Foto: Manchester United World

Terlepas dari rasa tidak suka akan permainannya yang dianggap tidak mencerminkan kualitas gelandang yang dicari oleh Manchester United, tidak ada salahnya para suporter mengucapkan terima kasih kepada Scott McTominay atas apa yang ia lakukan pada pertandingan melawan Omonia semalam.

Masuk menggantikan Casemiro pada menit ke-81, gelandang asal Skotlandia ini menjadi pahlawan berkat golnya pada menit ke-90+3. Gol ini menjadi gol kemenangan United pada laga tersebut sekaligus menjaga peluang mereka untuk bisa lolos ke fase gugur sebagai juara grup.

Jika tidak ada gol ini, langkah United menjadi cukup berat dan justru membuat mereka hanya bisa lolos sebagai runner-up yang nantinya bisa membuat mereka harus menghadapi lawan-lawan bagus yang merupakan lungsuran dari Liga Champions.

“Kami tahu kalau kami membutuhkan kemenangan malam ini, tapi mereka juga tampil bagus dan Neil Lennon adalah pelatih hebat. Di Eropa tidak ada pertandingan yang berjalan mudah dan pada akhirnya kami semua senang dengan hasilnya. Saya tidak berada di lapangan untuk sebagian besar menit pada laga ini, tapi yang paling utama adalah semangat tim hari ini yang tidak kenal kata menyerah,” kata McTominay setelah pertandingan.

Definisi “Skuad elite cetak gol sulit” cukup pas untuk menggambarkan situasi United pada laga semalam. Untuk bisa mencetak gol, mereka butuh 34 percobaan. Ini merupakan jumlah percobaan tertinggi untuk sebuah tim dalam satu laga Europa League musim ini.

Dengan kapasitas United yang dianggap sebagai calon juara, tentu hal ini merupakan sinyal yang kurang bagus. Apalagi melihat xG (Expected Goals) United yang mencapai angka 4,15 berarti United seharusnya memenangkan laga ini dengan keunggulan minimal tiga hingga lima gol.

Ada dua faktor yang membuat Setan Merah kesulitan untuk bisa membuat banyak gol. Yang pertama sudah pasti adalah karena kegemilangan penjaga gawang Omonia Francis Uzoho. Ia membuat 12 penyelamatan pada pertandingan ini dengan tiga diantaranya menepis peluang emas Rashford. Ia juga sempat membuat double saves pada awal babak kedua. Tidak sedikit yang menyebut kalau dia memang layak menerima gelar Man of the Match.

“Saya tidak kecewa karena kami tampil sangat luar biasa. Saya lebih suka mendapat satu poin, tapi saya senang bisa berkiprah di tempat seperti ini dan melawan pemain-pemain besar. Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya bisa bermain melawan United,” kata pria asal Nigeria ini.

Faktor kedua adalah finishing United mereka yang sangat buruk. Mereka memang membuat banyak peluang dan mengancam hampir 90 menit. Namun, akurasi tendangan mereka berantakan. Percobaan tendangan jarak jauh juga terkadang tidak terlalu efektif. Saking frustrasinya bahkan mereka mencoba untuk melepaskan tendangan dari situasi yang tidak ideal.

Selain itu, akurasi umpan di sepertiga akhir juga masih bermasalah. United masih menunjukkan kekurangan ketika bertemu lawan yang bermain dengan blok rendah. Setiap kali menguasai bola, nyaris tidak ada rekan setim yang melakukan pergerakan tanpa bola. Hal ini yang membuat serangan mereka menjadi sia-sia. Memanfaatkan umpan silang juga tidak efektif karena nyaris crossing-crossing dari pemain sayap tidak menemui sasaran.

Hal ini memperlihatkan kalau serangan-serangan United pelan-pelan mulai terbaca oleh lawan. Ini tentu bukan sinyal yang bagus mengingat akhir pekan ini mereka akan melawan Newcastle United. Salah satu pesaing utama mereka untuk memperebutkan empat besar sejauh ini.