Foto: Ladbible

Sudah rahasia umum bahwa legenda Manchester United, Roy Keane, sangat lama berseteru dengan Sir Alex Ferguson. Tapi, tidak banyak orang yang tahu kalau ternyata perseteruan tersebut masih berlangsung panas hingga saat ini.

Bagaimana tidak, Keane telah menghidupkan kembali perseteruannya dengan Ferguson beberapa waktu yang lalu. Eks kapten United itu terpacu untuk mengkritik Ferguson dengan ucapan-ucapan yang lumayan menggelitik hati. Selain itu, ia juga membahas pertikaiannya yang muncul 14 tahun lalu, dan menghilangkan rasa bangganya kepada Fergie meski ia tahu bahwa mantan pelatihnya itu telah membantunya meraih tujuh gelar Premier League selama kariernya di Old Trafford.

Roy Keane, dalam sebuah interview yang juga dihadiri oleh mantan rekannya di United, Gary Neville, mengatakan bahwa dirinya tidak akan memaafkan Sir Alex Ferguson atas apa yang telah ia perbuat kepadanya. Ia pun menjelaskan jika apa yang dibicarakan Fergie kepada media tentangnya adalah omong kosong belaka.

“Saya tidak akan memaafkan Ferguson. Media memutar pembicaraan saya, dan bagaimana saya tampaknya membuat marah semua orang. Padahal itu semua adalah omong kosong. Saya tidak peduli apakah (yang berbicara) itu adalah Alex Ferguson atau Paus sekalipun. Karena, Anda harus membela diri,” tutur Roy Keane kepada Off The Ball.

“Orang-orang berbicara tentang manajemen manusia Ferguson. Sekali lagi, itu omong kosong. Orang-orang mengatakan bahwa dia selalu memiliki kepentingan terbaik di Manchester United. Darren Ferguson (putranya) memenangkan medali. Dia hanya sangat beruntung dengan itu semua.”

Baca juga: Roy Keane Tidak Akan Pernah Memaafkan Sir Alex Ferguson

Namun sebenarnya, yang jadi pertanyaan, apa yang sebenarnya Sir Alex Ferguson katakan tentang Roy Keane? Tenyata jawabannya adalah bahwa perseteruan itu mulai memanas sejalan dengan dirilisnya buku otobiografi Ferguson pada 2013, di mana ia menceritakan ketika itu Keane berbicara dalam sebuah wawancara dengan MUTV, dan membantai habis para pemain Manchester United dengan lisannya.

Di dalam bukunya, Ferguson menulis dengan detil soal perawakan Keane yang begitu buruk dengan membantai semua orang tanpa ampun. Hal inilah yang kemudian membuat dirinya merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat, yang juga menjadi faktor utama penyebab Keane dibuang dari skuatnya setelah kejadian tersebut.

“Itu tidak bisa dipercaya. Dia (Roy Keane) membantai semua orang tanpa ampun. Darren Fletcher, Alan Smith, dan Van der Sar. Mereka semua tidak lepas dari kritikannya. Roy mengalahkan mereka semua dengan ucapannya. Saya mengatakan kepadanya, ‘Apa yang Anda lakukan dalam wawancara itu adalah memalukan. Itu terkesan seperti sebuah lelucon ketika Anda mengkritik rekan satu tim Anda’,” ujar Ferguson.

“Saran Roy adalah bahwa United harus menunjukkan video kepada para pemain dan membiarkan mereka memutuskan apa yang harus dilakukan. Tapi sifat natural seseorang muncul dengan menunjukkan kepribadian yang dimilikinya. Saya harus menjelaskan apa yang terjadi, dan itu semua terjadi begitu cepat. Maka yang saya bisa simpulkan adalah dia mengkritik teman satu timnya.”

“Kami tidak bisa merilis video itu. Karena, sebelumnya harus berakhir dengan dua pemain muda yang dicemooh di Paris (dalam pertandingan Liga Champions melawan Lille). Pertemuan di ruangan itu (bersama Keane) sangat mengerikan. Saya tidak bisa kehilangan kendali dalam situasi itu. Jika saya membiarkannya berlalu, saya pikir para pemain akan memandang saya secara berbeda.”

Kendati begitu, Sir Alex Ferguson memang punya aura dan karakter yang bijaksana dalam menghadapi masalah-masalah semacam itu. Ia bahkan menjelaskan bahwa Roy Keane sudah melampaui batasnya sebagai seorang pemain serta anak asuhnya di tim, jadi ia tidak bisa lagi mentolelir kelakuannya itu. Keane sendiri akhirnya pergi dengan persetujuan bersama dari pihak klub tak lama setelah kejadian menegangkan tersebut.

“Sepanjang karier saya, saya selalu cukup kuat untuk menghadapi masalah-masalah seperti itu. Ya, Roy Keane benar-benar sudah melampaui batas. Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan terhadapnya. Dia selalu mengira dia adalah Peter Pan. Padahal karakternya tidak pernah menunjukkan itu,” ungkap Fergie.

“Dia tidak lain bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang pemain dan anak asuh saya. Yang membuat saya mengerti adalah, bagian tersulit dari tubuh Roy (yang harus dikendalikan) adalah lidahnya. Apa yang juga saya sadari tentang dia hari itu adalah ketika saya berdebat dengannya, matanya mulai menyipit, dan dia hampir seperti manik-manik hitam. Sungguh menakutkan untuk ditonton.”

***

Memang benar pepatah yang mengatakan bahwa “mulutmu harimaumu”, dan faktanya memang ucapan itu lebih tajam daripada pisau belati. Roy Keane sendiri mungkin harus belajar mengambil hikmah dari kejadian 14 tahun lalu itu. Meski memang, yang terjadi pada Keane waktu itu (dari hasil ucapannya) tidak sampai merobek fisiknya, namun tetap saja, (dampak dari ucapannya) pada akhirnya justru berhasil merobek kariernya sendiri.