Manchester United berhasil comeback usai tertinggal 2-3 dari Liverpool pada babak perempatfinal Piala FA. The Red Devils menang 4-3 lewat babak perpanjangan waktu.

Ada sejumlah hal menarik yang akan kami bahas mengenai kemenangan penting The Red Devils tersebut.

Panas di Awal dan Akhir Babak

Manchester United sempat menguasai laga bahkan mencetak gol terlebih dahulu pada menit ke-10 lewat Scott McTominay. Namun, pada akhir babak pertama, United justru kebobolan dua gol dalam rentang dua menit.

Di awal babak kedua, para pemain United tampak tampil ogah-ogahan, sampai akhirnya Harry Maguire dan Antony Spin masuk. Serangan mulai kembali terlihat dan United lebih banyak menguasai bola. Puncaknya adalah saat Antony mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-88. Ia mencetak gol sesuai dengan julukannya: berputar.

Di babak pertama perpanjangan waktu, kedua tim sebenarnya bermain imbang. Akan tetapi, Liverpool mencetak gol lewat Harvey Elliott pada menit ke-105. Elliott pun melakukan perayaan dengan sangat semangat padahal cuma ngegolin ke gawang Andre Onana, yang mana banyak pemain lain bisa melakukannya. Biasa aja. Untung rambutnya sudah tidak dikuncir karena bakal makin sebel ngeliatnya.

Untungnya aturan Silver Goal sudah dimusnahkan, jadi United masih bisa bernafas di sisa 15 menit. Dan benar saja, segala cara dilakukan anak asuh Erik ten Hag tersebut, termasuk mendorong Harry Maguire maju ke depan.

Total lima shots dilakukan, dan dua berhasil menjadi gol. Satu gol kemenangan dicetak oleh Amad Diallo; meski limbung tapi tendangannya lebih akurat dari prediksi cuaca BMKG.

Kenapa Gol Mohamed Salah Disahkan?

Gol kedua Liverpool dicetak oleh Mohamed Salah pada menit ke-45+1. Akan tetapi dalam prosesnya, Bruno Fernandes ditabrak oleh Joe Gomez yang kemudian merengek minta peluit ditiup. Wasit tidak peduli dan beberapa detik kemudian The Reds mencetak gol.

Protes sempat dilancarkan sampai dilakukan peninjauan lewat VAR. Namun, setelah dicek ulang, gol tersebut tetap disahkan. Mengapa?

Pundit ITV, Lee Dixon, justru mengkritisi apa yang dilakukan oleh pemain berkebangsaan Portugal tersebut.

Dixon berkata, “Dia harusnya lebih kuat. Aku tak merasa itu adalah sebuah pelanggaran. Dia (Joe Gomez) menaruh kakinya di bola dan hanya nyender ke Fernandes yang harusnya lebih kuat dari itu.”

Dixon memerhatikan kalau Fernandes sering betul jatuh dengan cara itu. Fernandes berpikir kalau wasit akan memberinya pelanggaran. Sehingga saat ditekan dari belakang, ia akan jatuh dan berharap pada wasit; berharap pada manusia. Padahal sudah jelas dalam surat Al Insyirah ayat 8:

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Dixon merasa itu jelas bukan pelanggaran. Fernandes harus lebih kuat dan karena itu pula ia harus menerima konsekuensinya.

Mengapa Amad Dikartu-merah?

Pencetak gol kemenangan United, Amad Diallo dikartu-merah usai mengoleksi kartu kuning kedua. Udah bener ngoleksi kartu pos atau kartu Yu-gi Oh, ini ngoleksi kartu kuning.

Jadi, pemain berkebangsaan Pantai Gading ini melakukan serangan balik bersama Alejandro Garnacho. Secara mengejutkan, Garnacho memberikan umpan pada Diallo. Ini kejadian kayak langka banget gak sih?

Setelah mencetak gol kemenangan tersebut, Amad melakukan perayaan gol dengan berlari ke pojok dan membuka jerseynya. Tentu, membuka jersey akan dihadiahi kartu kuning oleh wasit. Namun, entah lupa atau bagaimana, Amad sebenarnya sudah mendapatkan kartu kuning, di awal-awal saat ia masuk.

Pertanyaanya, apakah Amad bisa main di semifinal?

