Momen Bobby dan Jack Charlton berbagi kebersamaan pada Piala Dunia 1966. Foto: Trendsmap

Dengan air mata yang masih mengalir, Bobby Charlton melangkah menuju kakaknya, Jack Charlton. Mereka saling berpelukan dalam kelegaan yang luar biasa. “Tidak ada yang bisa mengambil momen ini dari kita,” kata Bobby.

Ketika itu, Bobby dan Jack baru saja menjalani sebuah pertandingan yang paling bersejarah sepanjang karier mereka. Final Piala Dunia 1966 yang mempertemukan Inggris dengan Jerman Barat menjadi pertandingan penting karena itu merupakan kesempatan mereka untuk menjadi juara dunia pertama kalinya.

Keduanya bahu membahu di atas lapangan sebagai pemain utama pilihan Alf Ramsey. Bobby punya tugas memperkuat lini depan bersama Roger Hunt dan Geoff Hurst. Sementara itu, Jack akan bertandem bersama Bobby yang lain yaitu Bobby Moore untuk melindungi gawang dari Gordon Banks.

Keduanya berhasil menjalankan tugas tersebut. Bobby dan Jack membawa Inggris juara Piala Dunia dengan kemenangan telak 4-2 dengan dua saudara yang menjadi pemain vital di atas lapangan. Mereka berbagi momen kebangaan sekaligus rasa haru dalam sepakbola Inggris.

Tidak hanya berbagi hari terbesar dalam sejarah sepakbola Inggris. Sepanjang hidupnya, kedua insan ini juga begitu dekat satu sama lain. Wajar, mengingat keduanya bersama berproses menuju kedewasaan. Namun, hubungan mereka tidak hanya sebatas itu. Di balik senyum berseri-seri mereka tersebut ada kisah panjang tentang kecemburuan, kemarahan, pengkhianatan, hingga permusuhan antara dua saudara kandung sepakbola paling terkenal sepanjang masa.

Mereka berpelukan di Wembley dengan wajah berseri-seri. Namun setelah final tersebut, keduanya kembali ke wujud asli mereka masing-masing. Jack akan kembali menjadi penggawa Leeds United sedangkan Bobby akan kembali menjadi pemain Manchester United. Baik United dan Leeds adalah rival abadi di sepakbola Inggris. Begitu juga dengan keduanya yang tidak mau kalah satu sama lain.

Mereka sama-sama punya loyalitas yang tinggi. Hanya Leeds klub yang diperkuat Jack sepanjang karier, sementara Bobby menghabiskan waktu yang panjang bersama Setan Merah sebelum berkelana ke tempat lain. Jack menjadi pemain dengan caps terbanyak di sana, sedangan Bobby sempat menjadi top skor sepanjang masa Setan Merah.

Keduanya adalah simbol dari klubnya masing-masing. Bersama Matt Busby, Bobby masuk dalam tim berjuluk Busby Babes yang berjaya pada era 50 hingga 60-an. Bobby membawa United meraih tiga gelar Liga Inggris, satu Piala FA, dan satu Piala Champions. Jack juga tidak mau kalah. Ia adalah bagian dari skuad Don Revie yang akrab disapa Revie Boys pada era 1960 hingga 1970-an. Tipikal permainan Jack yang keras membuat dia cocok dengan tim Revie yang disebut Dirty Leeds.

Jack punya satu gelar Liga Inggris, satu Piala FA, satu Piala Liga, dan dua gelar Inter Cities Fairs Cup yang merupakan cikal bakal Piala Uefa atau kini akrab disapa Europa League. Akan tetapi, tidak sedikit yang menyebut kalau karier Bobby lebih mentereng karena prestasinya mendapat pengakuan dalam bentuk Ballon d’Or.

Keluarga Charlton adalah keluarga yang lekat dengan sepakbola. Ibunya, Cissie, berasal dari keluarga Milburn yang terkenal di sepakbola. Sepupu Bobby dan Jack, yaitu Jackie merupakan legenda Newcastle United. Yang menarik, cara pandang mereka terhadap sepakbola berbeda. Bobby sedari awal sudah ingin menjadi pemain sepakbola. Sementara itu, Jack sempat menyelesaikan sekolah terlebih dahulu dan sempat merasa kalau peluangnya untuk menjadi pemain sepakbola sangat kecil.

Karakter keduanya juga bertolak belakang. Jack jauh lebih kalem dan suka bergaul, sedangkan Bobby adalah orang yang karakternya cukup keras. Banyak yang menyebut kalau kerasnya karakter Bobby muncul setelah ia menjadi korban bencana Munich 1958. Sebelumnya, Bobby sama seperti Jack yang mudah bergaul dan memiliki pembawaan ramah. Namun setelah tragedi itu, senyum Bobby langsung lenyap.

Posisi keduanya yang saling berlawanan membuat keduanya saling bentrok ketika keduanya bertemu di atas lapangan. Sayangnya, bentrokan keduanya juga merembet ke hal yang sifatnya personal. Rivalitas yang membuat kehidupan mereka kemudian lekat dengan aroma permusuhan satu sama lain terutama saat keduanya sudah mencapai kesuksesan di sepakbola.

Permusuhan kedua saudara ini sebenarnya disebabkan oleh sesuatu yang sifatnya sepele tapi rumit yaitu masalah perempuan. Bukan karena Jack dan Bobby terlibat cinta segitiga, namun karena Bobby lebih memilih hidup dengan istrinya sehingga membuatnya dianggap tidak peduli lagi dengan keluarganya sendiri.

Hal itu diungkapkan oleh Jack dalam autobiografinya yang edar pada 1996. Ia membongkar cerita buruknya hubungan dia dengan Bobby yang dimulai dari keputusan Bobby menikah dengan wanita yang tidak mendapat restu dari orang tuanya.