Cabang sepakbola Olimpiade 2012 berakhir buruk bagi tim Britania Raya. Mereka terhenti pada perempat final oleh Korea Selatan dalam drama adu penalti. Tom Cleverley, yang menjadi salah satu penendang, sukses menjalankan tugasnya dengan baik. Jauh lebih baik ketimbang Daniel Sturridge, satu-satunya penendang yang gagal menjalankan tugasnya pada pertandingan tersebut.

Olimpiade 2012 memang tidak memberikan prestasi apa pun bagi Britania Raya. Akan tetapi, ajang ini berjalan baik bagi Cleverley. Mengenakan nomor punggung 7, ia bermain baik dalam empat pertandingan dan selalu tampil penuh 90 menit. Clev tidak menyia-nyiakan ajang ini sebagai upaya untuk memulihkan diri dari musim yang runyam sebelumnya.

“Saya merasa bermain bagus pada Olimpiade. Ajang itu menjaga kebugaran saya karena dapat bermain dalam turnamen musim panas sehingga saya memiliki kepercayaan diri untuk menatap musim baru,” tuturnya.

Di tempat yang berbeda, Manchester United meresmikan pembelian Robin van Persie dari Arsenal. Keengganan RVP memperpanjang kontrak membuat kubu Meriam London harus menjualnya saat itu juga. Di tengah tawaran tinggi dari Juventus dan Manchester City, Van Persie kemudian memilih United.

Kehadiran mantan pemain Feyenoord ini membantu United merebut gelar dari tetangganya. United meraih titel liga ke-20 dengan keunggulan 11 poin dari tetangganya dengan 49% gol mereka di Premier League merupakan andil dari RVP. Magis pemain asal Belanda ini memang terlihat ketika United buntu secara kolektivitas.

“Ketika kami mengalami kebuntuan, kami berikan bola kepadanya dan dia akan membuat gol. Dia finisher yang luar biasa. Saya tidak menyangka ada pemain datang ke klub baru dan melakukan hal hebat di musim pertamanya. Seakan-akan sepakan yang ia buat selalu menemui jaring gawang lawan,” kata Cleverley.

Jika RVP langsung nyetel sejak pertandingan pertama, maka Cleverley harus menunggu lama untuk menemukan performa terbaiknya. Wajar saja, karena ia baru pulih dari cedera. Pertandingan melawan Newcastle United pada babak ketiga Piala Liga menjadi awal dari puncak karier seorang Cleverley di United. Ia mencetak gol pertama sepanjang kariernya berseragam merah.

“Gol di tim senior mengembalikan kepercayaan diri saya. Hal yang luar biasa mencetak gol di depan Stretford End. Pemain seperti Lingard, Rashford, Welbeck, mungkin akan menjadi headline media jika mereka melakukannya, tetapi melihat pemain yang datang sebelum mereka, sejujurnya tidak banyak yang bisa merasakan momen spesial ini.”

Ucapan Cleverley memang fakta. Hanya dia dan Jonny Evans, lulusan akademi United yang bisa mencetak gol di depan Stretford End. Oleh karena itu, tidak salah jika ia merasa bangga dan mulai menemukan kembali permainan terbaiknya. 10 hari kemudian, Clev kembali mencetak gol. Kali ini pada ajang Premier League. Lawannya juga sama yaitu Newcastle United, namun dibuat di tempat dan skema yang berbeda.

Bermain di St James Park, United sudah unggul 2-0 pada babak pertama. Dalam sebuah situasi, Wayne Rooney tidak melepaskan diri dari kawalan dua pemain The Magpies di sisi kiri penyerangan. Ia kemudian memberi bola kepada Cleverley yang berada di area Half Space. Dengan dua sentuhan, Clev langsung melepaskan tendangan melengkung yang langsung bersarang ke gawang Newcastle. Gol yang akan selalu dikenang ketika menyebut nama Cleverley.

“Saya akui kalau niat utama saya adalah melepas umpan silang. Saya ingin mencari kepala Robin (Van Persie) namun tendangan saya terlalu kencang dan bola masuk. Saya terlalu banyak mengeluarkan tenaga.”

Akan tetapi, gol itu tidak spesial bagi Cleverley. Baginya, gol spesial pada musim itu adalah sepakan Van Persie ke gawang Manchester City. Atmosfer pertandingan memang luar biasa karena gol didapat pada menit terakhir. Beberapa pekan kemudian, United mengalahkan Sunderland dengan Cleverley membuat satu gol. Balas dendam yang pas atas kejadian musim lalu.

Jumlah penampilan Cleverley pada musim 2012/13 meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Tidak hanya itu, kali ini penampilan apiknya dilengkapi dengan empat gol yang dibuat ke gawang Newcastle United (2 kali), West Ham United, dan Sunderland. Pada akhir musim, ia sukses mengangkat piala yang sudah ia idam-idamkan sejak bocah.

Namun, ada satu hal yang membuatnya kecewa pada musim tersebut. Kekalahan dari Real Madrid membuat perjuangan United terhenti di level Eropa. Cleverley begitu kecewa karena United tampil bagus dan membuat para pemain Real Madrid tidak bisa bergerak leluasa. Suasana tribun juga mendukung melalui tekanan mental kepada para pemain Los Galacticos. Akan tetapi, kartu merah kepada Nani mengubah segalanya.

“Kami tidak seharusnya tersingkir saat itu. Saya masih ingat ketika manajer bangun dari kursinya dan meminta tribun untuk bersorak. Suasana malam itu luar biasa. Saya kecewa karena tidak bisa melangkah lebih jauh di Liga Champions.”

Kekalahan tersebut membuat geram Sir Alex Ferguson. Ia meminta timnya untuk langsung fokus pada sisa laga di Premier League, satu-satunya trofi prestisius yang bisa direngkuh. Tidak ingin kehilangan kesempatan layaknya musim lalu, United pun sukses menjalankan perintah manajernya tersebut. Pekan ke-34, United mengunci gelar setelah mengalahkan Aston Villa 3-0.

Pengalaman seperti ini adalah yang pertama dialami Cleverley dalam karier seniornya. Oleh karena itu, ia cukup kaget ketika tim hanya diberi waktu tidak terlalu banyak untuk merayakan keberhasilan. Memenangi gelar pada hari Minggu, skuad hanya diperbolehkan menikmati libur hingga hari Selasa. Pada hari Rabu, mereka sudah harus latihan lagi.

Tulisan ini Adalah Hasil Saduran dari tulisan Tom Cleverley yang ditulis dalam situs resmi United yang berjudul “Things That Truly Matter in Life”