Foto: Manchester Evening News

Pertandingan Manchester United melawan Cardiff pada Minggu kemarin seharusnya bisa menjadi perpisahan yang manis bagi dua pemain mereka, Antonio Valencia dan Ander Herrera. Hujan gol, permainan menghibur, dan tepuk tangan saat kedua pemain ini bermain, menjadi gambaran yang ada di benak seluruh penggemar Setan Merah.

Sayangnya, harapan itu tidak menjadi kenyataan. Sebaliknya, apa yang terjadi di Old Trafford pada hari itu justru membuat kita semua terheran-heran. United kalah 0-2 dari Cardiff. Kesebelasan yang sudah dipastikan terdegradasi pekan sebelumnya. United kalah dari kesebelasan yang pada Desember tahun lalu mereka kalahkan 1-5.

“Kalah dari Cardiff dan mereka masih bisa berjalan untuk memberikan penghormatan (kepada fans). Jika para berengsek ini masih punya malu, mereka akan tetap tinggal di ruang ganti,” kata akun @ffsUnited menggambarkan kekecewaannya.

Rasa frustrasi mereka tidak berhenti sampai di situ. Ada beberapa fanpage United menulis ‘lap of (dis)honor’ untuk menggambarkan situasi para pemain United yang sedang berjalan mengelilingi Old Trafford sembari bertepuk tangan. Di mata mereka, para pemain United tidak pantas diberikan tepuk tangan karena menunjukkan penampilan yang mengecewakan. Ada juga yang mendeskripsikan rasa senangnya karena selama tiga bulan mereka tidak akan menyaksikan United untuk sementara.

Selain itu, ada salah satu fans tua United yang mengolok-ngolok Pogba ketika si pemain berada di dekat tribun. Teriakan “Sh*t”, “F*ck”, dan “instagram” terdengar kepada juara Piala Dunia ini. Mendengar namanya menjadi sasaran kritik, Pogba hanya bisa membuat gestur merapatkan tangan sebagai tanda permintaan maaf.

Pada pertandingan kemarin, United sebenarnya tidak tampil buruk. Mereka menguasai penguasaan bola dan membuat percobaan ke gawang lebih banyak. Akan tetapi, mereka terhalang oleh kecemerlangan neil Etheridge. Namun lebih dari itu, para pemain United sendiri seperti tidak punya nafsu untuk memenangi pertandingan ini. Pikiran mereka nampaknya sudah tertuju kepada desiran ombak pantai alias sudah memikirkan hari libur yang akan dimulai pada Senin ini.

“Kami punya tantangan besar untuk membangun kembali. Kerja kerasnya dimulai dari sini. Setiap pemain kini memiliki waktu libur, tetapi mereka perlu kembali dengan mentalitas yang berbeda. Beberapa dari mereka tampil baik hari ini tetapi standarnya harus jauh lebih baik lagi,” kata Solskjaer.

Hiburan dari Greenwood

Jika dipaksa harus mencari hal positif dari pertandingan kemarin, meskipun sebenarnya sangat sulit, maka tidak ada salahnya untuk memuji kinerja seorang Mason Greenwood. Pemain muda ini tampil lumayan untuk seorang bocah yang baru pertama kali dimainkan sebagai starter.

Sepanjang 90 menit, Greenwood memiliki akurasi umpan sebesar 85%. Ia membuat tujuh tembakan dengan empat di antaranya mengarah ke gawang, tiga dribel sukses, membuat tiga umpan kunci, dan tiga tekel sukses. Greenwood menjadi pemain yang unggul dalam hal jumlah tembakan, tembakan tepat sasaran, dan tekel, jauh dibanding senior-seniornya. Tak ayal, penampilannya mendapatkan pujian.

“Mason Greenwood tampil brilian, ia adalah pemain terbaik kami dalam laga ini. Itu menjelaskan mengenai potensi besarnya. Ia datang ke dalam tim dengan rasa percaya diri yang kurang, dan itu mempengaruhinya. Kami tidak terkejut dengan penampilan bagusnya karena kami tahu kualitasnya,” kata Solskjaer.

United Kembali Oleng

Saat terombang-ambing bersama Jose Mourinho, pemilik United menendang Mou dan menggantikannya dengan Solskjaer. Ada harapan ketika ia mampu mengendalikan kapal bernama United ini yang akhirnya membuahkan chant Ole’s at the wheel’. Chant yang kemudian selalu bergema setiap United bertanding.

Meraih 14 kemenangan dalam 18 pertandingan awal menjadi gambaran awal kalau Ole adalah sosok yang tepat. Namun setelah statusnya berganti menjadi manajer tetap, baut-baut yang tadinya membuat United kembali melaju kencang, kini kembali kendor yang membuat laju klub ini kembali menjadi oleng.

United hanya meraih dua kemenangan dari 12 pertandingan terakhirnya. Lima pertandingan terakhir di liga tidak bisa mereka menangkan. Hanya dua gol yang bisa mereka cetak, dan dua-duanya berasal dari pemain tengah. Janji Ole yang pernah ia keluarkan pertengahan bulan lalu, saat ia menargetkan 15 poin dari enam pertandingan sisa, juga tidak terealisasi. Kenyataannya, ia hanya meraih lima poin saja.

Rekor buruk lainnya hadir ketika United tidak bisa mengalahkan dua tim penghuni zona degradasi pada dua pertandingan sisa. Clean sheet yang mereka raih di Old Trafford pun hanya dua. Satu di era Mourinho dan satu lagi di era Solskjaer. Akhir musim, United tertinggal 32 poin dari juara liga Man City dan tertinggal 32 poin juga dari Cardiff City selaku tim peringkat 18. Sah sudah kalau level United kini adalah tim papan tengah.

Kelayakan Solskjaer kembali diragukan. Para penggemar Cardiff menyanyikan chant ikonik, “You’re getting sacked in the morning” untuk menyindir bekas pelatihnya tersebut. Sebaliknya, fans United mengeluarkan chant berbunyi, “Mourinho benar, manajemen sampah, kami semua membenci Woodward. Kami mencintai United, tapi kami membenci Glazer” sebagai dukungan.

Saat Neil Warnock mengatakan kalau United butuh waktu yang panjang untuk kembali sukses, banyak dari mereka yang menertawakan. Namun hasil laga melawan Cardiff menunjukkan kalau tim ini penuh masalah. Solskjaer sendiri berjanji kalau akan bekerja sama dengan Glazer serta Ed Woodward untuk memperbaiki MU. Namun ia tidak menjamin kalau perubahan bisa dilakukan dengan singkat.

Itu juga yang dirasakan para penggemar United. Mereka tidak yakin kalau Solskjaer bisa bekerja sama dengan rezim Glazer dan Ed Woodward. Jika pelatih kelas dunia seperti Mourinho saja dilarang untuk membeli salah satu pemain, maka bagaimana dengan Ole yang kepribadiannya berbeda jauh dibanding sosok yang kini sedang menjadi pengangguran tersebut.