Foto: Neoskosmos.com

Setiap tanggal 5 April, Manchester United selalu mengenang salah satu pertandingan terbaik mereka yang terjadi pada musim 2008/2009. Bertempat di stadion Old Trafford, United menang secara dramatis dari Aston Villa dengan skor 3-2. Salah satu momen yang akan terus abadi dalam ingatan adalah ketika Federico Macheda menjadi pahlawan United berkat golnya pada penghujung laga.

Menerima bola dari Ryan Giggs, Macheda mempertunjukkan sebuah teknik, ketenangan, dan penempatan bola yang sangat baik untuk membuat United lepas dari beban berupa kewajiban untuk menang. Harapan gelar United diselamatkan oleh bocah 17 tahun yang mungkin keberadaannya lebih karena keterpaksaan akibat krisis pemain di lini depan.

Momen itu akan selalu kekal dalam benak pendukung Setan Merah. Begitu juga dengan Premier League yang ketambahan salah satu momen epik sepanjang sejarah kompetisi mereka. Sayangnya, karier Macheda di Manchester justru tidak selekat momen yang membuatnya menjadi seorang pahlawan.

Macheda kesulitan untuk mencari momen-momen seperti itu lagi. Padahal dia digadang-gadang bisa menjadi striker masa depan klub. Musim berikutnya, ia langsung naik menjadi anggota tim utama bersanding dengan Wayne Rooney, Dimitar Berbatov, dan Michael Owen. Tidak berhenti sampai di situ, United langsung menyegel masa depannya dengan kontrak lima tahun. Sayangnya, ia tidak bisa memenuhi ekspektasi klub dan juga para pendukungnya.

Sederet permasalahan memang menimpa Macheda ketika itu. Yang paling utama adalah cedera. Beberapa kali ia harus absen panjang akibat momok menakutkan bagi para pemain sepakbola tersebut. Hal itu sudah ia rasakan sejak di United yang kemudian berlanjut ketika ia menjalani peran sebagai pemain pinjaman seperti di QPR, Cardiff, Doncaster Rovers. Bahkan peminjamannya di QPR Cuma berlangsung tiga bulan karena cederan engkel.

“Pada pra-musim di Cardiff, saya harus mendapat masalah di punggung dan absen selama enam minggu. Setelah kembali, saya justru tidak bisa menggerakkan kaki kanan saya. Akhirnya saya harus dioperasi lagi untuk menaruh salah satu piringan di sarah saya. Seharusnya, operasi itu bisa dilakukan lebih cepat karena ia mengambil masa dua tahun dalam karier saya,” kenang Macheda.

Konflik dengan Sir Alex juga pernah ia rasakan. Pada Januari 2011, Macheda meminta untuk dipinjamkan ke Sampdoria. Sebuah keputusan yang saat itu tidak disukai oleh Sir Alex Ferguson. Fergie ingin melihat pria Italia ini lebih dekat sehingga berharap Macheda mau untuk dipinjamkan ke Inggris. Sayangnya, ia menolak.

“Banyak klub di Premier League tertarik kepada saya seperti Everton dan Sunderlan. Akan tetapi, saya ingin main di Italia, di Serie A. Fergie tidak setuju dan menyarankan saya untuk tetap di Inggris agar saya bisa dipantau. Dia mengaku tidak punya daya yang sama jika saya bermain di Italia,” ujarnya.

Layaknya anak yang kualat kepada orang tua, karier Macheda juga mandek di negara asalnya. Samdporia terdegradasai. Ia juga hanya mencetak gol sekali. Catatan yang membuat ia menyesali keputusannya ketika kembali.

“Saya bersikukuh ke Italia dan itu adalah kesalahan besar saya. Saya harusnya mendengarkan Fergie. Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya tidak punya kepercayaan diri. Saya mulai bertanya-tanya apakah saya sebenarnya pemain yang bagus,” kata Macheda menambahkan.

Bergelora di Tanah Dewa

Macheda akhirnya layu sebelum berkembang. Banyak daerah yang ia kunjungi untuk memperbaiki kariernya. Namun dari semua kota yang ia kunjungi seperti Genoa, London, Stuttgart, Doncaster, Birmingham, Nottingham, dan Novara, tidak ada satu pun yang bisa membuatnya bahagia. Hingga pada 2018, ia memilih untuk merantau ke liga yang tidak banyak orang ikuti yaitu Yunani.

Panathinaikos datang dan memberinya kontrak tiga tahun. Awal kariernya di sana terlihat sangat bagus. Debutnya selama 15 menit langsung menghasilkan satu asis ketika mereka mengalahkan Apo Levadiakos. Sepekan berselang, ia mencetak gol pertamanya untuk klub barunya tersebut. Pada musim pertamanya, ia membuat 11 gol dari 28 pertandingan di semua ajang. Prestasi terbaiknya sebagai pemain sepakbola profesional. 10 golnya di liga membuat ia masuk lima besar jajaran top skor.

Musim ini, Macheda lebih menggila lagi. Sudah 13 gol yang ia buat dengan 12 diantaranya ia cetak di liga. Posisinya di klasemen top skor hanya di bawah Youssef El-Arabi yang punya lima gol lebih banyak dibandingkan dirinya. Jika kompetisi tidak berhenti karena pandemi, bukan tidak mungkin golnya semakin banyak. Bahkan dalam lima laga terakhir sebelum berhenti, ia mencetak lima gol.

“Musim terbaik saya dalam karier saya dengan 10 laga masih tersisa. Panathinaikos adalah tantangan yang saya butuhkan. Mereka adalah klub besar dengan penggemar yang juga bersemangat. Saya merasakan itu ketika masih bersama Lazio. Di Yunani, mereka menyanyikan nama saya ketika saya mencetak gol. Mereka banyak menyanyikannya, saya konsisten dan percaya diri. Saya merasa kami membaik sebagai sebuah tim” ujarnya kepada South China Morning Post.

Macheda kini mulai berubah. Rangkaian cedera dan sikap egois yang pernah ia alami bertahun-tahun lalu memberikan pelajaran kalau sebagai pemain sepakbola butuh sebuah pemikiran yang matang sebelum mengambil keputusan. Jangan lagi terburu-buru sampai merugikan orang seperti yang pernah ia lakukan kepada Ferguson.

“Mentalitas saya berubah dari muda. Cara saya bekerja, mempersiapkan diri saya secara mental, semuanya berubah. Dulu, ketika masih muda, saya menyesal tentang nasib saya di United. Sangat penting bagi saya untuk tidak mengulangi kesalahan dan menebus apa yang hilang ketika saya masih kecil.”

“Saya mulai menjaga bentuk tubuh dan pikiran saya karena pola pikir penting untuk sepakbola.Saya membuat rencana, saya punya strategi, dan kehidupan saya stabil sekarang. Saya bisa menjadi pemain yang saya inginkan, yaitu menjadi pemain sepakbola yang penting,” ujarnya.

Macheda mampu bangkit secara ajaib setelah terpuruk dan mulai dianggap layu sebelum berkembang oleh banyak orang. Ia juga menunjukkan kalau kesuksesan bisa didapatkan melalui kerja keras. Selain itu, ia juga memberi tahu kalau masih banyak tempat yang bisa dijadikan ladang untuk menuai kesuksesan.