Foto: The Sun

“Your job now is to stand by the new manager.”

Begitulah ucapan Ferguson sebelum berpisah dengan para pendukung Manchester United setelah 26 setengah tahun melatih Setan Merah. Setelah musim 2012/2013 berakhir, United akan memasuki era baru dan untuk menjalani era baru tersebut, dukungan terhadap manajer baru merupakan elemen yang sangat penting.

Pidato Fergie tersebut diiringi tepuk tangan keras dari seluruh pendukung United. Ada aura kesiapan untuk menyambut era baru tersebut. Namun dalam praktiknya, mereka menjalani dinamika hidup yang sulit sebagai penggemar Manchester United. Janji untuk mendukung manajer baru selama enam tahun, mereka hanya kuat mendukung selama 10 bulan saja.

Pada 22 April 2014, Manchester United resmi melakukan apa yang sebelumnya haram mereka lakukan yaitu memecat manajer. Moyes kehilangan pekerjaan setelah dua hari sebelumnya mencatatkan kekalahan ke-11 di Premier League melawan mantan klubnya, Everton.

“Kami ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras, kejujuran, dan integritas yang dibawa sebagai manajer,” begitulah pernyataan singkat United setelah memecat Moyes.

Rentetan hasil buruk menjadi penyebab United memutuskan kerja sama mereka dengan Moyes. Kalah 11 kali di Premier League, kalah kandang dan tandang dari Liverpool dan Man City, tersingkir pada babak tiga Piala FA dan semifinal Piala Liga, serta hanya memiliki Community Shield, trofi yang levelnya rendah dibanding tiga trofi domestik lainnya. Alih-alih optimis dengan rencana enam tahun, United memilih untuk realistis kalau Moyes tidak cocok dengan United.

“Menunjuk David Moyes adalah kesalahan terbesar kedua Sir Alex sebagai manajer United. Mereka berani menunjuk orang yang tidak memenangi piala apa pun untuk mengganti seseorang yang telah memenangkan segalanya,” kata jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst.

Ferguson mungkin kukuh kalau Moyes adalah sosok yang tepat untuk menggantikan dirinya. Namun alih-alih melihat ke sana, Ferguson mungkin bisa disebut kehabisan pilihan. Saat itu, pengganti Fergie sebenarnya berkutat pada nama-nama kelas dunia seperti Carlo Ancelotti, Pep Guardiola, Jose Mourinho, hingga Jurgen Klopp. Namun empat nama itu memiliki kendala masing-masing ketika coba diajak bergabung ke United.

“Manchester United adalah klub hebat dan saya merasa sangat akrab dengan penggemar mereka yang begitu luar biasa. Tetapi komitmen saya masih bersama Borussia Dortmund,” kata Jurgen Klopp yang dua tahun kemudian pindah ke Inggris untuk melatih Liverpool.

Banyak hal yang disebut-sebut sebagai penyebab Moyes gagal di United saat itu. Memecat staf peninggalan Fergie menjadi alasan pertama. Akan tetapi, Luckhurst bercerita kalau sedari awal Moyes tidak pernah bisa menguasai ruang ganti United yang diisi banyak pemain senior. Hal ini membuat timbul konflik antara dia dengan pemain dan salah satu yang paling terkenal saat itu adalah konflik Moyes dengan Evra. Jelang bermain di Liga Champions, Moyes marah ketika tahu Evra mengambil sandwich yang disiapkan untuk staf. Hal ini membuat Evra tersinggung dan sepanjang perjalanan ia beberapa kali menyinggung manajernya tersebut.

Luckhurst juga menyebut kalau Moyes tidak tahu keterbatasan ia sebagai pelatih yang tidak menjuarai satu gelar pun bersama Everton. Ia juga menyalahkan Fergie yang seolah-olah tidak tahu kalau Moyes memang tidak punya prestasi untuk dibanggakan.

Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic juga pernah terlibat konflik ketika diminta untuk mencontoh gaya main Phil Jagielka yang merupakan bek andalan Moyes di Everton. Sementara menurut Michael Carrick, taktik Moyes begitu sulit untuk dijalankan di atas lapangan karena kerap berganti setiap pekannya.

“Pendekatan Moyes itu sangat asing di atas lapangan. Kadang ia ingin tim bermain lebih banyak mengumpan, tapi berikutnya dia minta untuk jangan berikan bola lebih sering. Suatu ketika, ia meminta kami membuat 600 umpan karena pekan sebelumnya kami hanya membuat 400. Bagi saya, yang penting itu gol bukan umpan,” kata Rio Ferdinand dalam bukunya.

Kepada TalkSPORT, Moyes menyebut kalau dirinya menangis setelah mendengar kalau ia dipecat Manchester United. Ia kecewa karena tidak bisa menjalankan amanah Ferguson dengan baik. Moyes sendiri menyebut kalau banyak hal yang tidak bisa terwujud saat dia mengambil alih jabatan tersebut dari Ferguson. Salah satunya adalah banyaknya transfer yang tidak bisa terealisasi.

“Saya mengambil alih posisi manajer paling sukses dalam sejarah. Jabatan direktur eksekutif juga berganti dari orang yang terkenal dalam mengurus pertandingan. Jadi, saat itu ada pekerjaan baru bagi dua orang baru,” tuturnya.

“Kami mencoba mendatangkan sejumlah pemain pada musim panas lalu, tetapi manajemen tidak bisa mewujudkannya. Bukan karena mereka tidak mencoba, atau ragu-ragu, tapi segalanya memang tidak memungkinkan. Kami ingin membeli Fabregas, Bale, Kroos, dan Ronaldo. Kami hampir mendapatkan banyak nama besar.”

Meski berjalan dengan buruk, namun David Moyes masih meninggalkan sedikit hal positif bersama United. Bisa dikatakan ada tiga hal positif yang terjadi di era David Moyes yaitu pembelian Juan Mata, bersinarnya Adnan Januzaj, dan yang terakhir adalah keberhasilan mereka melaju hingga babak delapan besar Liga Champions.