Foto: Mirror.co.uk

Laga Manchester United melawan Arsenal, pada perempat final Piala FA musim 2010/2011, tampaknya menginspirasi Mourinho dalam pemilihan pemain dalam laga United menghadapi Southampton, Sabtu (1/12) kemarin. Pada pertandingan itu, Sir Alex Ferguson menurunkan tujuh pemain bertahan dengan tiga di antaranya bermain di lapangan tengah.

Pada pertandingan melawan Southampton, Mourinho memodifikasi sedikit pola yang dibuat Fergie tersebut. Ia memilih untuk memainkan lima gelandang dengan dua di antaranya dimainkan sebagai bek tengah, dua sebagai penghalau serangan, dan satu berperan sebagai playmaker.

Jika eksperimen yang dibuat Fergie berbuah manis dengan kemenangan, maka tidak dengan eksperimen Mourinho. Setan Merah hanya bermain imbang 2-2 dengan penampilan yang kembali menunjukkan kalau tim ini tidak layak untuk berada di papan atas pada musim ini.

Mimpi buruk United sudah dimulai saat mengetahui kalau Chris Smalling dan Eric Bailly cedera secara berjemaah. Hanya ada Phil Jones yang bisa dimainkan. Jadilah, Mourinho menurunkan dua bek tengah dadakan yaitu Nemanja Matic dan Scott McTominay. Keputusan yang mengingatkan penulis pada saat Sir Alex menjadikan Michael Carrick dan Darren Fletcher sebagai center back delapan tahun lalu.

Keputusan ini tidak berjalan dengan baik. Matic justru menjadi penyebab proses gol pertama dari Stuart Armstrong. Maksud hati ingin menutup ruang tembak Nathan Redmond, ia justru membuka lebar pertahanannya yang bisa dimanfaatkan Armstrong.

Tujuh menit kemudian, Cedric menggandakan keunggulan melalui sepakan bebas. Eksekusinya memang sangat bagus, tetapi yang mengherankan adalah yang melakukan pelanggaran sebelum tendangan bebas ini adalah Marcus Rashford. Entah kemana dua poros ganda (Fellaini-Herrera) yang seharusnya bisa menetralisir serangan Soton?

Respons United sebenarnya sangat baik. Hanya dalam tempo enam menit, dua gol bisa mereka buat lewat Romelu Lukaku dan Ander Herrera. Untuk nama pertama, gol ini memutus puasa gelar yang sudah berlangsung sejak September. Akan tetapi, harapan untuk melihat Lukaku mencetak gol lagi sirna dan dia kembali menjadi pemain bola dengan tubuh pemain UFC.

Dua gol yang dibuat United berasal dari kreativitas Rashford. Sempat membuat kesal melalui tembakan ke angkasa yang ia lakukan, Rashford kemudian membayarnya dengan dua asis ciamik yang memberikan satu poin kepada United.

Jalannya laga pun sesuai dengan perkiraan saya pada tulisan sebelumnya. Saya memprediksi kalau laga ini akan mempertontonkan kelemahan kedua tim dalam hal bertahan dan betapa borosnya lini depan mereka dalam membuang-buang peluang.

Southampton sebenarnya punya peluang besar untuk menang. Mereka menciptakan 16 tembakan di laga kemarin. Dua gol yang mereka ciptakan bahkan berasal dari dua tendangan pertama yang didapat. Jika mereka bisa lebih efektif, maka bukan tidak mungkin mereka bisa meraih tiga poin pertama mereka di kandang.

Selebihnya mereka tidak terlalu istimewa. Mereka hanya mengandalkan kecepatan Redmond dan Yan Obafemi. Sisi sayap mereka pun yang hidup sebenarnya hanya satu yaitu sisi kanan yang diisi Jan Valery.

United pun demikian. Belakang mereka begitu amburadul dan mudah sekali untuk ditembus. Lini depan mereka tidak bisa membantu satu sama lain. Kebiasaan lama yaitu gampang kehilangan bola kembali diulang. Dalam laga ini, 31 kali mereka kehilangan penguasaan bola dengan mayoritas terjadi di lini tengah. Sosok Pierre Emile Hobjerg dan Mario Lemina memang cukup merepotkan United pekan ini.

Kemana Paul Pogba?

Beruntung Manchester United bisa mencuri satu poin. Kalau tidak ada Rashford maka mereka nampaknya tidak bisa mencetak gol. Paul Pogba yang dibebankan tugas sebagai playmaker juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebaliknya, ia seperti menjadi titik masalah United. 14 dari 31 kali Manchester United kehilangan bola berasal dari kakinya. Bahkan satu dari sekian banyak bola yang hilang dari kaki Pogba, nampaknya menjadi olok-olok di dunia maya. Ada di mana sebenarnya Pogba yang beberapa bulan lalu mengangkat Piala Dunia?

Entah apa yang menyerang Pogba di laga kemarin. Begitu mudahnya pergerakan pemain Prancis ini ditutup oleh para pemain Soton. Hal ini memaksa salah satu dari Matic maupun McTominay naik membantu serangan sekaligus meringankan kerja Pogba. Bahkan jumlah umpan dari McTominay jauh lebih banyak dibanding Pogba.

***

Pembahasan laga ini terbilang sangat sedikit. Hal ini dikarenakan United kembali mengulang kesalahan yang mereka lakukan di laga melawan Crystal Palace. Di sisi lain, serangan Soton pada babak kedua juga lebih banyak berasal dari sepakan luar kotak penalti. Hanya 45 menit pertama saja yang berjalan menarik. Sisanya datar-datar saja.

Baca juga: Jose Mourinho: Kami Kalah Karena Kesalahan Kami Sendiri

Satu hal yang pasti, satu poin ini tampaknya memberikan vonis kalau musim ini tidak ada lagi gelar juara Premier League untuk United. Empat besar pun tampak jauh dari harapan. Hanya Liga Champions dan Piala FA saja yang bisa diincar. Tetapi mengharapkan United memenangi dua ajang itu nampak mustahil jika mainnya masih seperti ini.

Saat saya selesai menulis tulisan ini, kolom mention akun twitter United penuh dengan hujatan. Ada yang meminta Mourinho out, Ed Woodward out, beberapa pemain untuk out, dan ada yang mengharapkan baik Mou, Ed, dan beberapa pemainnya out secara bersamaan. Entahlah apa yang akan mereka lakukan mengingat tengah pekan nanti, United akan menjamu Arsenal.

Bukan tidak mungkin, United akan kembali kehilangan poin melawan Meriam London sehingga posisi mereka semakin terbenam di papan tengah. Eh, tetapi bukankah Ed pernah bilang kalau katanya United baik-baik saja dan tidak ada masalah? Kalau begitu, klub ini tampaknya sudah di setting sebagai kesebelasan yang hanya mengincar finis di posisi 10 besar.