Melihat performanya di atas lapangan, tentu sulit bagi semua orang untuk mengerti soal gaji Wayne Rooney yang mencapai 260 ribu paun setiap pekan. Namun, ada senjata utama yang membuat Rooney layak digaji sebesar itu. Pada skuat United musim ini, ia merupakan pemain yang paling lama membela United.

Rooney begitu lekat sebagai simbol Manchester United, meski sebenarnya ia lahir di ujung barat Merseyside. Rooney sudah menghirup udara Manchester sejak usianya masih 18 tahun pada Agustus 2004. Kala itu, ia diplot untuk menjadi penyerang masa depan United.

Pada tiga musim terakhir, posisi Rooney mulai berubah dari yang semestinya menjadi penyerang malah menjadi gelandang. Meski berubah secara drastis, tapi tenaga Rooney tetap dibutuhkan baik pada era David Moyes maupun Louis van Gaal.

Secara penampilan, pengaruh Rooney tidaklah begitu kentara. Permainannya sederhana, dan tugasnya pun terkadang begitu biasa: mengalirkan bola.

Kini, “permainan sederhana” ini yang justru dikabarkan akan menggusur Rooney. Pasalnya, United membutuhkan satu slot kosong untuk seorang gelandang bernama Paul Pogba.

Di Mana Rooney?

Sejak awal, Rooney memang diplot sebagai penyerang. Namun, catatan golnya tidak bisa dibilang istimewa. Memang, ia mencetak gol hingga dua digit, tapi baru dua kali ia bisa melampaui lebih dari 20 gol.

Salah satu alasannya adalah hadirnya penyerang yang difokuskan untuk mencetak gol. Di sisi lain, Rooney selalu bermain di belakang penyerang ini, sehingga fokusnya selain mencetak gol, juga memberikan kontribusi bagi sang penyerang utama.

Pada musim 2004/2005 atau pada musim pertama, 11 gol milik Rooney merupakan yang terbanyak di United. Hal ini tak lepas dari performa buruk United pada musim tersebut yang menempati peringkat ketiga dengan hanya mencetak 58 gol.

Catatan gol Rooney meningkat pada musim selanjutnya dengan 16 gol, atau lima gol lebih sedikit dari Ruud van Nistelrooy. Hal ini tak lepas dari peran Nistelrooy yang kerap menjadi ujung tombak dan pemangku tanggung jawab untuk mencetak gol.

Perubahan Gaya Bermain

foto: sbs.au
foto: sbs.au

Pada musim ketiga, Rooney berjasa membawa United menjadi juara. Di musim 2006/2007 tersebut, Rooney mencetak 14 gol, atau selisih tiga gol di bawah Cristiano Ronaldo. Capaian gol Rooney menurun padahal total gol United di liga mencapai 83 gol. Apabila ditelusuri, hal ini terjadi karena perubahan gaya bermain United.

Di musim tersebut, Sir Alex hanya mengandalkan Rooney di lini serang. Karena Rooney bukan tipikal ujung tombak, banyak dari bola yang dipantulkan kembali ke lini kedua. Maka, tidak heran kalau perolehan gol pun menjadi merata, utamanya para gelandang. Misalnya saja, Ryan Giggs, Park Ji-Sung, Louis Saha, Michael Carrick, Paul Scholes, dan Darren Fletcher.

Lambat laun, perubahan gaya bermain itu kian terasa pada musim 2007/2008, musim saat MU kembali meraih gelar juara. Rooney tetap stabil dengan mencetak 12 gol, tapi sebaran gol menjadi tidak merata. Gol United kala itu diborong oleh Ronaldo dengan 31 gol atau yang terbanyak di liga.

Gara-Gara Berbatov

MU meraih gelar juara tiga kali secara beruntun pada musim 2008/2009. Namun, capaian gol mereka di liga amatlah mengkhawatirkan dengan hanya mencetak 68 gol. Lagi-lagi, raihan gol United masih berpusat pada Rooney dengan 12 gol serta Ronaldo 18 gol. Hal ini tak lepas dari masih beradaptasinya Dimitar Berbatov yang baru didatangkan pada musim tersebut.

Hadirnya Berbatov ternyata menjadi pelecut semangat buat Rooney. Ia mencetak 26 gol pada musim tersebut. Lagi-lagi, perubahan gaya bermain masih menjadi alasan. Kepergian Ronaldo ke Real Madrid, membuat United bermain lebih direct lewat tengah yang membuat Rooney panen gol.

Gaya seperti ini yang dilanjutkan pada musim selanjutnya, di mana United lagi-lagi menjadi juara. Capaian gol United pada musim 2010/2011 hanya 78 gol, sementara Rooney mencetak 11 gol atau yang paling sedikit sepanjang kariernya di United. Di sisi lain, Berbatov mampu mencetak 20 gol, sementara Javier Hernandez 13 gol.

