Foto: Twitter Man United

Manchester United kembali menorehkan penampilan yang cenderung biasa-biasa saja jika tidak ingin dibilang buruk. Pada pertandingan babak ketiga Piala FA musim 2019/2020, Setan Merah hanya bermain imbang 0-0 melawan momok terbesar mereka dalam tempo setahun terakhir, Wolverhampton Wanderers di Molineux Stadium.

Pada pertandingan kemarin, rotasi dilakukan kedua manajer. Beberapa pemain muda diberi kesempatan untuk tampil. United memainkan Brandon Williams, Mason Greenwood, dan Tahith Chong, sementara tuan rumah memainkan Max Kilman dan Benny Ashley Seal. Beberapa dari mereka tampil sangat baik meski tidak sejalan dengan hasil akhir yang diraih.

Berikut adalah beberapa hal dari pertandingan yang dipimpin oleh wasit Paul Tierney ini.

Setan Sayang Serigala

Hasil ini menandakan kalau pertandingan akan diulang mengingat Piala FA menganut sistem replay jika ada kedua kesebelasan yang bermain imbang. Oleh karena itu, untuk sekian kalinya United akan bertemu dengan si serigala. Pertandingan ulang nanti akan menjadi pertemuan kelima mereka hanya dalam tempo 10 bulan sejak Maret 2019 lalu. Sejauh ini, United dan Wolves sudah bertemu lima kali sejak mereka promosi pada 2018 lalu, ajaibnya United tidak pernah menang setiap bertemu mereka dengan catatan dua kali kalah dan tiga kali seri.

Di Tempat Latihan Ngapain Aja?

Sebenarnya, Wolverhampton Wanderers tidak memiliki catatan yang istimewa. Mereka hanya membuat dua sepakan ke gawang dari 12 percobaan. Namun, Wolves jauh lebih baik jika dibandingkan dengan United. Setan Merah bahkan tidak membuat satu pun sepakan ke gawang meski melakukan percobaan sebanyak yang dilakukan tuan rumah (tiang dan mistar tidak dihitung sebagai target). Sarung tangan John Ruddy bersih dari ancaman.

Solskjaer menyebut kalau pada babak pertama timnya tampil sangat baik. Memang benar, namun itu semua hanya dari aspek penguasaan bola. Soal ancaman ke kotak penalti? Nihil. United memainkan trio James, Greenwood, dan Tahith Chong di lini depan. Namun beberapa kali posisi Chong dan Greenwood selalu bertumpuk di sisi kanan.

Entah ini memang instruksi Solskjaer atau Greenwood terlalu bernafsu untuk mendapat bola seperti yang diungkapkan Samuel Luckhurst, jurnalis Manchester Evening News. Namun yang pasti, kotak penalti Wolves kadang hanya diisi oleh Juan Mata dan Daniel James karena Greenwood masih ada di pinggir. Suplai bola untuk ke dalam kotak penalti Wolves jelas macet dan gampang dipatahkan mengingat output serangan United hanya melalui umpan silang yang jelas bukan makanan empuk bagi Mata maupun James.

Berbicara soal output serangan, maka lagi-lagi yang dibahas adalah soal kolektivitas. Masalah United yang entah kenapa dibiarkan Solskjaer hingga setahun tanpa adanya penyelesaian yang berarti. Hal ini yang membuat United seperti tidak punya pattern untuk menyerang dengan jelas dan gaya permainannya tidak berubah setiap pekannya.

Padahal, United memainkan pola 4-2-4 ketika sedang memegang bola alias ada enam pemain yang siap menyerang ketika melawan Wolves. Namun lagi-lagi pergerakan para pemain di sepertiga akhir sangat buruk sehingga pemain yang sedang memegang bola tidak tahu harus berbuat apa. Tendangan jarak jauh menjadi opsi dengan akurasi mereka yang masih di bawah rata-rata.

Foto: Twitter Utd Arena

Perihal kolektivitas yang bermasalah bisa dilihat dari momen ketika Brandon Williams membangun serangan dari sisi kiri dan memberi bola kepada Matic. Setelah memberi bola tersebut, Williams melakukan overlap dan terbebas dari penjagaan wing back Wolves yang tidak siap melakukan transisi. Bola kemudian dikuasai Rashford dan diberikan kepada Andreas Pereira. Alih-alih memberi bola ke Brandon yang tanpa pengawalan, Andreas justru menunggu Rashford yang pergerakannya sudah ditunggu oleh Ruben Neves. Serangan mereka pun berantakan mengingat umpan Andreas pun tidak jatuh wilayah lari Rashford.

Masalah kreativitas tidak akan beres hanya dengan membeli pemain kreatif tanpa adanya penguatan secara kolektivitas. Sayangnya, Solskjaer tampak menunggu pemain kreatif dulu untuk hadir dalam skuat dan baru membahas soal kolektivitas. Jika ini memang benar dilakukan Solskjaer, maka timbul pertanyaan: Di tempat latihan, mereka ngapain aja?

Sinar Brandon Williams dan Sergio Romero

Pada babak kedua, Nuno Espirito Santo memainkan Raul Jimenez menggantikan Ashley Seal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan agresivitas dan intensitas serangan Wolves. Hal itu berhasil dengan United yang mau tidak mau harus bertahan mengingat Nuno juga memainkan Joao Moutinho dan Jonny Castro beberapa menit kemudian. Beruntung, United masih dinaungi nasib baik mengingat ancaman Wolves kerap gagal karena kualitas penyelesaian akhir mereka yang juga tidak terlalu baik.

Sedikit hal positif dari permainan United adalah keberhasilan mematikan peran Adama Traore. Sejak awal, jebolan LA Masia ini memang cukup ditakuti oleh lini belakang United. Beruntung, Brandon Williams sukses membuat Adama tidak leluasa bergerak seperti ketika melawan City.

Brandon akan berada lebih dekat atau bahkan sedikit di depan Adama ketika Wolves sedang bertahan. Tujuannya agar ia punya waktu yang cukup untuk menutup ruang gerak Adama ketika bola diarahkan kepadanya. Ia juga dibantu oleh Daniel James yang sama-sama memiliki kemampuan underlap yang bagus. Hanya sekali, Brandon sukses dilewati oleh Adama melalui dribel yang menjadi senjatanya.

Selain itu, Sergio Romero juga patut diberikan apresiasi berkat keberhasilannya mendapat clean sheet ke-10 dari 13 penampilannya di Piala FA. Hanya empat gol saja yang bersarang ke gawangnya dengan dua diataranya didapat dari Wolves pada musim lalu.

Ia kembali membuktikan kapasitasnya sebagai kiper yang cocok untuk mendapat kesempatan tampil sebagai pemain inti. Dari 52 penampilan yang sudah dijalani, hanya 24 gol yang masuk ke gawangnya dan 33 kali tidak kebobolan. Bahkan mantan penjaga gawang Sampdoria ini sudah mengumpulkan lima clean sheets dari tujuh penampilan. Bandingkan dengan De Gea yang baru memiliki empat clean sheets meski bermain sebanyak 21 pertandingan.