Arsenal pernah dilabeli sebagai kesebelasan Prancis karena mayoritas skuat utama mereka berasal dari negara asal sang arsitek, Arsene Wenger. Meskipun aturan homegrown diterapkan, toh tak sedikit pemain asing yang memenuhi syarat sebagai pemain homegrown, seperti Cesc Fabregas misalnya.

Namun, kehadiran para pemain asing jelas menghadirkan sisi negatif buat Inggris. Pelatih timnas akan kesulitan memilih pemain karena gagal bersaing dengan pemain asing di tim utama. Perkembangan pemain muda pun akan tersendat karena klub lebih memilih membeli pemain muda yang sudah jadi. Absennya para pemain Inggris, di Liga Primer Inggris, sejatinya bisa meredupkan sejarah dan faktor-faktor di luar hal teknis lainnya.

Dulu, apa yang biasa dikatakan pelatih di ruang ganti untuk memberi motivasi? Pelatih biasanya membakar semangat para pemain dengan semangat kedaerahan.

“Lawan kita itu Liverpool! Mereka mengejek kita sebagai kota industri, kota yang penuh buruh! Kini, kita juga punya pelabuhan. Kita tak butuh Liverpool!” begitu barangkali yang akan diucapkan pelatih Manchester United kala menghadapi Liverpool.

Pun halnya saat derby Newcastle United menghadapi Sunderland. Kedua pelatih, bahkan hingga saat ini, masih sering mengobarkan semangat kedaerahan untuk memotivasi pemain.

Lantas, apa yang diucapkan Arsene Wenger, dengan para pemain asingnya, saat menghadapi Derby London? Apakah para pemain asing, seperti Dennis Bergkamp atau Robert Pires, punya semangat kedaerahan seperti John Terry di Chelsea, misalnya?

Hadirnya semangat kedaerahan berimplikasi pada hadirnya rasa malu yang begitu besar saat klub kalah. Mereka akan merasa tidak enak pada tentangga dan keluarga. Ini yang membuat mereka mesti habis-habisan untuk meraih kemenangan.

Wayne Rooney, Semangat Terakhir

Tentu, semangat kedaerahan tidak melulu diberikan kepada pemain yang lahir di daerah tersebut. Pemain yang sudah lama tinggal di satu wilayah pun biasanya memiliki rasa yang sama. Mereka tinggal di daerah tersebut untuk waktu yang lama dan akan menanggung tanggung jawab sosial demi kemajuan daerah tersebut. Salah satunya adalah Wayne Rooney.

Rooney bukanlah Mancunian. Ia lahir di Croxteth, sebuah wilayah di ujung barat Merseyside. Namun, tubuhnya sudah menghirup udara Manchester sejak Agustus 2004, saat usianya masih 18 tahun. Kala itu, ia adalah yang termahal untuk pemain di bawah usia 20 tahun.

Pada 2010 silam, terjadi ketegangan antara manajemen dengan Rooney. Alasannya karena kontrak yang masih belum diperbarui. Tentu, pihak Rooney ingin kontrak yang menguntungkan bagi mereka, di sisi lain, manajemen pun ingin yang terbaik buat klub.

Pada Oktober 2010, Sir Alex Ferguson menyatakan pada media bahwa Rooney ingin pergi. Ia pun mengaku terkejut dan kecewa atas kabar tersebut.

“Kami kaget seperti halnya setiap orang, kami tidak mengerti mengapa dia ingin pergi,” kata Sir Alex kepada BBC.

“Aku sedang di kantor pada 14 Agustus dan David (Gill, CEO MU kala itu) mengatakan kalau Rooney tidak menandatangani kontrak. Aku tercengang. Itu hanya beberapa bulan setelah dia bilang kalau dia tengah berada di kesebelasan terhebat di dunia.”

Sir Alex pun berusahan bertemu dengan Rooney untuk mengendalikan situasi. Namun, apa yang keluar dari mulut Rooney, sama seperti yang diucapkan agennya bahwa ia ingin pergi. Sir Alex amat kecewa dengan keputusan tersebut. Pasalnya, United selalu ada di belakang Rooney dalam situasi apapun.

