Butt mengambil contoh beberapa pemain yang naik tingkat ke tim utama United sudah melompati tahapan dengan tidak mencicipi persaingan tim U-23. Nama-nama seperti Marcus Rashford, Scott McTominay, hingga Angel Gomes, adalah contoh yang tenaganya mulai digunakan di tim utama meski dari segi usia mereka bisa bermain di tim cadangan.

“Kami diharapkan untuk mengembangkan pemain untuk Manchester United dengan membawa mereka (McTominay, Rashford, Gomes) langsung ke tim utama. Itulah mengapa akademi saya katakan berkembang sangat pesat. Alat pengembangan pemain yang paling utama ada di bawah usia 18 tahun. Sementara sebagian besar pemain 23 tahun kami sudah terpencar karena faktor lain.”

Butt sendiri menginginkan tim U-23 hanya diisi oleh lima pemain yang rutin berlatih bersama tim utama, lima pemain nantinya akan dipinjamkan ke klub lain, dan sisanya akan dibantu oleh pemain-pemain usia 18 tahun. Hal ini sudah terlihat apabila kita melihat pemain yang berada pada skuad Ricky Sbragia saat ini.

Musim ini, hanya empat pemain yang sudah menginjak usia 20 tahun atau lebih di skuat U-23 Setan Merah. Sisanya masih berada di usia 19 atau bahkan 18 tahun yang baru menjalani tahun pertamanya bersama tim U-23.

Sementara itu beberapa pemain andalan U-23 sedang memasuki masa peminjaman bersama klub lain macam Demetri Mitchell, Regan Poole, dan penjaga gawang Dean Henderson. Sementara sisanya sudah naik ke tim utama seperti Axel Tuanzebe dan Joel Castro Pereira. Hal ini sesuai dengan keinginan Nicky Butt yang menginginkan para pemain akademi tidak berlama-lama ada di tim U-23.

Sumber: BBC, Telegraph, ESPN