Manchester United takluk dalam tajuk Manchester Derby. Dalam pertandingan Super Sunday Minggu malam kemarin, Setan Merah takluk di kandang sendiri 1-2 dari rival sekotanya tersebut. Hasil ini membuat City memperpanjang rekor kemenangan mereka menjadi 14 kemenangan beruntun sekaligus menghentikan catatan apik United yang tidak pernah kalah di kandang dalam 40 laga.

Jose Mourinho menurunkan empat pemain bertipe pelari pada laga kali ini. Romelu Lukaku disokong oleh tiga anak muda Anthony Martial, Jesse Lingard, dan Marcus Rashford. Taktik ini menyiratkan satu hal bahwa Mou akan kembali memanfaatkan serangan balik seperti ketika melawan Arsenal.

Hal inilah yang membuat United lebih banyak menunggu dan membiarkan diri mereka diserang sejak awal. Permainan seperti ini memang memuakkan bagi para fans United. Kita dipaksa terbiasa melihat para pemain dengan warna biru muda lebih banyak menguasai bola, akan tetapi hal ini memang sudah menjadi tujuan Mou sejak awal pertandingan.

Mou bukannya tidak menginginkan United untuk tampil menyerang, hanya saja menyerang City dengan permainan terbuka sejak menit awal sama saja dengan bunuh diri. Kita tentu tahu bagaimana Liverpool dibabat lima gol setelah berani bermain terbuka meski hanya mengandalkan 10 pemain. Contoh lain ketika Chelsea takluk 1-0 karena permainan terbuka mereka menghadapi skuad Pep Guardiola tersebut. Hal ini yang tentu diantisipasi Mou mengingat mereka punya segala cara untuk bisa mencetak gol.

Terbukti United langsung bisa mencetak gol ketika mereka mencoba untuk tampil menyerang. Akan tetapi, hal ini lebih disebabkan karena mereka sudah tertinggal dari gol David Silva di menit ke 41. Tersengat dengan gol tersebut, United langsung membalas melalui gol Marcus Rashford dua menit sebelum selesainya babak pertama.

Pada babak kedua, United lebih berani untuk tampil terbuka. Akan tetapi, mereka kerap kesulitan untuk mengirim suplai bola kepada para pemain depan. Mereka terganjal oleh pressing para pemain City yang menjadi ciri khas mereka di musim ini.

Perlu diketahui kalau Pep Guardiola selalu menjadikan pressing sebagai jalan utama mereka ketika sedang tidak menguasai bola. Hal ini sering dilakukannya sejak dirinya menangani Barcelona pada 2008 silam. Cara yang sering disebut “Peraturan Enam Detik” ini menekankan pressing sejak bola masih dikuasai penjaga gawang. Hal ini cukup berguna karena membuat penjaga gawang lawan menjadi bingung akan diberikan kemana bola ini.

Dalam pertandingan menghadapi United semalam, para pemain City baru memberikan tekanan justru ketika bola sudah diberikan kepada bek tengah mereka. Para pemain City sadar apabila kesuksesan duel udara United tidak terlalu baik. Hal inilah yang membuat mereka dengan mudah merebut bola dari para pemain United.

Meski hanya membuat 18 tekel sukses (United memiliki 22 tekel bersih), namun 10 diantaranya dihasilkan di lini tengah. Bandingkan dengan United yang mayoritas tekel mereka dibuat di wilayah pertahanan sendiri. Hal ini yang membuat tim tamu tampil tetap dominan meski United mulai menaikkan intensitas serangan mereka.

City bahkan kembali unggul melalui sepakan Nicolas Otamendi. Gol ini bisa saja tidak terjadi andaikan Lukaku melakukan sapuan dengan sangat baik. Maksud hati membuang bola, akan tetapi bola justru memantul dan mengarah ke posisi Otamendi.

Striker Belgia ini memang menjadi pesakitan dalam laga kali ini mengingat ia hanya 27 kali menyentuh bola selama 90 menit. Sentuhannya bahkan kalah dari David De Gea yang menyentuh bola sebanyak 41 kali.

Setelah kebobolan, United kembali mencoba menyerang lini pertahanan City. Mereka juga memasukkan Ibrahimovic dan Juan Mata untuk menambah kreativitas. Masuknya kedua pemain ini hampir saja membawa gol bagi United andaikan Ederson tidak sigap menepis sepakan Lukaku dan Mata.

Sementara itu, Manchester City lebih banyak memilih untuk mengendurkan tekanan dan beberapa kali mengulur-ngulur waktu dengan membawa bola ke pojok lapangan atau membuang bola. Kemenangan ini membuat mereka mencatatkan rekor Premier League sebagai kesebelasan dengan jumlah kemenangan beruntun terbanyak (14 laga). Hasil ini juga memperlebar jarak menjadi 11 poin sekaligus menimbulkan pandangan dari banyak pihak bahwa satu tangan mereka sudah menggenggam tropi Premier League.