Sir Alex tak mengerti mengapa Rooney ingin pergi dari kesebelasan tersukses di Britania Raya. Mereka bahkan punya sejarah yang bagus, stadium yang megah, dan tempat latihan yang nyaman. Meskipun demikian, Sir Alex tak mau mencegah kalau Rooney bersikeras ingin pergi.

“Aku merasa kalau kami harus membiarkan pintu terbuka untuknya, terutama dia sebagai pemain yang bagus,” kata Sir Alex.

Di sisi lain, Rooney dan agennya menyatakan kalau keinginannya untuk pergi lebih didasari pada ambisi, bukan uang.

“Aku bertemu dengan David Gill pekan lalu dan dia tidak memberikanku jaminan soal masa depan,” kata Rooney, “Aku lalu bilang padanya kalau aku tak akan menandatangani kontrak baru.”

Permintaan Rooney terbilang unik karena ia meminta jaminan bahwa klub harus mendatangkan pemain-pemain top. Namun, pada akhirnya, Rooney tak benar-benar keluar. Pada akhir Oktober 2010, Rooney sepakat untuk menyetujui kontrak baru dengan durasi lima tahun. Ia pun memberikan permintaan maaf kepada rekan-rekannya di United.

“Penandatangan kontrak ini adalah sebuah kepercayaan yang absolut kepada manajemen, staf kepelatihan, dewan klub, dan pemilik, yang berkomitmen untuk memastikan United menjaga sejarah kejayaannya, yang mana ini adalah alasan utamaku bergabung di sini,” kata Rooney.

“Saya tahu penggemar pasti marah dan bingung dengan semua pemberitaan yang mereka dengar di media, tapi pesan saya adalah saya peduli terhadap klub ini dan ingin berada di sini, ini penting untuk Anda ketahui.”

Seperti yang kita ketahui, Rooney sudah 12 musim berada di Manchester United. Ia menjadi pemain paling senior di klub saat ini. Raihan golnya, hanya tertinggal tiga gol dari pencetak gol terbanyak United, Sir Bobby Charlton.

Ban kapten pun melekat di lengan Rooney. Komando keluar dari mulutnya. Saat berhubungan dengan wasit, ia menjadi yang terdepan; untuk menjelaskan maupun untuk memprotes. Rooney, telah bertransformasi menjadi pemain tak tergantikan.

Setelah era Sir Alex, Rooney selalu jadi pilihan utama David Moyes, Ryan Giggs, maupun Louis van Gaal. Untuk mengakomodasi kemampuannya, terkadang ia ditempatkan di belakang penyerang, bahkan menjadi gelandang.

Mengusung Senioritas

Di tangan Jose Mourinho, United kini tampil dengan gabungan pemain berpengalaman dan pemain muda. Mereka punya Zlatan Ibrahimovic, Antonio Valencia, Marouane Fellaini, Michael Carrick, sampai Juan Mata. United pun ditunjang pemain berusia muda semacam Eric Bailly, Paul Pogba, dan Anthony Martial.

Kombinasi pemain senior-junior ini membuat United tak cuma unggul di kemampuan teknis, tapi juga non-teknis. Mengapa, misalnya, Rooney yang dipilih menjadi kapten, bukan Carrick? Bisa jadi karena Rooney punya “pendekatan khusus” kepada wasit ataupun kepada pemain lawan yang berusaha merugikan United.

Ke-vokal-an Rooney diharapkan mampu membuat pemain lawan gentar. Ditambah lagi kehadiran pemain yang punya imej menyebalkan seperti Zlatan, akan menambah faktor non-teknis yang membuat United bisa unggul.

Rooney memang bukan Mancunian. Pun dengan penggemar United, ia bisa Asia, Amerika, atau Afrika. Untuk mengawal sebuah kesebelasan besar, ia tak perlu menjadi seorang Mancunian, karena yang dibutuhkan adalah kebanggaan dan kesetiaan.