Sudah menjadi tradisi kalau manajer adalah sosok pertama yang harus bertanggung jawab atas permainan timnya. Dan tradisi itu nampaknya sudah menjalar ke Manchester United. Setan Merah yang hampir seperempat abad (mungkin) tidak pernah menyalahkan sosok manajer kini mulai menjelma menjadi kesebelasan yang mulai sering menyalahkan sosok manajer.

Kekalahan 2-3 dari Brighton jelas sulit diterima akal sehat. Selain kesalahan sering dibuat oleh beberapa pemain, taktik Mourinho pun seolah tanpa rencana yang matang. United memang bermain menyerang tetapi hasil laga saat itu udah 3-1 untuk tuan rumah.

Memang terlalu cepat untuk memvonis kalau Mourinho sudah gagal. Premier League baru memasuki pekan kedua dan masih ada 108 poin yang bisa diraih. Musim lalu, Man City pun hanya meraih 4 poin dari dua laga sebelum pedal gas mereka tidak berhenti ditekan dalam sisa pertandingan.

Akan tetapi, kekalahan ini juga membuka peluang munculnya kekalahan-kekalahan lain dalam 36 pertandingan berikutnya mengingat United belum bertemu klub-klub kuat penghuni enam besar dan suka menyumbang poin kepada tim-tim kecil.

Setelah tertinggal 1-3 di Amex Stadium para penggemar United menyanyikan nama “Jose Mourinho” berulang-ulang kali yang disambut gestur berterima kasih dari Mourinho sendiri. Ia sadar kalau dirinya masih didukung penuh. Para penggemar pun berpikir kalau mengganti manajer tidak selamanya bisa dijadikan jaminan untuk langsung sukses.

Penulis memiliki teman di Manchester yang mengikuti away days ke Brighton. Ia menyebut kalau tidak ada hal negatif yang dilakukan para suporter yang berangkat ke Amex. Tidak ada nyanyian “Sacked in the Morning” yang seolah menjadi gerbang awal bagi manajer yang akan dipecat. Entah dinyanyikan atau tidak ke depannya, namun yang pasti mereka merasa kalau Mourinho masih pantas untuk didukung.

Mourinho yang Membenahi Tim

Suka atau tidak suka kita harus menyebut kalau Mourinho adalah sosok yang memperbaiki United dari kehancuran di era manajer-manajer sebelumnya. Memang tidak terlalu signifikan namun gelar Europa League serta finis di posisi kedua musim lalu menunjukkan kalau klub sudah menuju ke arah yang positif.

Tidak sedikit pula yang merasa ini semua salah Mourinho. Taktiknya dianggap sudah kuno. Ia tidak punya rencana cadangan ketika bermain. Kalau strateginya mentok, hanya Fellaini yang bisa diandalkan. Sementara para pemain lain terus-terusan bermasalah dengan kesalahan-kesalahan sendiri.

Pelatih menjadi nama pertama yang keluar sebagai Kambing Hitam. Namun ada juga yang menganggap para pemain United lah biang keladi sebenarnya. Banyak yang bertanya, apa saja yang dilakukan para pemain United selama sesi latihan. Apakah mereka benar-benar serius berlatih atau hanya bermain Dele Alli Challenge.

Kekalahan atas Brighton membuat wacana pergantian pelatih kembali diapungkan. Nama Zidane muncul sebagai sosok terdepan sebagai pengganti. Ada yang menganggap Zidane bisa menyelesaikan masalah namun tidak sedikit pula yang merasa Zidane bukan sosok yang tepat untuk United.

Editor kami, Frasetya Vady Aditya, mengutip kalimat dari pengamat sepakbola Spanyol, Guillem Ballague yang menyebut kalau Zidane hanya percaya kualitas teknis pemainnya dan tidak punya kapasitas taktik yang mumpuni. Ketika timnya bermasalah, ia tidak punya solusi.

