Foto: Twitter Man United

Kemenangan yang dicari itu akhirnya berhasil didapat. Setelah menjalani tiga laga pertama di tahun 2020 dengan hasil yang mengecewakan, Manchester United akhirnya mendapatkan tiga poin pertamanya. Sabtu kemarin, mereka meraih kemenangan telak 4-0 atas penghuni posisi terbawah Premier League, Norwich City.

Tiga poin ini memang wajib hukumnya untuk didapat MU mengingat mereka punya banyak sekali bekal yang menguntungkan sebelum laga. Mulai dari perbedaan posisi, kualitas pemain, hingga absennya penyerang andalan lawan, menjadi modal bagi mereka untuk bisa menekuk anak asuh Daniel Farke tersebut. Beruntung, mereka berhasil memanfaatkan keuntungan tersebut.

Kemenangan ini memang belum membuat peringkat Setan Merah menanjak karena Chelsea juga menang pada saat yang bersamaan. Begitu juga dengan permainannya yang masih ada catatan. Namun, kemenangan ini tetap memiliki nilai yang sangat penting karena bisa meningkatkan kepercayaan diri para pemain jelang dua laga sulit melawan Wolverhampton (Piala FA), dan Liverpool pekan depan.

Berikut adalah beberapa hal menarik dari pertandingan ini

Sinar Putra Daerah

Pertandingan ini menjadi momen spesial bagi Marcus Rashford. Laga melawan Norwich merupakan pertandingan ke-200 bagi putra daerah Manchester ini sejak debutnya pada Februari 2016. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi pemain yang masih berusia 22 tahun. Momen bersejarah ini kemudian ia lengkapi dengan mencetak dua dari empat gol kemenangan MU.

Berkat dua golnya, kini Rashford sudah mencetak 19 gol di semua kompetisi. Butuh satu gol lagi untuk membuatnya bisa mencetak 20 gol di semua kompetisi. Sejauh ini, baru Ibrahimovic (2016/2017) dan Romelu Lukaku (2017/2018) yang bisa mencetak 20+ gol dalam satu musim pasca era Sir Alex Ferguson. Mengingat masih banyaknya laga yang bisa dimainkan, maka peluang Rashford untuk mendapatkan satu gol tentu tidak sulit.

Selain itu, 14 dari 19 gol Rashford dicetak di Premier League. Ia hanya berselisih tiga gol dari top skor sementara yaitu Jamie Vardy yang tidak mencetak gol pada pekan ini. Melihat pencapaiannya musim ini, maka layak bagi dirinya untuk mendapatkan tempat di tim inti timnas Inggris pada Euro 2020 nanti.

Magis Juan

Pada pertandingan kemarin, Ole Gunnar Solskjaer tampaknya mendengar keluh kesah penggemar United yang kecewa dengan Jesse Lingard. Ia akhirnya tidak memainkan si nomor 14 dan menggantinya dengan Juan Mata.

Dimainkannya pemain asal Spanyol ini juga berkaitan dengan taktik yang dipakai tim tamu. Anak asuh Daniel Farke ini tidak akan sembrono dengan berani bermain terbuka sehingga bertahan menjadi jalan yang dipilih, oleh karena itu keberadaan Mata jelas diperlukan untuk merusak koordinasi lini belakang mereka yang sesuai dengan prediksi bermain dengan menggunakan dua blok pertahanan yang sangat rendah.

Yang menarik, Mata sendiri tidak bermain sebagai gelandang serang yang merupakan posisi naturalnya. Oleh Ole ia dimainkan di sisi kanan dan memberikan tempat di belakang striker kepada Andreas Pereira. Peran sebagai inverted winger diberikan karena Mata punya kemampuan melepaskan umpan akurat melalui kaki kiri yang menjadi keahliannya. Sebuah keputusan yang jeli dari Ole karena dari sisi inilah ia akhirnya menjadi salah satu bintang lapangan dengan dua asisnya yang masing-masing diberikan kepada Rashford dan Martial.

Banyak Trik dan Sering ‘Tabrakan’

Sebuah kesebelasan yang baik adalah kesebelasan yang tidak cepat puas. Mereka yang meraih kemenangan tetap butuh evaluasi agar kedepannya permainan mereka semakin membaik dan meningkatkan kualitas mereka menjadi lebih kuat lagi dibanding sebelumnya.

Begitu juga yang harus dilakukan United setelah pertandingan kemarin. Mereka boleh saja bergembira karena berhasil menang besar. Namun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki oleh Ole kedepannya.

Pada babak pertama, penampilan United masih seperti biasanya ketika menghadapi tim papan bawah yaitu kebingungan dalam membangun serangan. Rendahnya pertahanan yang dibangun Norwich membuat mereka kesulitan untuk mengirimkan bola ke kotak penalti Norwich yang penuh oleh para pemain mereka. Hal ini memaksa United mencari peluang melalui trik-trik individu yang tidak semuanya berjalan dengan baik. Selain itu, buntunya permainan United pada babak pertama dikarenakan minimnya pergerakan tanpa bola dari para pemain depan. Beruntung, pergerakan tanpa bola Rashford pada menit ke-27 berhasil dibaca Mata yang sukses mengirimkan bola menjadi gol pertama.

Selain itu, masih seringnya pemain United tidak paham akan posisi mereka di atas lapangan. Entah apakah itu adalah permintaan Solskjaer, namun dari kacamata penonton layar kaca hal tersebut bisa sangat merugikan MU.

Ketika Mata menguasai bola di sisi kanan, Aaron Wan-Bissaka dan Andreas Pereira justru ikut mendekat dan berdiri di half space. Hal ini sudah pasti membuat sisi kanan menjadi bertumpuk dan Mata kehilangan opsi di depan kotak penalti yang seharusnya diisi Pereira.

Begitu juga di sisi kiri. Saat Brandon dan Martial melakukan build-up, pemain Brasil ini juga ikut mendekat alih-alih tetap di tengah. Ketika Andreas melakukan ini, pemain United yang berada di kotak penalti hanya Martial sehingga membuat serangan mereka menjadi mudah dihalau.

Pada babak kedua, masalah pemain yang numpuk ini masih sering terjadi. Paling banyak di sisi kiri yang menjadi outlet serangan United pada 45 menit kedua. Setiap Brandon Williams berada di sayap, James juga ikut mendekat ke Brandon. Sayangnya, ketika menguasai bola James tidak dibekali penguasaan sebagus Rashford yang bisa mengubah posisi badannya dan bermain sebagai inverted winger. Untungnya saat itu United sudah unggul 3-0.