Guillermo Varela mungkin tidak mencatatkan tinta emas dalam sejarah Manchester United. Akan tetapi, ia menandai sebuah era. Varela adalah rekrutan pertama The Red Devils setelah era Sir Alex Ferguson.

Lantas, bagaimana kisahnya dan mengapa ia gagal di United?

Hadiah Fergie dan Kesalahan vs Liverpool

Varela saat itu masih berusia 20 tahun. Ia didatangkan dari Penarol, Uruguay. Varela sendiri dianggap sebagai “hadiah” perpisahan dari Fergie. Soalnya, Varela sebelumnya trial dulu di masa-masa terakhir Fergie. Kesepakatan pun sudah rampung sebelum Moyes menjabat sebagai pelatih.

Fergie melihat bakat dalam diri Varela. Ia dianggap punya potensi untuk menjadi fulbek kanan yang bagus. Namun, dari tiga manajer United selanjutya, Varela tak pernah mendapatkan tempat.

“Aku masih sangat muda jadi sulit untuk datang ke Manchester United dan mencoba untuk main di usia 20 tahun. Aku bukan Rashford,” kata Varela pada 2019 kepada The Sun.

Selama setahun di United, Varela tak main sekalipun di tim utama. Ia lalu dipinjamkan ke Real Madrid Castilla pada September 2014. Ia ditangani oleh Zinedine Zidane yang waktu itu masih menjadi pelatih tim cadangan. Di sana, ia sempat berlatih bersama tim utama.

“Aku berlatih dua atau tiga kali seminggu dengan tim utama. Itu luar biasa. Dengan Cristiano, Karim Benzema, Gareth Bale juga. Aku berbicara dengan Cristiano tentang Manchester United. Chicharito (Hernández) pindah pada waktu yang sama denganku. Kami tinggal terpisah tetapi dia sangat membantu,” kenang Varela.

Di Castilla, Varela main di 33 laga. Peminjamannya terbilang sukses. Ini yang membuat Louis van Gaal memberinya kesempatan. Ia pun diturunkan di total 11 laga bersama tim utama United.

Kesempatan ini faktor utamanya karena Matteo Darmian mengalami cedera. Ia sempat memberi asis buat Marcus Rashford dalam laga leg kedua Europa League di babak 16 besar. Permainan bagus ini membuatnya kembali diturunkan di babak 16 besar melawan Liverpool.

Namun laga ini menjadi jawaban mengapa kariernya mandek di United. Varela adalah alasan mengapa gawang United kebobolan di leg kedua tersebut. Ia dilewati dengan mudah oleh Phillipe Coutinho yang kemudian mencetak gol. Di pertengahan babak, ia pun digantikan Antonio Valencia, dan kariernya di United usai.

Mimpi Main untuk United

Varela memang diganti, tapi ia tidak kecewa. Ia menikmatinya dengan memainkan 11 laga buat The Red Devils.

“Aku memainkan satu laga di Liga Champions, aku main di Europa League. Bermain untuk Manchester United sungguh luar biasa. Tentu saja, itu adalah sebuah impian,” kata Varela.

Ini wajar mengingat United adalah klub favorit Varela, melebihi Real Madrid dan Barcelona. Salah satu alasannya karena Diego Forlan pernah main buat United.

“Jadi buat seorang pemain dari Uruguay, adalah sebuah mimpi untuk bisa bermain bersama Manchester United. Dia (Forlan) adalah pahlawanku.”

“Tetapi aku harus bermain lebih banyak. Di Manchester United, bermain hanya satu atau dua pertandingan dalam sebulan bukanlah hal yang baik. Aku harus bermain di setiap pertandingan dan di Manchester United itu sulit.”

Usai Van Gaal dipecat, nasib Varela tak juga berubah. Ia lebih banyak main buat tim akademi. Pengganti Van Gaal, Jose Mourinho, sempat menurunkannya di laga persahabatan melawan Wigan. Akan tetapi, ia tak diajak dalam tur United ke Cina. Beberapa saat kemudian, ia dipinjamkan ke Eintracht Frankfurt.

Cedera Parah dan Ironi Tato

Di Frankfurt, jumlah penampilannya tak kunjung membaik. Padahal, usianya sudah 23 tahun. Sialnya, di laga ketiga buat klub Bundesliga tersebut, ankle-nya cedera. Ia harus dioperasi dan sebuah baut dipasang ke dalam kakinya. Ini yang jadi alasan peminjamannya di Frankfurt tak berjalan sesuai rencana.