Baca juga: Apakah Zidane adalah Opsi Terbaik Pengganti Jose Mourinho?

Bisakah Zidane Sukses di Man United?

Zizou memang punya modal besar. Tiga gelar Liga Champions dan satu La Liga adalah bukti prestasinya yang terpampang nyata. Namun Zidane adalah pelatih yang menganut paham Don’t change the winning team sementara Winning team United selalu berubah setiap pekannya karena masalah cedera dan inkonsistensi.

Zidane disebut-sebut jago menguasai ruang ganti timnya. Di Real Madrid, ia sukses melakukannya saat kisruh para pemain terhadap Rafael Benitez. Namun masalah ruang ganti Real Madrid jelas berbeda dari United karena belum ada bukti apakah para pemain Setan Merah benar-benar tidak nyaman dengan Mourinho.

Kita tidak bisa membantah kalau Zidane pun terbantu oleh para pemain Madrid yang bermental baja. Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, Luka Modric, dan Sergio Ramos adalah pemain-pemain yang bisa menjadi pembeda. Lantas apakah Zidane bisa mengeluarkan kemampuan para pemain United yang dalam satu pertandingan bisa menunjukkan dua sisi permainan yang berbeda? Bisa iya bisa tidak.

Zidane tertolong oleh sosok Florentino Perez yang siap mengeluarkan uang sebesar apapun untuk merekrut pemain baru. Lantas jika ia bergabung bersama United, apakah dia siap berhadapan dengan manajemen yang pelitnya minta ampun seperti Ed Woodward yang terpaksa mengatur keseimbangan antara membayar hutang, merekrut pemain, serta mencari keuntungan?

Efek Domino Sir Alex Ferguson

Penulis lebih senang menyebut kalau ini adalah efek domino yang harus diterima dari pensiunnya Sir Alex. Salah menunjuk pelatih, membuang uang begitu banyak namun hasilnya masih nihil, manajemen yang tidak begitu paham soal negosiasi pemain, serta Sir Alex yang selalu terbayang-bayang dalam pikiran serta finansial rival yang semakin menguat mengisi hari-hari para penggemar United.

Pilihan sulit jelas ada di tangan Ed Woodward. Apakah dia ingin memecat Mourinho yang begitu ia percaya dan menggantinya dengan Zidane ataukah menunggu sampai United berada di trek terburuknya. Namun yang pasti, Zidane sudah memberikan kode kalau dia siap mencoba kerasnya Premier League.

Ed bisa belajar dari pengalaman United yang selalu salah pilih pelatih. Pada 2013, United hanya mendapat sosok David Moyes sebagai pengganti Fergie dan kehilangan Pep Guardiola, Carlo Ancelotti, dan Jose Mourinho. Tiga tahun berselang, United kalah start dari Man City dalam misi mengikat Pep karena Ed Woodward masih percaya dengan Louis van Gaal. Dan saat ini, kepercayaan Ed kepada Mourinho kembali dipertaruhkan demi Zinedine Zidane.

Silahkan saja jika United memilih mengganti pelatih. Namun perlu diingat risiko mengganti pelatih tidak semata-mata mengubah strategi dari yang bertahan menjadi menyerang. Mengganti pelatih memang bisa memberi pengaruh positif, namun kita juga harus berkaca kalau apa yang kita pilih juga bisa berdampak negatif kedepannya.

United sekarang mulai menjelma menjadi kesebelasan yang instan dan hal itu sudah terlihat dari hadirnya empat pelatih berbeda dalam lima tahun sepeninggal Sir Alex. Apakah Zidane akan menjadi pelatih kelima setelah Fergie? Bisa jadi. Namun apakah para penggemar siap jika kedepannya Zidane memiliki masalah serupa dengan para pendahulunya. Kalau Zidane tidak bisa mengulangi prestasinya seperti di Real Madrid, lantas siapa dong yang layak menjadi manajer United ke depannya?