Meski Kolombia kalah atas Inggris di babak 16 besar Piala Dunia 2018, tapi setidaknya Radamel Falcao telah berkesempatan untuk mengingatkan kepada fans Manchester United bahwa klub yang mengontraknya di bursa transfer musim panas 2014 itu sudah salah menilainya.

Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa cerita Falcao mengingatkan kita semua dengan Barry Birtles, seorang pemain yang pernah berkata, “Orang-orang biasa mengatakan bahwa jika aku menembak John Lennon, dia pasti masih hidup hari ini,” saat pertama kali datang ke Old Trafford. Mantan striker United itu sebelumnya bergabung pada Oktober 1980, dan John Lennon tewas dua bulan setelah ia berseragam United.

Namun saat itu, Birtles tampil buruk dengan catatan tanpa gol di delapan pertandingan. Ia pun mengakhiri musim hanya dengan catatan satu gol dalam 28 pertandingan. Pada akhirnya Birtles hanya meninggalkan pernyataan epiknya soal Lennon, dan diabadikan di banyak T-Shirt para suporter.

Cerita Falcao juga mirip dengan Diego Forlan. Namun, Falcao tidak sampai menjadi striker yang banyak dimainkan ketimbang Forlan. Ia hanya memainkan empat pertandingan, dan membuatnya menjadi pemain yang paling malang selama berseragam United.

Entah apa maksud dari manajemen klub merekrut Falcao di musim 2014/2015, yang jelas penampilan yang ia tunjukan di musim itu jauh dari kata baik. Total jumlah golnya selama semusim saja hanya empat. Bahkan, total gol itu lebih sedikit ketimbang jumlah gol milik Ander Herrera, yang mengoleksi enam gol untuk United.

Pemain internasional Kolombia itu juga merupakan pemain pengganti yang sering sekali tidak digunakan saat Louis van Gaal lebih memilih pemain seperti Juan Mata, Antonio Valencia dan Ashley Young untuk dimainkan. Maka tak heran masa depannya di United waktu itu terasa sangat tidak menyenangkan.

Sebenarnya Falcao sangat populer di kalangan rekan satu tim dan staf klubnya karena ia selalu berbicara tentang cerita keluarganya yang ‘unik’. Tapi selebihnya, tidak ada lagi yang spesial darinya selama berada di dalam skuad pasukan The Red Devils.

Ia hanya dianggap sebagai pemain terkenal versi Ed Woodward, yang menganalisisnya lewat Google, dan menunjukan hasilnya dalam sebuah konferensi pers. Bahkan, ketika cerita Falcao sama tergelincirnya seperti Forlan, pemecatan Falcao di pertandingan terakhirnya melawan Arsenal dinilai sangat tidak memiliki penghargaan, dan hal ini dikecam oleh para kerumunan suporter di Old Trafford.

Bagi Woodward, Falcao hanyalah memiliki nama dan bakat eksotis untuk klubnya. Ia tidak menilai dari sisi yang lain. Padahal, di musim itu adalah eranya Van Gaalacticó di United, namun Falcao seolah menjadi pemain yang kurang dihargai dan diposisikan sebagai ‘tukang kudeta yang spektakuler’.

Sikap tersebut tidak sebanding dengan pencapaian Falcao selama berkarier di Eropa. Pasalnya ia adalah pemain yang pernah memenangkan final Europa League pada 2011 bersama Porto dan mencatat hat-trick sensasional di Piala Super Eropa pada 2012 bersama Atletico Madrid. Bahkan salah satu televisi terrestrial di Spanyol membuat klip di YouTube tentang kehebatan Falcao selama bermain di Atletico sebelum akhirnya pindah ke AS Monaco pada 2013.

Namun sekali lagi, United seperti mengutuknya. Tim berjuluk Setan Merah itu justru tampak seperti mengentikan pencapaian besarnya. Di sisi lain, pelatih baru United saat itu, Van Gaal, merasa tidak yakin dengan Danny Welbeck, dan sangat mebutuhkan striker baru untuk timnya. Kemudian datanglah agen Falcao, Jorge Mendes, dengan senang hati menawarkan kliennya tersebut setelah mengalami musim yang suram karena sempat mengalami cedera lutut panjang di musim 2013/2014.

Dari sinilah secara tidak langsung Mendes telah mempererat hubungannya dengan United. Lalu setelah United tanpa kemenangan selama bulan Agustus di liga dan kalah 4-0 dari MK Dons di Piala Liga, klub memutuskan bahwa Falcao resmi bergabung dan mendapatkan bayaran sebesar 6 juta paun. Dengan begitu, Danny Welbeck pun dibuang ke Arsenal setelahnya. “Hari ini, selama latihan, dia punya satu kesempatan dan itu adalah mencetak gol. Itu sebabnya kami harus membiarkan Welbeck pergi,” tutur Van Gaal di depan pers kala itu.

Jika saat itu Mendes mengira kliennya Falcao akan bisa kembali tampil mengesankan di bawah Van Gaal, mungkin saat ini ia masih berseragam United. Tapi pada kenyataanya, harapan itu tidak terealisasi sama sekali. Falcao terus terpuruk dengan cedera yang juga ia alami di Inggris. Bahkan pada Maret 2015, Falcao hanya boleh memainkan pertandingan bersama Manchester United U-21 di Old Trafford demi sebuah proses penyembuhan cederanya. Selain itu, akibat empat penampilan buruk pada Februari 2015, Van Gaal mengubah formasinya dan membuat skema striker tunggal di skuadnya. United lalu memulai form terbaik mereka dengan Rooney di ujung tombak. Hal ini membuat Falcao kian tersingkir.

Melihat situasi mantan striker Atletico Madrid itu, banyak dari para pelatih, terutama Jose Mourinho merasa iba dengan situasi yang dialami striker sekelasnya kala itu. Bahkan Mou merasa sakit melihat banyak orang Inggris yang tidak mengetahui seperti apa sebenarnya performa Falcao di atas lapangan.

“Melihat situasi Falcao di United sangatlah menyakitkan. Saya juga merasa sangat sakit ketika mengetahui bahwa orang-orang di Inggris berpikir jika Falcao yang sesungguhnya adalah yang mereka lihat di Manchester United. Itu tidak benar,” ungkap Jose Mourinho mengomentari apa yang dialami Falcao selama berseragam United.

Pada dasarnya Radamel Falcao adalah striker tajam dan berkelas. Maka United sepertinya harus mempertimbangkan kembali penilaian salah mereka terhadap striker yan saat ini berusia 32 tahun tersebut. Karena selama bermain untuk Monaco, ia telah berhasil mengoleksi 54 gol dalam 79 penampilan, dan bahkan berkontribusi membantu klubnya itu meraih satu gelar Ligue 1 pada 2017.

Jadi, tak mengerankan jika Falcao sangat berambisi mengalahkan Inggris pada babak 16 besar Piala Dunia 2018. Meski pada kenyataannya ia dan tim nasionalnya harus rela tersingkir setalah kalah lewat babak tos-tosan dengan skor akhir 4-3 untuk kemenangan Inggris. Tapi yang jelas ia sudah memperlihatkan bahwa Falcao yang sesungguhnya bukanlah yang saat itu bermain untuk Manchester United.

 

Sumber: Manchester Evening News