Foto: The Athletic

Malang betul nasib Southampton. Untuk dua musim berturut-turut anak asuh Ralph Hasenhuttl ini menderita kekalahan terburuk yang pernah terjadi di Premier League. Setelah musim lalu menderita kekalahan 9-0 atas Leicester City, dini hari tadi mereka menerima skor serupa saat berkunjung ke Old Trafford.

Berbeda dengan Southampton yang dua kali menjadi korban kekalahan 9-0, United justru sukses dua kali menjadi pelaku kemenangan besar ini. Hasil ini menyamai catatan yang pernah dilakukan mereka 26 tahun lalu ketika mengalahkan Ipswich di tempat yang sama.

Yang membedakan hanyalah para pencetak golnya saja. Jika lima dari sembilan gol ke gawang Ipswich diborong oleh Andy Cole, maka kali ini ada tujuh pemain berbeda yang menyumbangkan golnya. Ditambah dengan gol bunuh diri, maka total ada delapan pemain.

Berikut adalah beberapa hal menarik dari pertandingan yang mutlak didominasi oleh tuan rumah.

Antiklimaks Sejak Awal

Sebelum pertandingan, tidak sedikit yang memprediksi kalau United akan kembali kesulitan. Hal ini tidak lepas dari penampilan Southampton yang selalu merepotkan United tiap kali bertemu. Hasil pada pertemuan pertama juga memberikan pengaruh. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada laga tadi.

Sejak line-up diumumkan, Soton sebenarnya memiliki masalah. Mereka krisis pemain. Di bangku cadangan mereka sampai membawa dua kiper dan mayoritas pemain muda. Namun, mereka tentu tidak menyangka kalau mereka sampai dibobol sembilan kali.

Semua dimulai dengan kartu merah yang diterima Alex Jankewitz pada menit ke-2. Tapak sepatu pemain Swiss ini mendarat di paha Scott McTominay. Diusirnya Alex sudah pasti membuat game plan Southampton rusak. Mereka tentu tidak terpikir kalau akan bermain dengan 10 orang selama 88 menit.

Sejak kartu merah ini Southampton hanya bisa melakukan satu hal yaitu bertahan total. Inilah yang membuat jalannya pertandingan menjadi satu arah. Keunggulan ini akhirnya membuat United memborbardir gawang Alex McCarthy empat kali pada babak pertama. Segalanya kemudian menjadi lebih mudah ketika Jan Bednarek menyusul Alex pada babak kedua.

“Dia (Alex) pemain yang masih muda. Dia tahu  kalau dia baru saja membuat kesalahan. Dia pasti akan membayarnya. Dia akan belajar banyak dari penampilan buruknya ini,” kata Ralph.

Malam tadi bukan malam yang indah bagi Alex dan Bednarek. Alex mendapat kartu merah pada laga debutnya bersama tim utama sekaligus menjadi pemain pertama yang mendapat kartu merah ketika laga baru berjalan dua menit setelah Gareth McAuley pada 2015 ketika WBA melawan Man City. Sementara bagi Bednarek, ia tidak hanya membawa pulang kartu merah namun juga membawa gol bunuh diri yang dibuat pada babak pertama.

Penampilan Gemilang Dua Bek Sayap

Bermain dengan 10 orang membuat Southampton hanya bisa bertahan. Danny Ings mundur membantu lini tengah dan hanya menyisakan Che Adams sebagai striker tunggal. Soton bermain dengan blok rendah menggunakan lima pemain belakang yang berada di kotak penalti. Shape mereka bahkan sudah bagus. Lima pemain ini bermain merapat untuk mempersempit ruang gerak para striker United.

Sayangnya, Soton tampaknya tidak biasa melakukan pekerjaan ini. Mereka yang biasanya bermain dengan garis pertahanan tinggi mau tidak mau dibuat bermain blok rendah yang bukan menjadi ciri khas Hasenhuttl.

Dengan merapatnya pertahanan Soton, maka United akan menyerang mereka melalui lebar lapangan. Inilah yang kemudian menjadi jalan mereka mendulang banyak gol. Bola-bola yang dikirim dari sayap selalu menjadi peluang berbahaya bagi tuan rumah. 7 dari 9 gol United datang dari crossing.

Sayap United memang tampil gemilang khususnya dua bek sayap mereka Luke Shaw dan Aaron Wan-Bissaka. Keduanya tampil sangat menonjol dalam serangan-serangan United. Shaw dengan dua assists sedangkan Wan-Bissaka dengan satu golnya.

Catatan dua assists yang dibuat semakin menunjukkan kalau Shaw memang mengalami peningkatan pada musim ini. Meski total baru membuat tiga assists, namun dia adalah pemain yang paling sering berkontribusi terhadap serangan Setan Merah. Bermain selama 45 menit, Shaw selalu memenangkan tekel, 17 umpan ke sepertiga akhir, 7 kali memulihkan penguasaan bola, 5 umpan kunci, dan 2 assists.

Di sisi lain, Aaron Wan-Bissaka menjadi man of the match versi United. Selain 1 golnya, dia juga selalu memenangkan tekel dan duel udara. Ia juga membuat 3 intersep dan 23 kali memberikan umpan ke sepertiga akhir. Penampilan baik dua bek sayap ini diharapkan bisa terus dipertahankan mengingat United dikenal punya memiliki bek sayap yang berkualitas.

Kembalinya Martial

Setelah unggul 4-0, United bisa saja mengendurkan serangan pada sisa babak kedua. Namun menurut Manchester Evening News, Ole Gunnar Solskjaer meminta para pemainnya untuk terus mencetak gol. Kesan untuk terus menambah gol memang terlihat dengan dimainkannya Van De Beek, Martial, dan Daniel James.

Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik. Khususnya oleh Martial. Dengan lawan yang menyisakan 9 pemain saja, tentu menjadi sasaran empuk bagi pria Prancis ini. Ia sukses membuat dua gol dan berkontribusi dalam penalti Bruno Fernandes.Gol ini memutus paceklik yang menimpanya sejak 1 Januari lalu.

Musim ini, Martial memang sedang diterpa kritik keras oleh para suporter United. Hal ini dikarenakan ia terus menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Solskjaer. Bahkan ia juga mendapat serangan rasis setelah kalah dari Sheffield United beberapa waktu lalu sampai-sampai Martial meminta perlindungan karena keluarganya juga mendapat serangan.