Ada julukan Scouser untuk menyebut warga kota Liverpool di Inggris, Cockney untuk warga London, atau Geordie untuk warga Newcastle. Sedangkan warga Manchester, kota tempat bermarkasnya dua klub pemimpin klasemen sementara Premier League Inggris 2017/2018; Manchester City di posisi pertama dan Manchester United sebagai runner-up, disebut dengan julukan Mancunian. Mereka adalah warga asli di kota tersebut; setidaknya lahir atau hingga sekarang tinggal di Manchester. Jadi, sebutan ini bukan untuk fans United, meski kini ada yang menyebut diri mereka dengan julukan itu.

Bicara soal Mancunian, meski bermarkas di kota Manchester, ternyata skuat tim Setan Merah musim ini hanya diperkuat oleh satu wakil warga kota industri tersebut. Sosok itu adalah Marcus Rashford, striker belia yang masih berusia 20 tahun, kelahiran Wythenshawe, Manchester, Inggris, pada 31 Oktober 1997 silam.

Dia sendiri sudah menimba ilmu di akademi United sejak 2005, ketika masih berusia delapan tahun. Memang ada pula Jesse Lingard dan Scott McTominay, warga Inggris yang juga ‘lahir’ dari akademi The Red Devils. Namun, mereka bukan warga asli atau lahir di Manchester.

Sebenarnya, ada juga dua pemain muda lainnya, Cameron Borthwick-Jackson dan Demetri Mitchell yang berstatus Mancunian seperti Rashford. Namun, saat ini nama keduanya tidak lagi terdaftar dalam skuat United, karena sedang menjalani peminjaman di klub lain.

Spesialnya Marcus Rashford Sebagai Mancunian

Tak heran jika Rashford pun jadi sangat ‘spesial’ dalam skuat pasukan Jose Mourinho musim ini; meskipun dia sama sekali tidak mendapatkan yang spesial soal kesempatan bermain di lapangan. Tak jauh berbeda, sang striker pun merasa bangga bisa membela tim dari daerah tempat dia dilahirkan dan dibesarkan hingga saat ini.

“Banyak orang juga memiliki mimpi seperti itu. Jadi Anda melakukannya bukan hanya untuk diri Anda sendiri, tapi juga untuk orang lain yang mungkin tidak Anda kenal. Namun, ada banyak orang yang bermimpi bisa bermain untuk tim lokal mereka ketika masih muda. Jadi, Anda bermain tidak hanya untuk diri Anda sendiri dan klub ini, tetapi juga untuk semua orang yang bermimpi melalui Anda,” ungkap Rashford saat memberikan komentar terkait statusnya sebagai satu-satunya sosok Mancunian dalam skuat United pada musim ini kepada majalah Inside United, belum lama ini.

Sayangnya, seperti telah disebutkan, Rashford memang tidak tampak terlalu spesial di mata manajer Jose Mourinho. Sebenarnya sang penyerang sendiri cukup spesial dengan kemampuannya mengolah si kulit bundar, dalam usia yang masih belia.

Rashford mendapatkan debut di tim utama United pada era kepelatihan Louis van Gaal pada musim 2015/2016, ketika masih berusia 18 tahun. Dia tampil perdana ketika United bermain di Liga Europa, dan sukses menyarangkan dua gol yang membuatnya tercatat dalam sejarah klub sebagai pemain United termuda yang mencetak gol di kompetisi Eropa.

Pesonanya ternyata tak berhenti saat itu. Rashford pun membuat debut di liga domestik tidak lama kemudian, dan kembali membukukan dua gol yang mencatatkannya sebagai pemain United termuda ketiga yang mencetak gol di Premier League. Kemudian, dia juga menjadi pemain termuda yang bisa mencetak gol dalam Derby Manchester sejak era Premier League.

Capaian Rashford

Pada akhir musim, Rashford sukses mengoleksi delapan gol dalam 18 pertandingan; pencapaian yang cukup fenomenal bagi seorang striker muda berusia 18 tahun. Selanjutnya, era kepelatihan berganti ke tangan manajer Mourinho.

Menariknya, meski bukan pilihan pertama, ternyata Rashford jadi pemain berpenampilan terbanyak dalam 53 pertandingan di semua kompetisi musim 2016/2017. Bahkan, hingga kini dia masih jadi pemain United yang paling sering dimainkan Mourinho, dengan 97 penampilan di semua ajang; jauh unggul dari kiper David De Gea yang baru bermain dalam 84 laga pada era pelatih berkebangsaan Portugal tersebut. Selain itu, catatan golnya di era Mourinho juga cukup memuaskan, dengan 23 gol; hanya kalah dari Zlatan Ibrahimovic dengan 29 gol dan Romelu Lukaku yang telah mengoleksi 26 gol.

“Saya tidak menyadari itu, dan itu sesuatu yang pantas untuk dibanggakan. Tapi kami selalu ingin yang lebih dan kami selalu ingin menunjukkan peningkatan individual dan sebagai sebuah tim. Jadi, untuk saya angka-angka itu tidak sepenting hasil yang kami raih,” jawab Rashford dengan merendah.

Namun, kedatangan winger Alexis Sanchez pada musim dingin semakin membuat kesempatannya menipis, setelah di awal musim sempat main sebagai penyerang sayap bersama Anthony Martial mendampingi Lukaku. Meski begitu, Rahsford tetap yakin dengan masa depannya di Old Trafford.