Foto: Eurosport

Manchester United berhasil memulihkan kepercayaan diri mereka setelah dikalahkan PSG beberapa waktu lalu. Bermain sebagai tamu pada babak kelima Piala FA, Setan Merah sukses mengalahkan Chelsea dengan skor 2-0. Kemenangan ini adalah yang pertama di Stamford Bridge sejak 2012 sekaligus menjadikan Ole sebagai manajer pertama yang bisa melakukannya setelah Sir Alex Ferguson.

Jika berkaca dari statistik, United kalah dominan dari Chelsea. Penguasaan bola, peluang, serta jumlah operan, United tertinggal dari mereka. Namun Setan Merah tampil sangat efektif terutama pada 45 menit pertama. Disinilah kunci Ole Gunnar Solskjaer mematahkan taktik Sarri ball yang mulai dikritik penggemar Chelsea setelah kekalahan telak 6-0 dari City.

Saling Tekan Sejak Babak Pertama

United tidak tampil dengan kekuatan penuh. Jesse Lingard dan Anthony Martial absen karena cedera. Sedikit modifikasi pun dilakukan oleh Ole Gunnar Solskjaer. Juan Mata dikembalikan posisinya sebagai attacking midfielder. Paul Pogba berperan bersama Ander Herrera sebagai poros ganda di belakang Mata. Marcus Rashford diduetkan dengan Romelu Lukaku sebagai dua striker yang bergerak lebih banyak melebar dibanding bergerak di dalam kotak penalti.

Sedangkan Chelsea mempertahankan mayoritas pemain yang mereka mainkan saat dikalahkan Manchester City. Modifikasi hanya terjadi di posisi gelandang serang yang kali ini diisi oleh Matteo Kovacic dibanding Ross Barkley. Seperti biasa, Chelsea menggunakan pakem 4-3-3 dengan trio Hazard-Pedro-Higuain sebagai pemain depan.

Keberhasilan United mengalahkan Chelsea disebabkan dengan taktik Ole yang sejak awal memainkan 4-1-2-1-2. Dua penyerang akan melakukan pressing kepada dua bek tengah yang bergerak melebar, sementara tugas Juan Mata adalah membayangi pergerakan seorang Jorginho. Pressing tinggi yang dimainkan beberapa kali sukses merepotkan Chelsea.

Namun Chelsea juga tidak mau kalah. Pressing mereka juga beberapa kali merepotkan United ketika sedang melakukan build up serangan. Kante dalam beberapa menit awal memilih untuk tidak ke depan seperti beberapa pertandingan sebelumnya. Hal ini membuat United jauh lebih sering kehilangan bola dibanding Chelsea. Namun nilai plus United adalah mereka selalu berhasil mengembalikan penguasaan bola karena build up serangan dari Chelsea juga kerap mentok di sepertiga akhir yang terlalu bergantung kepada akselerasi seorang Eden Hazard.

Formasi diamond United di lini tengah juga membantu mereka untuk memperkuat lini pertahanan. Saat bola sedang berada dalam penguasaan Chelsea, kotak penalti United siap diisi oleh delapan pemain Setan Merah. Hal ini memudahkan mereka untuk memutus aliran bola ke para pemain depan. Eden Hazard, Ngolo Kante, dan Jorginho menjadi pemain yang paling sering kehilangan bola dari kubu Chelsea. Tiga pemain yang merupakan inti dari permainan Chelsea sukses dimatikan oleh United.

Petaka Marcos Alonso

Gol pertama lahir dari ketidak siapan para pemain Chelsea untuk menggalang lini pertahanan. Sekitar lima pemain Chelsea berada di belakang para pemain United. Mereka abai terhadap pergerakan Ander Herrera yang tidak mendapat kawalan sampai ia mencetak gol. Baik David Luiz dan Marcos Alonso justru bergerak terlalu ke depan yang justru membuka ruang untuk Ander Herrera. Proses seperti ini juga terjadi dalam gol pertama Manchester City saat Alonso meninggalkan posisinya.

Gol kedua lagi-lagi berasal dari sisi sebelah kiri milik Alonso. Ia tidak sanggup menahan laju lari Marcus Rashford yang menerima bola dari Paul Pogba yang kemudian mencetak gol. Pogba sendiri terlebih dahulu memenangi duel melawan Ngolo Kante dan Jorginho sebelum meneruskannya kepada Rashford.

Disini, pemain Chelsea lagi-lagi tidak berada dalam shape yang bagus untuk melakukan pressing. Arah umpan Rashford sendiri justru ditutup oleh David Luiz yang sebenarnya punya kemampuan duel udara yang cukup bagus. Hal ini memudahkan Pogba yang hanya berduel dengan Antonio Rudiger dan Cesar Azpilicueta.

Respon Sarri setelah tertinggal selalu sama yaitu dengan menggantikan para pemain di satu posisi tanpa mengubah strategi permainan. Pada laga ini, ia memasukkan Ross Barkley, Willan, dan Davide Zappacosta untuk membuat Sarri ball yang ia miliki bekerja dengan baik. Dimainkannya Willian bertujuan untuk meningkatkan serangan di sisi kanan yang pada babak pertama tidak berjalan baik dengan keberadaan Pedro.

Akan tetapi, hal itu tetap tidak membuahkan hasil. Ole memerintahkan pemainnya untuk tampil lebih solid dan memperkuat lini tengah. Meski mendominasi penguasaan bola dan melepaskan tendangan yang jauh lebih banyak dibanding United, namun semuanya tidak ada yang merepotkan Sergio Romero yang sepanjang 90 menit hanya membuat dua penyelamatan. Bahkan rambutnya masih tetap rapi hinga pertandingan selesai.

Solskjaer juga merespon dengan memainkan Andreas Pereira untuk menggantikan Juan Mata. Tugasnya pun hanya untuk menggantikan peran Mata untuk membayangi Jorginho. Lini tengah semakin kuat dengan dimainkannya Scott McTominay di sisa akhir pertandingan.

Pertahanan Solid United yang Merepotkan Lini Depan Chelsea

***

Meski Chelsea unggul dalam penguasaan bola, peluang, hingga jumlah operan, namun inti dari sebuah pertandingan adalah berapa banyak gol yang dicetak. Disini United lebih unggul dari The Blues. Kepintaran Ole yang memainkan formasi berlian dan solidnya permainan seorang Ander Herrera sebagai motor di lini tengah berperan besar dalam kemenangan ke 11 Ole Gunnar Solskjaer

Sebaliknya kekalahan ini menyudutkan Maurizio Sarri. Dalam beberapa kesempatan, chant “F*cking Sarri Ball” terdengar dari beberapa pendukung Chelsea. Chant kemudian berganti menjadi lagu You’re getting sacked in the morning yang justru ditimpali para penggemar United dengan chant “Bring back Mourinho”.