Manchester United dikenal sebagai salah satu kesebelasan yang memperhatikan pemain muda. Bahkan, klub ini selalu mengikutsertakan minimal satu pemain akademinya selama 3.917 pertandingan sejak Oktober 1937 lalu. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat dalam skuat United saat ini terdapat lima pemain yang mulai mengisi skuat utama.

Salah satu kesuksesan akademi United tentu terjadi pada era 90-an. Ketika itu, para pemain yang akrab disebut sebagai Fergie’s Fledlings satu per satu naik ke skuad utama yang kemudian menjadi tulang punggung kesuksesan tim dalam meraih tiga gelar pada musim 1998/1999.

Banyak yang menyebut kalau Alex Ferguson adalah otak dari keberhasilan akademi United dalam menelurkan pemain terbaik. Akan tetapi, tugas Sir Alex bisa berjalan mudah berkat sosok Eric Harrison sebagai manajer tim akademi United di era kepelatihannya.

Di tangan Harrison, akademi United bisa menelurkan pemain-pemain macam Gary Neville, Paul Scholes, dan Ryan Giggs yang akhirnya melegenda bersama Setan Merah. Daftar pemain yang sukses diorbitkan Harrison bertambah jika mengikutsertakan nama lain semisal David Platt dan Robie Savage yang melegenda di klub lain.

Sejak pensiun pada 1998, nama Harrison perlahan mulai menghilang ditelan zaman. Bahkan, kakek berusia 80 tahun ini dikabarkan menderita demensia sejak empat tahun lalu. Demensia sendiri merupakan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, kemampuan berpikir, memahami sesuatu, bahasa, dan kecerdasan mental.

Penyakit demensia yang ia derita ini membuat tampilan fisiknya sangat lemah. Ia bahkan kini tinggal di sebuah panti jompo bersama istrinya, Shirley. Saking lemahnya Harrison, Vicky Hilditch, anak dari Harrison sempat memohon agar ayahnya tidak datang ke pesta pernikahannya. Ia takut ayahnya tidak bisa mengikuti prosesi acara hingga selesai meski pada akhirnya Harrison tetap datang ke hari bahagia tersebut.

“Dia tidak dalam kondisi yang baik. Ibuku, melakukan pekerjaan luar biasa di sana (panti jompo). Kami masih mengunjunginya setiap hari. Berada di sana, ia tahu ibuku, aku, dan adik-adikku,” tutur Vicky dilansir dari Manchester Evening News.

Penyakit Demensia tidak hanya membuat penderitanya kehilangan fungsi kognitif. Tetapi juga menghilangkan kemampuan lain seperti berjalan, buang air kecil, hingga kelainan tulang. Hal ini yang membuat Harrison tidak bisa mengunjungi acara-acara yang kerap berkaitan dengan Class of 92.

“Saya sedih ketika dia tidak bisa pergi dalam pesta perayaan 25 tahun gelar juara FA Youth Cup yang ia raih. Padahal dia sangat ingin melihat pemain-pemain seperti Chris Casper, Ben Thornley, dan Raphael Burke. Kami hanya bisa mengirim perwakilan dalam acara tersebut dan bertemu Sir Alex yang berkata kalau ayah adalah orang yang berjasa untuk klub ini.”

Meski mengalami penurunan daya ingat, namun Vicky menuturkan kalau ayahnya masih sering menyebut nama-nama pemain yang pernah ia latih seperti Kevin Pilkington, Chris Casper, David Beckham, Nicky Butt, dan pemain lainnya. Akan tetapi, Harrison justru tidak mengenali wajah para pemain tersebut apabila si pemain datang menengoknya.

“Dia sering mengucapkan beberapa nama pemain yang dia sebut sebagai anak-anaknya. Tetapi jika ada beberapa dari mereka datang menemuinya sekarang, saya tidak merasa dia akan ingat. Semua kenangan tentang para pemain itu saya rasa sudah hilang sekarang.”

Menurunnya kondisi Harrison juga membuat gairahnya untuk menyaksikan sepakbola perlahan menghilang. Ia sudah tidak tertarik dengan permainan yang membuat nama Manchester United bisa setenar seperti sekarang ini. Beberapa foto dan dokumen yang ada pun tidak membuat Harrison tertarik untuk melihat.

Beberapa cara sudah diupayakan oleh keluarga Harrison untuk membantu agar ingatannya perlahan-lahan pulih. Joseph, cucu Harrison, pernah mengundang beberapa pemain United seperti Paul Scholes, Gary Neville, dan Ryan Giggs adalah beberapa alumnus Class of 92 lain untuk menjenguk Harrison. David Beckham bahkan rela menghabiskan waktu berjam-jam bersama Harrison dengan harapan ada seberkas memori yang bisa mengembalikan keceriaan Harrison.

“Beckham adalah pria yang luar biasa. Dia menghabiskan berjam-berjam bersamanya. Aku tahu kalau ingatannya mungkin tidak akan kembali tetapi ketika Beckham datang, dia tampak terkejut yang menandakan bahwa kalau dia masih dihormati oleh mantan anak asuhnya,” tutur Joseph.

Vicky melanjutkan bahwa dalam kondisi lemah dan renta, ada dua kata yang mungkin selalu ada dalam ingatan ayahnya. Dua kata tersebut adalah Manchester United dan Class of 92. Meski ia sudah tidak bisa mengingat lagi apa yang pernah ia lakukan semasa melatih, namun dua kata tersebut menegaskan kalau Manchester United akan selalu ada dalam kenangan seorang Eric Harrison.

“Setiap kami berjalan-jalan keluar, ia akan selalu memakai mantel United kesayangannya. Di jalan, ia akan selalu menyapa orang-orang dengan kata Manchester United dan Class of 92.”

Sumber: Manchester Evening News, The Times