Melihat capaian tersebut, tidak sedikit yang merasa kalau pos Rooney akan tergantikan oleh Hernandez. Apalagi, pada musim tersebut Rooney terkesan ogah-ogahan karena enggan menandatangani kontrak baru. Sementara itu, Hernandez yang hanya menjadi starter sebanyak 15 kali, mampu menunjukkan permainan yang efektif, utamanya saat mencetak gol di dalam kotak penalti.

Nyaris

United menghadapi adangan hebat dari sang rival sekota, Manchester City, yang keluar sebagai juara pada akhir musim 2011/2012. Namun, pada musim ini, Rooney mencetak gol terbanyak sepanjang kariernya dengan 27 gol. Tanpa disangka pula, duetnya dengan Hernandez terbilang menjanjikan. Apalagi, waktu itu Berbatov hanya turun sebanyak lima kali menjadi starter, dan tujuh kali dari bangku cadangan. Namun, penampilan impresif itu gagal membawa United juara meski poin mereka sama.

United kembali meraih gelar juara pada musim 2012/2013 atau pada musim terakhirnya Sir Alex Ferguson. United selalu berada di puncak sejak November.

United mencetak 86 gol di liga atau yang terbaik dalam beberapa musim terakhir. Salah satu alasannya adalah hadirnya bomber Arsenal, Robin van Persie yang mencetak 26 gol, sementara Rooney kebagian 12 gol. Di sisi lain, Chicharito pun tetap stabil mencetak 10 gol.

Kehadiran Van Persie sempat memberikan cahaya terang di lini serang United. Ia seolah menjadi Van Nistelrooy yang baru sebagai ujung tombak yang diandalkan. Hal yang paling penting adalah ia bisa bekerja sama dengan penyerang United lainnya.

Namun, segala impian tersebut pupus di era David Moyes. MU cuma mencetak 64 gol dan bercokol di peringkat ketujuh, atau yang terburuk semenjak era Premier League. Catatan gol Van Persie  menurun menjadi hanya 12 gol, sementara Rooney berhasil mencetak 17 gol.

Era Sepakbola Membosankan

foto: irishmirror.ie
foto: irishmirror.ie

Tidak bisa dipungkiri kalau United di masa Louis van Gaal merupakan era sepakbola paling membosankan. Bola diputar-putar dari lini belakang, ke depan, balik lagi ke belakang.

Hal ini jelas memengaruhi performa lini serang United yang cuma mencetak 62 gol dan menempati peringkat keempat pada klasemen akhir musim 2014/2015. Rooney menjadi pencetak gol terbanyak United dengan hanya 12 gol, sementara Van Persie hanya 10 gol.

Ketajaman Rooney pun terpengaruh, terlebih ia sering dipasang di pos gelandang. Ia mencatatkan gol terendah sepanjang kariernya dengan delapan gol, sementara pencetak gol terbanyak United diraih Anthony Martial dengan hanya 11 gol.

Apa yang Terjadi di Era Mourinho?

Bisa dibilang kalau di era Mourinho, United kembali mendapatkan kepercayaan diri. Kehadiran Zlatan Ibrahimovic di lini serang seolah mengembalikan ketajaman yang dulu pernah hilang.

Mou memang terkenal dengan permainan pragmatisnya. Namun anehnya, di kesebelasan manapun ia kerap mencetak banyak gol.

Hal serupa juga terjadi di United. Gaya bemain United terlihat berbeda ketimbang di zaman Van Gaal. United tak berlama-lama dengan bola, dan mulai banyak serangan dari kedua sayap.

Baru dua pekan, United sudah mencetak lima gol, terbanyak kedua setelah Manchester City dengan enam gol. Rooney sudah menyumbangkan satu gol, sama dengan Juan Mata. Sementara itu, Zlatan menjadi pencetak gol terbanyak dengan tiga gol.

Mourinho amat mempercayai Rooney. Dari dua pertandingan Rooney diturunkan selama 178 menit dari 180 menit maksimal. Hadirnya Zlatan membuat Rooney kembali “tergusur” dengan bermain di belakang penyerang. Ini pula yang membuat Rooney gemar berlari ke kedua sisi untuk mengirimkan umpan.

Sabtu (26/8) malam ini, United akan menghadapi Hull City di KC Stadium. Hull tengah dalam musim yang menyenangkan setelah memenangi dua pertandingan awal. Namun, melihat dari sejarah kesebelasan, bukan tidak mungkin kalau Hull akan menjadi lumbung gol United, yang mana akan menambah perbendaharaan gol Rooney.

Apakah di tangan Mourinho, Rooney akan berjaya dengan mencetak banyak gol?