Foto: Sportskeeda

Ketika drawing grup Liga Champions 2020/2021 dimulai, Angelino menyebut kalau United adalah kesebelasan yang sulit diprediksi. Mereka bisa bermain superior dalam satu pertandingan namun bermain buruk pada pertandingan lain.

Harapan pemain pinjaman Manchester City ini tentu melawan United yang sedang berada dalam performa terburuknya. Namun kenyataannya tidak, yang dihadapi Angelino semalam justru United yang berada dalam performa terbaiknya. Dia harus melihat timnya dibabat habis oleh Setan Merah dengan skor telak 5-0.

Kelima gol United dicetak oleh trio andalannya yaitu Greenwood, Martial, dan Rashford. Spesial bagi nama terakhir karena tiga gol dicetak oleh pemain yang baru mendapat gelar MBE tersebut. Inilah kali pertama Rashford mencetak lebih dari satu gol di Eropa sejak debutnya melawan Midtjylland empat tahun lalu.

Pertandingan semalam begitu luar biasa bagi United dan wajar menjadi salah satu laga terbaik Ole dalam kariernya di Old Trafford. Game plan dari manajer berhasil dijalankan dengan baik oleh para pemain secara sempurna dan tanpa kesalahan.

Rotasi dilakukan oleh Ole dengan kembali memainkan formasi empat pemain belakang dan mengubah susunan pemainnya. Tidak ada pola tiga bek layaknya laga melawan PSG dan tidak ada nama Alex Telles yang ternyata terkonfirmasi positif corona. Sebaliknya, Van de Beek dan Pogba bermain sejak menit pertama.

Formasi 4-4-2 diamond dipakai oleh Ole. Pogba akan bertindak sebagai Mezzala, seorang gelandan tengah yang membantu serangan dari sisi sayap. Pola ini akan membuat sisi sayap diisi oleh Martial dan Greenwood. Mereka akan mencari pergerakan Van de Beek yang akan berlari dari lini kedua sebagai seorang false nine.

Cara bermain seperti ini sebenarnya berisiko. Selain gol Greenwood, yang berasal dari umpan canti Pogba, tidak ada chance yang berbahaya lagi. Sebaliknya, United tertekan dengan pendekatan agresif tim tamu yang sukses menyumbat sisi kiri United, tempat mereka mencari peluang. Leipzig begitu cepat memutus build up play United. Inilah yang membuat United kesulitan memberikan umpan ke depan terutama dari fase dua (lini tengah) menuju fase tiga (lini depan).

Satu hal yang patut disyukuri United adalah kembali solidnya lini belakang mereka. Ini yang membuat mereka masih aman meski babak pertama mereka kesulitan untuk menguasai bola. Leipzig, yang mengandalkan agresivitas bek sayap mereka yaitu Heinrichs dan Angelino, juga kesulitan berduel satu lawan satu dengan Wan-Bissaka dan Shaw. Sulitnya lini tengah memberi bola ke depan juga tidak lepas dari keberadaan Fred yang bermain lebih bertahan untuk memberi cover kepada Matic.

Permainan agresif seperti yang dilakukan Leipzig sebenarnya bukan tanpa cela. Cara main seperti ini butuh fisik yang kuat dan konsentrasi tinggi. Pertahanan yang naik cukup tinggi akan menjadi masalah menghadapi tim yang memiliki kecepatan. Inilah yang dimanfaatkan oleh United untuk mencari gol kedua dan kelima mereka.

Ole tampak menunggu momen-momen ketika pendekatan agresif Leipzig mulai mengendur. Inilah yang membuat dia memainkan Bruno dan Rashford. Aliran bola yang sebelumnya terhambat menjadi lebih mengalir dan serangan demi serangan dari United bisa lancar untuk dilakukan. Masuknya McTominay juga membuat lini tengah menjadi lebih kokoh karena Fred bisa lebih nyaman untuk menyerang karena Bruno juga rajin memberi proteksi untuk lini tengah meski banyak yang mengkritik permainannya karena srudak-sruduk seperti tanpa arah.

Nagelsmann juga bukannya tanpa usaha. Kepada DAZN ia menyebut kalau timnya setelah tertinggal 1-0 mengubah gaya main dari 3-5-2 menjadi 4-2-3-1. Sayangnya ia tetap tidak berhasil meredam permainan United. Ditambah dengan minimnya pemain yang bisa menjadi pembeda. Pelatih muda ini juga kaget karena United bermain diamond sesuatu yang tidak pernah ia temukan selama memantau permainan United di kompetisi Premier League.

Banyak yang menyebut kalau United berada di grup neraka musim ini. Anehnya, justru United begitu nyaman karena menduduki puncak klasemen sementara dengan modal dua kemenangan. Kemenangan penting dari dua klub yang musim lalu mencapai final dan semifinal kompetisi ini. Yang menarik adalah dua kemenangan tersebut diraih tidak dengan bermain pragmatis. United bermain proaktif dengan menekan lawan-lawannya. Kini, tinggal menjadi tugas Ole untuk mereplikasi permainan apiknya di Liga Champions ke Premier League. Dimulai dari laga akhir pekan nanti melawan Arsenal.