Foto: Zimbio.com

Selain Sir Alex, Jose Mourinho, dan Louis van Gaal, Michael Carrick juga pernah dilatih oleh David Moyes ketika masih memperkuat Manchester United. Akan tetapi bersama mantan pelatih Everton tersebut, Carrick tidak mendapatkan satu trofi pun.

Sebaliknya, bersama Moyes, Carrick justru mendapatkan musim terburuknya bersama Setan Merah. Mereka hanya sanggup finis di urutan ketujuh dan gagal lolos ke Liga Champions Eropa untuk pertama kalinya sejak 1995. Moyes kemudian dipecat pada April 2014 atau hanya 10 bulan dari kontrak enam tahun yang diberikan pihak klub.

Beberapa pemain United diketahui sempat memiliki masalah dengan Moyes. Diantaranya adalah tiga pemain senior Setan Merah di lini belakang, Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra. Bahkan Evra diketahui bermasalah dengan Moyes hanya karena roti lapis. Meski Carrick juga termasuk pemain senior United, namun ia mengaku kalau dirinya tidak pernah ada masalah dengan mantan pelatih Real Sociedad tersebut.

“Bersama David, saya baik-baik saja. Tidak pernah ada pembicaraan buruk dengannya. Tidak pernah terpikir sebelumnya kalau kami bersama-sama akan jatuh. Dia sebenarnya datang ke klub dengan energi yang bagus dan ide-ide yang bisa meningkatkan permainan kami,” tutur Carrick dalam otobiografinya yang baru dirilis beberapa hari lalu.

Akan tetapi, Carrick mengungkapkan ada satu metode latihan Moyes yang tidak cocok dengan Manchester United. Salah satunya adalah taktik Moyes yang menekankan anak asuhnya untuk berlari jauh lebih sering dibanding ketika masih dipegang Alex Ferguson.

“Saya ingat ketika David bertemu tim untuk pertama kalinya, ia berkata kepada kami, “Saya yakin bisa membuat Anda menjadi lebih baik. Saya tahu kalian memenangi liga dengan baik pada tahun lalu dan saya menonton beberapa aksi kalian. Setelah melihat kalian, saya merasa kalau tim ini harus berlari lebih banyak.”

Taktik tersebut nyatanya tidak memberikan pengaruh apapun bagi Setan Merah. Sudah terbiasanya para pemain dilatih dengan metode sepakbola praktis ala Fergie membuat beberapa di antara mereka kesulitan menerjemahkan taktik Moyes ketika bermain di atas lapangan. Cara tersebut dinilai Carrick membuat tim cepat mengalami kelelahan yang berpengaruh pada pertandingan sesungguhnya.

“David menjalani metode latihannya dengan baik. Ia melihat apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Namun saya berpikir, taktiknya tidak tepat untuk kami. Kami bisa menjadi juara setelah tertinggal beberapa poin karena kekuatan fisik kami yang sudah dilatih sebelumnya. Kemampuan kami mencetak gol di Fergie time menunjukkan bagaimana kami bisa menjaga fisik dan mental kami.”

“Ia benar kalau jarak tempuh kami bukanlah yang terbaik dibanding tim lain. Tetapi jika Anda melihat bertahun-tahun sebelumnya, kami bisa menutup musim dengan baik meski jarak tempuh kami terbilang rendah. Bersama Sir Alex, kami tampil jauh efisien dengan bola,” tuturnya menambahkan.

Selain taktiknya yang sulit diterima, Moyes juga dianggap plin-plan dalam menentukan bagaimana United harus bermain setiap pertandingannya. Hal ini pernah dibahas juga dalam buku Rio Ferdinand berjudul #2Sides. Rio bahkan menggunakan kalimat yang lebih kritis ketika membahas mengenai masa-masa bersama Moyes.

“Pendekatan yang ia lakukan sangat asing. Kadang-kadang ia ingin kami membuat banyak umpan, tapi berikutnya kami tidak diperbolehkan memberi bola lebih sering. Ia pernah berkata, ‘Saya ingin di pertandingan kali ini kita membuat 600 umpan pertandingan. Pekan lalu kami hanya membuat 400.’ Bagi saya, siapa yang peduli soal umpan. Mencetak lima gol lebih penting dari 10 umpan.”

Meski gagal, namun Carrick tidak menyalahkan Moyes sebagai penyebab kegagalan timnya bermain baik sepanjang musim 2013/2014. Para pemain juga dirasa ada andil karena mereka adalah pemain yang harus mengerti apa keinginan pelatihnya.

“Kami (pemain) adalah orang yang patut disalahkan atas pemecatan yang ia alami. Situasinya memang membuat kami frustrasi karena apa yang kita kerjakan bertahun-tahun sebelumnya tiba-tiba hancur dalam sekejap. Namun kami tidak ingin menyalahkan orang lain. Dia (Moyes) mendapatkan pekerjaan yang berat saat itu.”

Sumber: Beetween the Lines, #2Sides