Foto: Sky Sports

Mantan pemain muda akademi Manchester United Kenji Gorre mengenang bagaimana ia sangat terpukul dan emosional saat karirnya di klub harus terhenti. Tepatnya setelah diberitahu oleh Sir Alex Ferguson bahwa ia diputus kontrak dan dibiarkan pergi oleh klub (dengan status bebas transfer).

Gorre sendiri bergabung dengan akademi United pada tahun 2002 dari rival sengitnya Manchester City. Ia bermain untuk tim yunior Setan Merah bersamaan dengan Paul Pogba, Jesse Lingard dan Ravel Morrison. Tapi ia lalu dibebaskan pada 2013 untuk mengakhiri hubungan 11 tahun dengan klub.

Berbicara di serial ThreeSixty TV Gorre berkata bahwa ia merasa kaget karena dipanggil oleh Sir Alex Ferguson untuk berbicara empat mata padanya. Cuma sayang, berharap ada kabar baik yang didapat, tapi ternyata Gorre harus kecewa dengan apa yang ia harus dengar. 

“Pelatih saya, Paul McGuinness, berkata kepada saya, ‘Bos (Sir Alex Ferguson) ingin berbicara dengan Anda’. Dan saya seperti, ‘Wow, apa yang terjadi di sini, sepertinya saya harus pergi ke kantornya’. Saya merasa ada yang penting waktu itu,” ujar Kenji Gorre.

“Jadi saya mengetuk pintu dan Sir Alex berkata, ‘Ayo nak, masuk. Kenji, pertama-tama saya menghargai Anda sebagai seorang pria. Anda telah menjalani 10 tahun yang luar biasa di sini dan saya dapat memberi Anda kontrak sekarang. Tapi saya tahu itu tidak akan ada gunanya bagi Anda’.”

“Kemudian dia berkata, ‘Saya tahu Anda tidak akan mendapatkan waktu bermain yang pantas Anda dapatkan, dan saya tahu kualitas yang Anda miliki. Ini adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk pindah dan saya ingin untuk berterima kasih atas 10 tahun dedikasi Anda berada di sini ‘.”

Sontak pernyataan dari Sir Alex Ferguson ini benar-benar membuatnya shock. Terutama dengan dedikasinya di klub yang sudah kurang lebih satu dekade harus diakhiri dengan pemutusan kontrak. Maka wajar, dengan usianya yang masih muda kala itu, perasaanya bergejolak dan sisi emosionalnya memuncak.

“Saya ingat ketika menjabat tangannya dan mengucapkan terima kasih banyak, dan kemudian saya menutup pintu di belakang saya. Dan saya ingat ketika saya turun ke bawah, masuk ke mobil saya, dan saya menangis. Saya membiarkan semuanya keluar,” ungkap Gorre.

“Saya ingat, saya merasa seperti akan mengecewakan semua orang. Saya telah mengecewakan orang tua saya yang telah mengorbankan hidup mereka untuk saya, begitulah rasanya. Itu sangat berat. Dan saya ingat, saya seketika tidak tahu siapa diri saya lagi. Apa itu diri saya, dan bagaimana saya akan memberitahu teman-teman saya ke depan?”

Setelah semua yang terjadi, Kenji Gorre pelan-pelan mulai berdamai dengan dirinya sendiri. Lagi pula, memang tidak banyak calon pemain muda yang bisa mudah melewati pintu akademi ke tim utama di bawah Sir Alex Ferguson di Manchester United.

Bahkan bisa dikatakan jauh lebih sedikit yang melewatkan kesempatan untuk bergabung bersama tim United yang bermain di Liga Champions. Tapi justru banyak yang pergi dan bermain untuk tim Liga Championship. Tidak terkecuali Kenji Gorre, yang juga harus menerima kenyataan seperti itu dalam karirnya.

Ia pun kemudian didekati oleh Celtic, sebelum akhirnya bermain untuk tim Premier League saat itu Swansea. Sayangnya Gorre hanya membuat satu penampilan senior untuk The Swans –di musim 2014/2015. Sebelum kemudian dipinjamkan ke klub Belanda ADO Den Haag, dan Northampton City dari League Two .

Setelah kepergiannya dari Swansea pada 2018, Gorre membuat keputusan untuk pindah ke Portugal. Di mana ia bergabung dengan tim divisi teratas Nacional sebelum pindah ke Boavista. Ia juga sempat mewakili tim nasional Curacao, dan berhadapan dengan Lionel Messi dalam pertandingan persahabatan melawan Argentina pada awal tahun ini.

Sekarang, pemain sayap berusia 27 tahun itu sudah stabil, dan berani menceritakan tentang semua waktunya di Manchester United. Termasuk saat-saat akhir karirnya di akademi Setan Merah, dan bagaimana rasanya diberitahu oleh Ferguson bahwa ia akan dilepas klub.

“Setelah semua kesedihan yang terjadi, saya sebenarnya pergi ke Celtic selama beberapa hari. Neil Lennon (pelatih Celtic waktu itu) ingin melihat saya bermain. Dia langsung menelepon saya dan itu sebenarnya pengalaman yang bagus. Kemudian Swansea menelepon saya, dan mereka menawari saya kontrak dua tahun,” pungkas Gorre.

“Mereka jelas telah mendengar tentang saya dan melakukan penelitian mereka tentang saya. Mereka mungkin melihat saya bermain ketika saya berada di Celtic. Saya sebenarnya tidak tahu. Tapi mereka benar-benar tertarik dan sangat bahagia.”

“Celtic juga ingin mengontrak saya secara permanen dan saya memiliki beberapa tawaran lain. Tetapi Swansea adalah satu-satunya yang benar-benar menempatkan perjanjian di atas kertas, di mana saya melihat ada keseriusan di sana.”

Pada intinya, meninggalkan United tidak mudah bagi para pemain muda yang dibesarkan khususnya di Manchester. Tetapi jika melihat ke belakang, Kenji Gorre justru mengakui bahwa pindah ke South Wales tampaknya merupakan langkah sempurna ketimbang bertahan di Old Trafford.