Foto: PremierLeague

Alih-alih menang mudah atau bahkan menang telak seperti yang diharapkan banyak orang, termasuk saya, nyatanya United justru dibuat malu di Vicarage Road. Setan Merah takluk dari Watford yang sepanjang musim lebih banyak berkutat di posisi paling bawah dengan skor 2-0.

Sulit untuk mencari kata apa yang cocok untuk mendeskripsikan permainan United kemarin malam. Bisa dibilang hancur, jelek, kusut, dan berantakan. Namun yang pasti, tradisi United untuk sedekah poin kepada tim papan bawah masih terus dilakukan.

Tidak hanya soal tradisi, cara bermain United juga masih sama persis. United terlihat bingung dan kreativitas mereka kembali terkunci menghadapi lawan yang transisi bertahannya cukup rapi selama 90 menit. Lagi-lagi United tidak bisa keluar ketika serangan mereka mati di satu sisi yang dalama hal ini adalah sisi kiri, tempat yang menjadi kekuatan United bersama Solskjaer. Upaya untuk pindah aliran serangan ke sisi lainnya juga tidak berjalan efektif, ya sama persis lah dengan apa yang mereka tampilkan ketika melawan Everton sebelumnya. Hal ini membuat penguasaan bola dominan hingga 64% yang dimiliki menjadi sia-sia.

Padahal, Watford juga tidak bermain dengan baik. Mereka hanya mengandalkan kekuatan fisik para pemainnya yang lebih unggul dibanding para pemain United seperti Abdoulaye Doucore, Etiene Capoue, Troy Deeney, dan Ismaila Sarr. Plan taktik mereka juga tidak bagus-bagus amat karena tidak banyak yang berubah dari skema Nigel Pearson dengan apa yang dilakukan Javi Gracia atau Quique Sanchez Flores kecuali satu yaitu semangat kuat untuk bertanding dan meraih tiga poin dari United.

“Kami mengambil banyak hal-hal positif dari kinerja kami pekan lalu. Kami berbicara banyak hal positif pada minggu ini. Ketika Anda melawan tim penuh bintang di Premier League, penting untuk berfungsi dengan baik sebagai tim. Saya merasa kami begitu terorganisir dan bermain sangat disiplin hari ini. Saya tidak berpikir kami bermain sebaik minggu lalu, tetapi etos kerja kami sangat luar biasa pada hari ini,” kata Nigel Pearson setelah laga.

Pertanyaannya: Di mana etos kerja para pemain United yang selalu bermain militan ketika melawan tim top six? Jika berbicara soal kualitas pemain jelas United lebih unggul. Mereka memiliki Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Daniel James, tiga pemain yang disebut-sebut sedang on fire bersama United musim ini.

Segalanya semakin ruwet ketika dua gol Watford juga sebenarnya hasil dari kesalahan para penggawa United. Gol pertama berasal dari kesalahan konyol De Gea yang tidak bisa menangkap bola sepakan Sarr yang sebenarnya tidak terlalu keras. Coach Justin saja sampai berkata kalau bola seperti ini sebenarnya mudah untuk ditangkap bahkan oleh kiper amatir asal Indonesia. Bahkan Gary Neville melongo penuh heran melihat aksi De Gea. Gol kedua datang dari tekel terlambat Aaron Wan Bissaka.

Permainan United sebenarnya ada harapan ketika Paul Pogba masuk. Serangan-serangan United mulai lebih sering mengancam kotak penalti Watford. Namun masuknya Pogba juga sudah terlambat mengingat United sudah tertinggal 2-0 dan tuan rumah mulai memainkan tempo dan mengulur pertandingan.

Tidak banyak bahasan taktik untuk laga melawan Watford ini karena kesalahannya masih sama dengan sebelum-sebelumnya yaitu sulit membongkar kesebelasan tim yang kompak bertahan dan tidak punya kreativitas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Entah apa yang dilakukan Solskjaer selama di Carrington mengingat kesalahan ini selalu terus terjadi.

Statistik mencatat kalau United memenangi 73% laga (8 dari 11 laga) Premier League justru ketika penguasaan bola mereka jauh lebih sedikit dibanding lawan. Berbanding terbalik dengan 36% (10 dari 28 laga) ketika mereka menguasai bola. Hal ini membuktikan kalau Solskjaer sejauh ini hanya mengandalkan satu output serangan saja yaitu counter attack. Sayangnya, satu taktik jelas tidak akan berguna untuk situasi sepakbola sekarang ini.

Musim ini memang terkesan lebih aneh jika dibandingkan musim lalu. Jika musim lalu, Solskjaer tidak punya rencana cadangan ketika melawan tim papan atas, maka kali ini ia tidak punya plan B melawan tim yang levelnya lebih kecil.

Dua laga berikutnya, United akan berhadapan dengan Newcastle United dan Burnley. Jika tidak ada perubahan, maka siap-siap saja melihat United kembali menunjukkan penampilan seperti kemarin. Seorang manajer akan dinilai cakap atau tidaknya ketika membawa tim keluar dari masa sulit dan Solskjaer harus mencari jalan keluar untuk masalah ini mengingat kedua lawan tersebut tidak akan bermain terbuka.