Para penggemar Manchester United musim ini mulai was-was. Hasil pramusim yang kurang menyenangkan berjalan beriringan dengan gaya main The Red Devils yang tak kunjung berubah. Meskipun menang 2-1 dari Real Madrid, permainan Fred dan kolega masih dianggap di bawah standar. Apalagi beberapa hari sebelumnya mereka dikandaskan Liverpool 1-4.

Pertandingan pramusim memang tak menentukan apa-apa. Akan tetapi, dari pramusim setidaknya bisa terlihat bagaimana permainan klub untuk musim depan. Apakah ada peningkatan? Bagaimana performa para pemain baru? Apakah mereka sudah nyetel? Apakah mereka bisa membuat perubahan?

Kekalahan 0-1 dari Bayern Munich sebenarnya tidak perlu ditanggapi berlebihan. Akan tetapi lain hal kalau melihat secara statistik betapa menjemukannya pasukan Jose Mourinho ini. Lantas, rasa pesimis pun mulai bermunculan. Tidak sedikit penggemar Manchester United yang merasa kalau waktu Mou di Manchester tak akan lama lagi.

Lantas, pertanyaan pun menyeruak. Kalau Mourinho betulan dipecat, siapa yang akan menggantikannya? Nama Zinedine Zidane pun muncul ke permukaan. Selain sukses memberikan tiga trofi Liga Champions secara beruntun buat El Real, Zidane pun tengah menganggur. Lantas, bisakah Zidane menyelesaikan persoalan?

Masalah Zidane di Real Madrid

Pada pertengahan musim lalu, Zidane disorot karena kesulitan untuk mengejar Barcelona di La Liga. Defisit poin mereka kian menjauh setelah tahun baru. Banyak pundit yang menilai kalau pertahanan Madrid di bawah Zidane tidaklah solid.

Pundit Skysports, Guillem Balague, menjelaskan bahwa kekalahan di El Clasico sebelum Natal membuat peluang meraih gelar La Liga kian mengecil. Puncaknya saat Real ditahan 2-2 oleh Celta Vigo. Ini membuat Presiden Madrid, Florentino Perez, mendatangi ruang ganti untuk waktu yang cukup lama.

Yang paling menonjol sebenarnya ada di area pertahanan. Hingga pertengahan musim, Madrid kebobolan 16 gol dari 17 pertandingan. Di akhir musim jumlahnya kian memburuk dengan kebobolan 44 gol dari 38 pertandingan. Angka ini bahkan lebih buruk ketimbang Espanyol di peringkat ke-11 dengan hanya kebobolan 42 gol. Atletico Madrid bahkan hanya kebobolan setengahnya, alias 22 gol, yang merupakan terbaik di liga.

Duo fullback Dani Carvajal dan Marcelo tidak seganas musim lalu ketika melakukan serangan. Kehadiran pemain 19 tahun, Achraf Hakimi, pun memang sempat memukau. Akan tetapi sisi luar serangan Madrid tak sekuat musim sebelumnya.

Secara permainan, Ballague menganggap Zidane lebih mempercayai kualitas teknis anak asuhnya. Dia bukan tipikal pelatih yang detail dalam hal taktik karena pemain di lapanganlah yang diharapkan bisa lebih berimprovisasi. Akan tetapi semua menjadi sulit saat para pemain tidak sesuai harapan. Di sisi lain, Zidane justru kesulitan menemukan solusi.

Zidane juga dianggap terlalu mengandalkan pemain tertentu. Ia hampir jarang mengganti susunan pemainnya. Masalah timbul ketika para pemain andalannya tak bisa bermain, seperti yang terjadi pada musim lalu saat Bale absen karena cedera. Namun, apabila pemain andalannya main, Madrid seperti tak kesusahan, seperti yang mereka tunjukkan di final Liga Champions musim lalu.

Zidane Bisa Memecahkan Masalah?

Kesuksesan Zidane di Madrid tak lepas dari warisan pemain pelatih sebelumnya. Zidane juga sudah punya trio Bale, Benzema, Cristiano, di lini serang. Sistem di lini tengah juga sudah diperkuat Carlo Ancelotti dengan memaksimalkan Toni Kroos sebagai gelandang tengah, dan Luka Modric sebagai gelandang serang.

