Nama akademi Manchester United jadi begitu harum ketika pemain-pemain seperti David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Gary Neville mendunia pada akhir 1990-an hingga 2000-an. Mereka dikenal sebagai angkatan Class of ’92, para pemain jebolan akademi tim Setan Merah pada 1992.

Masih ada beberapa nama lain yang turut menjadi anggota angkatan tersebut, namun tak sesukses mereka meski tetap jadi andalan di klub masing-masing setelah hijrah dari United. Itulah salah satu buah manis dari pembinaan usia muda yang diterapkan dan dikembangkan akademi The Red Devils.

Hingga saat ini, akademi United terus melahirkan banyak pemain-pemain bintang, termasuk yang masih memperkuat tim Setan Merah pada musim ini. Mulai dari mantan pemain termahal dunia Paul Pogba yang sempat hengkang ke Juventus sebelum dipulangkan ke Old Trafford pada musim panas 2016, gelandang seangkatannya Jesse Lingard, penyerang 19 tahun, Marcus Rashford, hingga kiper Joel Castro Pereira, bek Axel Tuanzebe, dan gelandang Scott McTominay yang baru promosi ke tim utama. Selain itu beberapa pemain muda juga tengah menjalani masa peminjaman di beberapa klub.

Tak hanya itu, banyak juga jebolan akademi United yang ikut meramaikan bursa transfer musim ini. Bek Michael Keane jadi salah satu pemain berbiaya besar, 30 juta paun saat pindah dari Burnley FC. Manajemen The Red Devils sempat ingin memulangkan pemain 24 tahun yang jadi properti panas ini bersaing dengan klub-klub elit lain. Namun, dia lebih memilih Everton. Lalu, ada Danny Drinkwater dari Leicester City ke Chelsea, Phil Bardsley (Stoke City – Burnley), Tom Cleverley (Everton – Watford FC), Darren Fletcher (West Bromwich Albion – Stoke), dan Tom Lawrence (Leicester – Derby County).

Dengan fakta ini, tidak salah jika kepala akademi United, Nicky Butt, menyebut timnya masih tetap menjadi salah satu tujuan paling menarik di dunia sepakbola bagi banyak pemain muda. Dia pun mengungkap ada banyak catatan dalam pengembangan bakat muda yang telah dilakukannya selama ini, yang patut untuk ditiru oleh klub-klub lain. Salah satunya, menawarkan kemudahan bagi setiap pemain berbakat untuk promosi ke tim utama, meskipun klub tetap memikirkan cara terbaik dalam bersaing di kompetisi lokal dan Eropa. Persaingan juga telah membuat pemain jadi semakin kuat.

“Ini adalah kerja keras, terutama di masyarakat saat ini, dengan begitu banyak klub besar di seluruh dunia sebagai pilihan. Secara finansial, dengan tempat latihan dan semua hal yang bisa ditawarkan klub-klub ini kepada anak laki-laki sekarang, ini sangat hebat. Kami bersaing dengan banyak klub akhir-akhir ini tapi saya masih percaya bahwa kami memiliki jalur terbaik. Ini adalah fakta bahwa kami mungkin yang terbaik atau salah satu yang terbaik di Eropa dalam mengembangkan pemain muda kami untuk tim utama,” ungkap Butt belum lama ini seperti dilansir laman resmi ManUtd.com.

Tidak hanya memberikan jalan untuk bisa promosi ke tim utama United, menurut Butt, mereka juga membantu para pemain muda untuk mampu bersaing masuk ke klub-klub lain.

“Kami bisa berbicara kepada orang tua dengan jujur ​​dan berkata, lihat, kami selalu memberi anak-anak kita kesempatan bermain untuk klub; jalur ini ada untuk bermain jika mereka cukup bagus. Jika tidak, kami memiliki sejumlah X pemain-pemain yang bermain profesional di seluruh Eropa dan bisa menghasilkan uang dengan bermain sepakbola,” tambah mantan penggawa United yang juga anggota Class of ’92 ini.

“Persentase yang lolos ke tim utama sangat kecil sehingga kami harus menawarkan yang lain dan kami menawarkan pengasuhan dan pengetahuan sepakbola yang benar-benar bagus. Jika Anda melihat berapa banyak di berbagai kompetisi ada pemain dari akademi kami, itu bagus untuk para pelatih,” lanjut Butt.

Dia pun mengaku bangga melihat pemain-pemain muda binaannya mendapat debut profesional di tim senior. Seperti enam pemain akademi yang telah membuat debut di masa lalu, meskipun tak ada yang bertahan. Namun, setidaknya itu jadi pengalaman besar bagi mereka.

“Selalu menyenangkan melihat seorang anak muda datang melalui akademi untuk melakukan debut mereka. Tapi itu baru permulaan bagi mereka. Itu bagian yang mudah, sampai di sana, bagian yang sulit adalah bertahan di sana.”

“Mereka adalah anak laki-laki yang baik, semua pemuda yang bermain dengan kerja keras. Beberapa dari mereka telah kembali ke tim U-23 dan tidak pernah mendongkol dan bertanya: ‘Mengapa saya di sini atau tidak di sana?’ Mereka melanjutkannya dengan kerja keras dan itu jelas penting. Mudah-mudahan mereka mendapat kesempatan lagi segera,” pungkas Butt.