Foto: sky Spo

Sebelum pertandingan, harapan suporter Manchester United pasti sama seperti yang dikatakan jurnalis The Athletic, Carl Anka, dalam akun Twitternya. Ia berkata kalau suporter United pasti yakin kalau timnya tidak akan kesulitan untuk mengatasi perlawanan Young Boys.

Kenyataannya hal itu tidak sesuai. Harapan tidak sesuai dengan realita. Setan Merah justru kalah dengan skor 1-2 dari wakil Swiss tersebut. Apesnya, United harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-35 setelah Aaron Wan-Bissaka mendapat kartu merah karena menginjak kaki lawan saat mencoba merebut bola.

Kekalahan ini tentu menjadi awal yang kurang baik bagi United untuk mengawali kampanye mereka di pentas Eropa. Meski begitu, Ole masih mencoba untuk tetap tenang dan merasa peluang untuk lolos masih terbuka lebar dengan catatan mereka tampil baik pada lima laga sisa.

Berikut beberapa catatan penting dari pertandingan yang berlangsung di Wankdorf Stadium tersebut.

Young Boys Lebih Baik Dari United

Banyak yang menyalahkan faktor kurangnya pemain sebagai penyebab kekalahan United. Ada juga yang menyebut kalau kekalahan ini karena lapangan Young Boys yang memakai rumput sintetis. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah meski kita juga masih bisa membantah. Faktor lapangan misalnya, tiga tahun sebelumnya United pernah main di tempat yang sama dan menang 3-0 dengan kualitas pemain yang jauh di bawah sekarang.

Kita juga tidak bisa menyingkirkan kalau tuan rumah memang jauh lebih baik dari United. Bahkan hal itu terlihat sebelum United kekurangan satu pemain. Ronaldo memang sukses cetak gol lebih dahulu, namun hingga AWB dikartu merah wasit, Young Boys sudah membuat 5 tembakan, 4 umpan kunci, dan 3 dribel sukses di area penalti lawan.

Hal ini menandakan kalau Young Boys bermain terbuka dan meladeni perlawanan United. Pakem permainan mereka sudah terlihat sejak awal yaitu pressing. Inilah yang membuat United tidak nyaman menguasai bola. Belum lagi direct ball mereka ke arah dua target man mereka yang kuat di holding.

Setelah kehilangan AWB, Ole memang langsung membuat perubahan. Merasa cukup dengan 1-0, ia memainkan Dalot, Varane, dan Nemanja Matic. Tujuannya sudah pasti memperkuat lini pertahanan.

Alih-alih rapat, pertahanan United justru renggang setelah bermain dengan 10 orang. Jarak antar pemain sangat jauh. Hal ini dimanfaatkan oleh Young Boys untuk melakukan sirkulasi cepat. Matic dan Pogba juga beberapa kali kehilangan bola karena terlalu lama menguasai bola.

Setelah kebobolan, Ole kembali membuat plan baru dengan memainkan Lingard dan Martial. Selain karena stok yang ada hanya dua pemain ini, keduanya juga punya kecepatan dan drible yang bagus sehingga diharapkan bisa menembus lini belakang Young Boys dengan memanfaatkan skill individu. Apes, Lingard justru jadi biang kerok kekalahan United.

Nasib Apes Donny dan Jadon

Pertandingan ini sebenarnya bisa menjadi ajang pembuktian bagi dua pemain yang diharapkan bisa menjadi andalan United yaitu Donny Van de Beek dan Jadon Sancho. Keduanya memang belum menunjukkan penampilan yang sesuai harapan.

Sancho sebenarnya sudah menunjukkan kalau dia mulai nyetel dengan rekan setimnya. Tinggal bagaimana dia memperkuat chemistry tersebut. Di sisi lain, Donny tampil baik di lini tengah bersama Fred.

Apes, momen kartu merah AWB memaksa Ole memutar otak untuk melakukan perubahan taktik. Oleh karena itu, ada yang harus dikorbankan. Dua nama inilah yang menjadi korban. Sancho langsung diganti Dalot, sedangkan Donny diganti Varane.

Bagi pemain asal Belanda ini, kariernya di United memang penuh dengan ironi. Ia jarang dilirik oleh Ole. Kalaupun bermain, ia paling hanya akan bermain sekitar 5 menit terakhir. Ketika tampil sebagai starter, ketidak beruntungan justru yang ia dapat.

Menurut catatan Opta, Donny sudah mengumpulkan 1.510 menit selama 38 penampilannya bersama United. Angka ini tentu sangat sedikit karena secara rata-rata Donny hanya bermain sekitar 40 menit per laganya alias dia tidak pernah menyelesaikan satu babak secara penuh.

Ole dan Mentalitas di UCL

Jika dibandingkan dua manajer sebelumnya, Ole memang punya statistik yang cukup bagus selama menangani United. Dari 156 pertandingan, ia memenangkan 87 diantaranya. Jumlah yang melebihi catatan Jose Mourinho. Begitu juga dari segi produktivitas dan penampilan di ajang domestik, Ole memberikan progres yang nyata.

Akan tetapi, Ole justru punya catatan buruk bersama United jika hanya melihat statistiknya di ajang Liga Champions. Dari 11 pertandingan UCL yang ia tangani, United sudah kalah tujuh kali dan hanya menang empat kali. Tujuh kekalahan itu didapat dari Barcelona (dua kali), PSG (dua kali), Istanbul Basaksehir, RB Leipzig, dan Young Boys.

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah kapasitas Ole memang tidak begitu bagus pada ajang Champions League, atau ini hanya sekadar menunggu waktu saja untuk mengubah catatan tersebut mengingat kualitas pemain United saat ini sudah jauh lebih meningkat ketimbang sebelumnya.