Ada kisah yang tak kalah ironis. Ia masih merasakan sakit akibat cederanya itu. Varela lantas dibedah. Setelahnya, ia tak diturunkan di final DFB Pokal. Namun, bukan karena cederanya, tapi karena terinfeksi akibat tattoo di tubuhnya. Jadi, saat cedera, ia menato tubuhnya dan ia mengalami peradangan di lengannya. Gara-gara ini, Frankfurt menghukumnya dan mengembalikannya ke United.

Varela sendiri bingung mengapa ia dihukum gara-gara tato. Ia merasa namanya jadi tercemar. Padahal, di Madrid ada Sergio Ramos yang menato tubuhnya setiap pekan.

“Aku tidak bisa menjelaskan mengapa aku dihukum begitu berat, dan aku bukan satu-satunya pemain profesional Eintracht yang membuat tato sebelum final, tapi cuma aku yang disalib karena melawan manajer,” terang Varela.

Kenapa ditato? Karena ia ingin mengulangi apa yang terjadi di final Piala FA 2016. Sebelum laga, ia dan sejumlah pemain menato tubuhnya lalu United menang. “Kini aku ingin mengulanginya karena itu memberikan kami begitu banyak keberuntungan bersama Manchester,” ujar Varela.

Sementara itu, Direktur Olahraga Frankfurt, menyebut kalau klub tak bisa menoleransi pemain yang tak mengikuti instruksi.

“Ada kemerahan di sekitar tempat dia membuat tato, dan terbentuk lepuh yang berarti dia tidak bisa berlatih. Kami sudah memikirkan perpanjangan pinjaman. Tapi itu tidak akan terjadi. Dia akan segera diskors.”

Tato itu sendiri sebenarnya digambar tiga bulan sebelum final, tepatnya saat ia masih cedera. Akan tetapi, manajer Frankfurt, Niko Kovac, tak menghendaki Varela menambah tato. Namun, alasan Kovac tidak kuat: Varela harus menghormati para pemain dan staf.

Soal tatonya yang kemerahan, Varela menyebut karena tato itu baru dibuat sepekan sebelumnya. Sehingga, masih terdapat peradangan di tangannya.

Keluar dari United dan Pujian untuk Mourinho

Varela tidak menyesal tak diperpanjang masa peminjamannya bersama Frankfurt. Setelah kembali ke United, ia pun bicara dengan Jose Mourinho soal masa depannya dan apa yang terbaik untuknya.

“Dia sangat tulus padaku. Dia mengatakan kepadaku bahwa waktu bermainku akan sedikit sehingga keputusanku adalah pergi. Seorang pemain perlu bermain dan itulah yang aku cari di Frankfurt,” kata Varela.

Pada musim panas 2017, Varela pun kembali ke Penarol. Ia mengaku banyak belajar dari bagaimana Mourinho melatih; di mana bola selalu ada di pusat latihan.

“Hubungannya sangat baik dan aku terkejut. Mungkin aku mengharapkan karakternya ketika dia berhadapan dengan pers, tapi bukan itu masalahnya.”

“Dia selalu bertanya bagaimana perasaan semua orang, tidak membuat perbedaan antara Rooney atau pemain yang baru datang. Dia selalu bercanda dan memastikan dia memiliki hubungan yang baik antara semua orang dan dirinya sendiri.”

Kembalinya Varela ke Penarol konon untuk menenangkan dirinya. Apalagi, pengalamannya di Eropa tidaklah bagus. Ia pun diperlakukan dengan buruk di Frankfurt.

Sejumlah penggemar menyayangkan kepergian Varela. Apalagi, ia sukses main bagus bersama Penarol sebelum kembali ke Eropa pada Januari 2019. Varela bergabung bersama FC Copenhagen dan tak menutup kemungkinan kembali ke Old Trafford di masa depan.

Varela pada 2024 ini sudah berusia 31 tahun. Ia masih punya waktu untuk kembali ke United meski kini ia sudah kembali ke Amerika Latin bersama Flamengo. Varela sendiri mendapatkan ketenangan juga kejayaan usai pergi dari United. Ia dua kali juara Liga Uruguay bersama Penarol dan juara Liga Denmark bersama Copenhagen. Pada 2022 lalu, ia merengkuh trofi Copa Libertadores bersama Flamengo.

Nos vemos de nuevo, Varela.

Sumber: Manchester Evening News