Timothy Fosu-Mensah akhirnya kembali muncul di susunan 11 pemain utama Fulham pekan lalu, setelah tak pernah masuk starting line-up sejak 5 November setahun silam. Pertandingan tersebut merupakan starting line-up pertama bagi pemain berkebangsaan Belanda tersebut, setelah ia mencetak gol bunuh diri saat kalah dari Huddersfield di John Smith Stadium.
Dalam pertandingan tersebut, Fosu-Mensah bermain buruk. Lima menit setelah mencetak gol bunuh diri, ia dikartu kuning setelah melanggar pemain lawan dengan sengaja. Sebelum babak kedua dimulai, Manajer Fulham, Slavisa Jokanovic menariknya keluar. Namun, tak ada yang bisa dilakukan Fulham karena ketika wasit meniupkan peluit tanda pertandingan usai, Fulham kalah 0-1 berkat gol bunuh diri Fosu Mensah.
Kehadiran manajer baru Fulham, Claudio Ranieri, tidak mengubah apapun untuk Fosu-Mensah. Ia tetap dicadangkan dan hanya bermain dua kali dalam dua bulan terakhir ini, yakni ketika Fulham kalah 1-4 dari Arsenal dengan bermain 34 menit, dan kalah 0-2 dari Crystal Palace dengan bermain 28 menit.
Jelas ini bukanlah sesuatu yang diharapkan ketika pemain berusia 21 tahun ini dipinjamkan ke Craven Cottage di awal musim. Awalnya, Fosu-Mensah diharapkan bisa melanjutkan tren positif setelah musim sebelumnya juga dipinjamkan ke Crystal Palace.
Apa yang terjadi pada Fosu-Mensah menjadi hal yang familiar buat para pemain muda United yang dipinjamkan. Cuma Dean Henderson yang main bagus di Sheffield United dan Axel Tuanzebe yang main bagus di Aston Villa sebelum cedera menerjangnya. Selain mereka, tidak ada pemain yang benar-benar bisa memberikan masa depan cerah di Manchester United.
Baca juga: Penampilan Gemilang Dean Henderson Bersama Sheffield United
Hal ini kian membingungkan setelah pemain akademi seperti James Garner, Angel Gomes, Tahith Chong, dan Mason Greenwood, dipromosikan di era Ole Gunnar Solskjaer. Menjadi bingung karena andai mereka sulit bersaing, maka hampir tak ada tempat untuk mereka. Di sisi lain, klub biasanya akan meminjamkan mereka ke klub lain untuk waktu yang tak terbatas. Berbeda dengan misalnya, Tom Cleverley, yang jadi pilihan utama Sir Alex Ferguson, atau Marcus Rashford yang langsung menghentak dengan mencatatkan berbagai rekor dalam debutnya.
Baca juga: 20 Maret 2016: Rekor Ketiga Marcus Rashford
Sementara itu, pemain lain macam Cameron Borthwick-Jackson memang menjadi pemain inti di Scunthorpe United. Akan tetapi, di usia 22 tahun, agaknya ia sudah kelewat terlambat untuk bersinar. Apalagi Scunthorpe saat ini tengah berjuang di zona degradasi di League One. Ia pun dianggap tak akan punya masa depan panjang di United.
Sementara James Wilson, yang kini berusia 23 tahun, gagal memberikan kesan yang bagus dalam peminjamannya di Aberdeen. Ia pun dipastikan meninggalkan United pada musim panas ini. Sementara Demetri Mitchell justru mengalami cedera dalam peminjamannya di Hearts. Matty Willock sendiri kini bermain di kesebelasan divisi empat, Crawley Town, setelah diputus peminjamannya oleh St Mirren pada Desember tahun lalu.
Jurnalis Manchester Evening News, Tyrone Marshall, menyebut bahwa diperlukan perkembangan signifikan dari para pemain pinjaman agar bisa dilirik tim utama. Atau, kalau mereka bermain biasa-biasa saja, bukan tidak mungkin mereka akan selalu dipinjamkan setiap musimnya.
United memang bukan kesebelasan yang paling banyak meminjamkan pemain. Namun, United tak seperti rivalnya yang punya pemain bermasa depan cerah tapi masih dipinjamkan untuk mendapatkan lebih banyak menit bermain. Sebut saja Tammy Abraham yang dipinjamkan Chelsea ke Aston Villa, atau Reiss Nelson yang dipinjam Hoffenheim dari Arsenal.
Para pemain bermasa depan cerah ini tak melulu mesti masuk tim utama kalau tujuannya untuk profit. Peminjaman pun dilakukan agar mereka tetap bertanding meski klub belum membutuhkan jasanya. Ketika ia bermain bagus di tempat peminjaman, akan hadir pula kesebelasan peminat untuk membeli mereka secara permanen.
“Buat pemain berusia 20 tahun yang berharap mendapatkan posisi di Old Trafford, peminjaman ke kesebelasan League One atau League Two akan mendapatkan dampak yang kecil. Kepindahan itu (ke League One atau League Two) harusnya terjadi setidaknya semusim sebelumnya kalau United mau memaksimalkan peminjaman,” tulis Manchester Evening News.
Jadi memang sudah bukan masanya pemain berusia 22 tahun dipinjamkan ke kesebelasan Divisi Empat. Mereka setidaknya harus bermain di kompetisi utama di liga top Eropa, misalnya di Bundesliga ataupun Serie A. Karena kalau mereka tak bisa menghadirkan dampak buat tim di Divisi Empat, lantas apa yang bisa mereka lakukan untuk Manchester United?
Sumber: Manchester Evening News