Jawabannya, bisa. Soalnya masih ada satu laga Premier League jelang semifinal yakni melawan Brentford. Sebagai informasi akumulasi kartu berlaku di seluruh kompetisi Inggris. Misalnya, hukuman akumulasi dua kartu kuning di Premier League langsung terjadi di laga selanjutnya, tak peduli laga itu Premier League atau Piala FA atau Piala Liga.

Amad sendiri merasa senang dan berpikir kalau United main bagus. “Salah satu laga terbaik musim ini, jadi aku sangat bahagia,” kata Amad.

Soal kartu kuning kedua ini, Amad mengaku kalau ia lupa sudah diberi kartu kuning. Ia pun kecewa akan kartu merah tersebut. “Namun, yang terpenting buatku adalah menang melawan tim besar seperti Liverpool,” jelas Amad.

Kembalinya Mason Mount

Mason Mount akhirnya kembali bermain usai cedera hampir selama empat bulan. Terakhir kali ia main adalah kemenangan 1-0 atas Luton Town di pertengahan November 2023. Meski namanya Mount, tapi faktanya ia tidak sekuat gunung, masih bisa cedera juga.

Awalnya, Mount diharapkan bisa kembali pada Januari. Namun, ia masih belum bisa bugar. Baru pada pekan ini ia kembali berlatih dan akhirnya dimainkan.

Mount masuk pada 15 menit terakhir. Hal ini menjadi menarik mengingat tiga gelandang serang bermain bersamaan: Bruno Fernandes dan Christian Eriksen.

Usai laga, Mount langsung mengabari para pengikutnya di Instagram. Ia menulis, “Inilah artinya menjadi bagian dari tim ini! Tidak sabar menunggu yang berikutnya!”

Sebelum laga, Ten Hag menyayangkan cedera Mount tersebut. Padahal, ini adalah musim debutnya. Sehingga, Mount jadi tak punya kesempatan untuk membuktikan diri. Meski, Ten Hag merasa kalau Mount akan menjadi pemain yang sangat bagus buat Manchester United.

Rashford dan Peluang yang Ia Siakan

Usai laga, Marcus Rashford senang dengan hasil ini. Namun, ada satu hal yang ia sesalkan: peluang di menit akhir babak kedua.

Kala itu, United sudah mencetak gol penyama kedudukan lewat Antony. Beberapa detik sebelum laga berakhir, Eriksen mendapatkan bola dari Lindelof. Melihat momen itu, Rashford mengacungkan jarinya seperti sedang mencegat angkot. Eriksen mengerti.

Tak sampai dua detik ia menguasai bola, karena kalau 32 tahun kan kelamaan ya, Eriksen pun langsung melepaskan bola melewati pertahanan Liverpool. Bodoh betul Conor Bradley. Dia pikir mengangkat tangan akan membuat wasit meniup peluit tanda offside. Kecuali kalau dia jadi hakim garis.

Wasit tidak peduli pada Bradley. Hakim garis juga pasti kecewa pada pengamatan Bradley karena Virgil van Dijk masih lebih dekat dengan kiper ketimbang Rashford.

Bola ditahan Rashford yang sedang melayang; persis macam Tsubasa Ozora saat terbang melewati tekel Ishizaki. Rashford lalu melepaskan “Tendangan Martial” ke sudut gawang Liverpool. Bola meluncur. Namun seperti halnya manusia yang cuma dikasih harapan, bola itu lama-lama menjauh.

Rashford terjatuh. Pun dengan Garnacho. Amad menutup wajah tanda tak percaya. Puluhan ribu pasang mata di Old Trafford juga sama.

Rashford juga. Ia yakin 100 persen bisa mencetak gol.

“Aku berharap hal itu terjadi setengah jam yang lalu, namun kami telah menyelesaikan pekerjaan pada akhirnya sehingga kami kini melaju ke babak berikutnya dan kami harus terus berusaha dan mencoba meraih sesuatu di musim ini,” kata Rashford.

“Hari ini mewakili apa yang selalu saya wakili, tidak ada yang berubah. Ini adalah malam besar dalam sejarah Manchester United dalam pertandingan besar vs Liverpool dan kami senang bahwa ini membawa kami lolos ke semifinal, tapi meskipun itu adalah pertandingan normal melawan Liverpool, kami harus menang.”

Sumber: Manchester Evening News (1), (2), (3)