Lantas, mungkinkah Zidane bisa memaksimalkan pemain United seperti yang sekarang ini?

Permasalahannya, seperti yang ditulis Ballague, Zidane tak seperti Pep Guardiola yang amat detail soal taktik. Secara kasat mata, di Madrid ia juga tidak perlu susah-susah mengadaptasikan pemain dengan posisi baru atau sistem baru. Ia secara teknis, hanya melanjukan.

Secara statistik kelemahan Zidane ada pada jumlah kebobolan tim. Ketika membesut Real Madrid Castila, ia kebobolan 58 dari 57 pertandingan. Sementara di Real Madrid, ia kebobolan 160 gol dari 149 pertandingan. Artinya, rata-rata ia kebobolan satu gol di setiap pertandingan.

Di sisi lain, pertahanan United pun terlihat begitu rapuh. Meskipun cuma kebobolan 28 gol, penggemar MU tentu tak akan berbohong kalau jantung mereka berdebar kencang ketika diserang. Andai bukan David De Gea di pos penjaga gawang, jumlah kebobolan MU musim lalu mungkin lebih banyak lagi.

Dengan kelemahan ini, apakah Zidane bisa memperbaikinya? Karena yang dibutuhkan United sekarang adalah pelatih yang bisa membangun sistem permainan, baru mendatangkan prestasi. Apakah Zidane adalah orang yang tepat? Kalau melihat capaiannya di Real Madrid, ia jelas bukan orang yang tepat.

Lebih Tepat Ancelotti

United butuh pelatih yang bisa membangun fondasi tim untuk bertahun-tahun mendatang. Kalau melihat Madrid di musim-musim sebelumnya, Carlo Ancelotti bisa menjadi pilihan. Ia memang hanya dua musim di Madrid sebelum dipecat. Akan tetapi, sistem permainannya-lah yang digunakan Madrid hingga saat ini.

Salah satunya adalah dengan kedatangan Gareth Bale yang saat itu dirumorkan tidak begitu dibutuhkan oleh Carletto. Pelatih berkebangsaan Italia itu pun mengubah Bale yang awalnya bermain sebagai fullback dan winger kiri menjadi winger kanan. Ia mematangkan trio Cristiano-Benzema-Bale, untuk menjadi pos lini serang yang mematikan.

Di musim pertamanya, Ancelotti juga mendatangkan pemain yang jadi tumpuan Madrid hingga saat ini. Mereka adalah Dani Carvajal, Casemiro, dan Isco. Ia juga mempromosikan Jese dan Denis Cheryshev dari akademi. Di tangannya, Alvaro Morata juga diberi menit bermain yang lebih banyak. Morata bermain di 34 pertandingan dengan total sembilan gol. Bandingkan dengan musim sebelumnya yang hanya bermain di 15 pertandingan.

Di musim selanjutnya, Ancelotti dipaksa memutar otak usai klub mendatangkan Toni Kroos, James Rodriguez, tapi kehilangan Xabi Alonso dan Angel Di Maria. Gara-gara ini, Carletto pun meracik ulang lini tengahnya. Kroos dipasang sebagai gelandang tengah, Kheidira sebagai gelandang bertahan, dan Modric sebagai gelandang serang tapi fokus bergerak ke kanan.

Skema ini tidak memberikan ruang untuk Rodriguez–yang dikemudian hari dikritik beberapa pihak. Awalnya Madrid bermain canggung karena trio gelandang tidak bekerja dengan maksimal. Namun, lambat laun, setelah mendapatkan formula yang pas, sistem seperti ini bahkan tetap digunakan hingga sekarang. Kepergian Kheidira pun bisa digantikan oleh Casemiro.

Zidane memang tengah menganggur, akan tetapi itu bukan momen yang tepat untuk mengganggu liburannya dengan mengajaknya menjadi manajer anyar Manchester United. Karena yang dibutuhkan United adalah manajer yang bisa membangun ulang tim demi prestasi di masa depan, bukan cuma manajer yang melanjutkan.