Foto: Joe.co.uk

Inggris kehilangan salah satu sosok ikonik dalam sejarah sepakbola mereka. Pada 12 Juli, Peter Crouch memutuskan untuk pensiun setelah 21 tahun berkarier di dunia yang membesarkan namanya tersebut. Keputusan ini diambil setelah Crouch tidak diperpanjang oleh Burnley yang merupakan kesebelasan terakhir yang diperkuat oleh pemain berusia 38 tahun tersebut.

“Setelah melewati banyak pertimbangan pada musim panas ini, saya memutuskan untuk pensiun dari sepakbola. Permainan kita yang luar biasa ini telah memberi saya segalanya. Saya sangat bersyukur untuk semua yang telah membantu saya meraihnya, dan membuat saya bertahan dalam jangka waktu yang lama,” tutur Crouch dalam akun Twitter pribadinya @petercrouch.

“Saya memiliki waktu 23 tahun untuk mempersiapkan diri pada momen seperti sekarang ini. Waktunya telah tiba dan Anda menyadari tidak bisa mempersiapkan apa pun. Waktu untuk menyebut saya sebagai mantan pesepakbola kini telah tiba. Sebuah perjalanan luar biasa sejak saya berusia 16 tahun telah berakhir,” tutur Crouch menambahkan di Daily Mail.

Sepanjang kariernya, Crouch telah memperkuat banyak kesebelasan di Inggris. Ia bahkan pernah membela IFK Hassleholm, kesebelasan divisi dua Swedia. Namanya mulai mencuat ke permukaan setelah ia memutuskan pindah dari Southampton ke Liverpool pada musim panas 2005. Meski begitu, Stoke City menjadi kesebelasan yang paling lama ia perkuat yaitu selama delapan musim.

Crouch sebenarnya bukanlah pesepakbola dengan raihan prestasi yang mentereng. Ia hanya meraih dua trofi saja yaitu Piala FA dan Community Shield. Kedua-duanya ia raih bersama Liverpool. Meski terkesan gurem, namun sosok Crouch bisa dikatakan adalah pesepakbola paling ikonik yang pernah ada.

Siapa yang tidak ingat dengan perayaan gol berjoget seperti robot. Atau ketika ia menggunakan seragam tim nasional dengan nomor yang berbeda pada dada (12) dan di celananya (21) dalam sebuah laga persahabatan. Belum lagi dengan hattrick sempurna yang ia buat ke gawang Arsenal ketika masih memperkuat Liverpool.

Namun tidak sah jika membahas Crouch tanpa membicarakan tinggi badannya yang menjulang tersebut. Tinggi mencapai dua meter lebih satu senti yang dikombinasikan dengan fisiknya yang sangat kerempeng, membuat Crouch terlihat sebagai pemain yang tidak berisi. Ia sudah pasti bukan cerminan pesepakbola pada umumnya yang memiliki tubuh kekar dan massa otot yang bagus.

Namun berkat tinggi badannya tersebut, Crouch menjadi salah satu penyerang yang cukup merepotkan lawan-lawannya. Bahkan dalam akun Twitter pribadinya, Evra begitu menghormati Crouch dan menyebutnya sebagai salah satu lawan paling sulit yang pernah ia hadapi.

Ia sukses masuk dalam daftar pemain yang bisa mencetak 100 gol atau lebih di Premier League. Tidak hanya itu, ia menjadi pemain dengan catatan gol sundulan terbanyak sepanjang sejarah Premier League dengan 53 gol. Siapa pula yang menyangka kalau pemain seperti Crouch bisa membuat pusing seorang Sir Alex Ferguson.

Sepanjang kariernya, Crouch hanya dua kali mencetak gol ke gawang United. Namun kedua golnya tersebut membuat United mengalami kerugian. Yang pertama ia buat saat keduanya bertemu pada babak kelima Piala FA musim 2005/06. Satu-sautnya gol Crouch membuat langkah United terhenti saat itu.

Yang kedua terjadi pada pekan keenam Premier League musim 2011/12. Saat itu, Crouch sudah memperkuat Stoke City dan United sedang berada dalam tren positif dengan lima kemenangan beruntun termasuk kemenangan 8-2 melawan Arsenal. Akan tetapi, berkat Crouch, rekor kemenangan beruntun United terhenti. Mereka bermain imbang 1-1 dan poin United saat itu sukses disamakan oleh Manchester City.

Ferguson pun kecewa dengan raihan klubnya tersebut. Ia pun mencari kambing hitam dan salah satunya adalah Peter Crouch. Ia menganggap Crouch melakukan pelanggaran sepanjang pertandingan dengan tinggi badannya tersebut.

“Dia melakukan pelanggaran hampir di setiap jalannya pertandingan. Dia selalu menggunakan tinggi badannya dengan melompati para pemain belakang. Dia sudah melakukan itu (pelanggaran dengan tinggi badannya) sejak lama dan wasit tahu itu. Bahkan golnya ke gawang kami ia lakukan setelah menangkap Phil Jones. Tidak ada keraguan tentang itu,” tuturnya.

Meski pernah menjadi kambing hitam dari kegagalan Fergie meraih kemenangan, namun Crouch menyimpan kekaguman yang cukup besar kepada manajer paling sukses sepanjang sejarah Setan Merah tersebut. Oleh karena itu, Crouch cukup sedih ketika mengetahui Sir Alex sempat terkena sakit otak pada 2018 lalu.

Salah satu kekagumannya pernah ia ungkap kepada Daily Mail ketika ia mengenang kembali pertandingan amal yang diselenggarakan David Beckham bersama UNICEF yang melibatkan dirinya. Saat itu, ia merasa tersanjung ketika Ferguson meminta para pemain yang lebih senior seperti Gary Neville, Ryan Giggs, dan David Beckham untuk mengirimkan bola kepadanya agar tinggi badannya bisa digunakan.

“Saya merasakan saat saya bertanding pada pertandingan amal yang digelar David Beckham. Sir Alex memimpin tim Britania Raya dan ketika saya duduk di ruang ganti, ada pemain seperti Beckham, Giggs, Gary dan Phil Neville, Paul Scholes, dan Andy Cole. Saya ingat ketika Sir Alex berbicara tentang apa yang harus dilakukan saat sepak pojok dan tendangan bebas,” tuturnya.

“Itu adalah peristiwa yang menyenangkan. Tetapi yang mengejutkan adalah karismanya ketika berjalan. Semua orang berhenti berbicara ketika melihatnya. Tatapan semua orang langsung mengarah kepadanya. Dia adalah legenda dan belum ada manajer yang bisa menjual pemain besar tetapi bisa membangun tim kembali untuk memenangkan gelar. Dia adalah manajer terbaik yang pernah saya lihat.”