Foto: Twitter Manchester United

Manchester United makin sulit untuk melangkah ke pos empat besar. Kekalahan melawan Liverpool, membuat mereka masih terjebak di urutan keenam dengan 26 poin. Sebaliknya, dengan kemenangan ini Liverpool makin anteng di puncak klasemen dengan koleksi 45 poin sekaligus mempertahankan status unbeaten mereka.

Pada pertandingan kemarin, Mourinho di awal laga memainkan formasi 3-4-3 yang bisa berganti menjadi 3-4-2-1. Ashley Young dan Diogo Dalot dimainkan sebagai wingback, Darmian dijadikan bek tengah ketiga, dan Jesse Lingard dan Marcus Rashford bertugas sebagai pemberi support Romelu Lukaku.

Sementara itu, Klopp menurunkan Nathaniel Clyne sebagai pengganti Trent Alexander-Arnold. James Milner yang absen digantikan oleh Fabinho yang perlahan sudah bisa beradaptasi dengan permainan cepat The Reds. Pemain asal Brasil ini menjadi dinamo lini tengah bersama Giorginio Winaldum dan Naby Keita.

Dominasi Total Si Merah Atas Setan Merah

Dengan taktik tersebut, United sebenarnya mampu merepotkan Liverpool di awal-awal pertandingan. Tuan rumah kesulitan untuk menembus pertahanan United yang bisa berubah menjadi lima bek ketika para pemain memasuki sepertiga akhir pertahanan mereka. Hal ini yang membuat beberapa kali Liverpool terpaksa melepaskan tembakan jarak jauh dari luar kotak penalti.

Namun, tekanan bertubi-tubi yang dilesakkan Liverpool sukses membuat blok defense United menjadi terbuka. Kesalahan antisipasi Ashley Young kembali menunjukkan kalau United di musim ini tidak punya struktur koordinasi pertahanan yang bagus.

Setelah gol ini, United sebenarnya mampu berani keluar dari tekanan. Hasilnya adalah satu gol yang dicetak oleh Jesse Lingard memanfaatkan kesalahan Allison Becker yang gagal mengantisipasi bola sepakan Romelu Lukaku.

Akan tetapi, itu adalah satu-satunya kontribusi positif para pemain United sepanjang 90 menit. Selebihnya, mereka tidak mampu mengimbangi sepakbola Rock n Roll ala Klopp. Mourinho bahkan dibuat pusing dengan Andy Robertson yang sukses beberapa kali membuat Diogo Dalot seperti pemain yang tidak layak bermain di Premier League. Dua poros ganda yang dimainkan (Matic-Herrera) juga tidak bisa mengimbangi trio Keita, Wijnaldum, dan Fabinho. Tiga-tiganya bahkan bisa mengancam gawang David De Gea.

Sudah kalah dari sisi individu, para pemain United kalah dalam hal transisi permainan. Ketika bola berada di kaki mereka, jarak antar pemain terlampau jauh. Tidak ada opsi bagi salah satu diantara Matic maupun Herrera untuk memberikan bola kepada Rashford maupun Lingarda karena jarak yang sudah teramat jauh. Herrera bahkan beberapaa kali memilih untuk melepaskan bola panjang kepada Lukaku. Hal ini yang membuat mereka terlalu mudah untuk diserang.

“Kami hanya mencetak satu gol pada babak pertama, tapi orang-orang yakin kalau kami setidaknya bisa membuat tiga sampai dengan lima gol. Cara kami bermain sempurna. Kami mencoba untuk memanfaatkan sisi kanan dengan memainkan umpan pendek lalu kami berakselerasi mencari celah di tengah dan membuat mereka terus berada di belakang, seperti itu,” tutur Klopp.

Tidak bisa dipungkiri kalau Liverpool jauh lebih berkembang dibanding United. Mereka ada peningkatan jelas dalam empat tahun terakhir dibanding rivalnya yang entah kenapa memilih pelatih yang bagus saja belum bisa. Sepanjang 90 menit, para pemain Liverpool seolah mengajarkan cara main bola yang baik dan benar kepada United.

Liverpool membuat 36 tembakan berbanding enam milik United. Semua pemain mereka menguji kelayakan De Gea sebagai kiper terbaik dunia, sementara striker United menyentuh bola pun jarang karena sudah kalah di tengah. Akurasi operan mereka sangat baik 81% berbanding 65%. Setengah dari total umpan mereka berada di sepertiga akhir lawan yang menunjukkan totalnya dominasi mereka atas United.

Shaqiri Membawa Petaka

Pada pra musim lalu, Shaqiri menjebol gawang United melalui tendangan salto yang membuat mereka menang 4-1 kala itu. Akan tetapi, laga tersebut hanya laga pra musim sehingga tidak bisa dijadikan ukuran kehebatan pemain asal Swiss tersebut. Baru pada laga kemarin, Shaqiri menunjukkan kalau dia memang punya kualitas.

Masuknya Fellaini menggantikan Dalot membuat United kembali memainkan pola empat pemain belakang. Fellaini dimaksudkan untuk membantu lini tengah agar suplai bola panjang bisa diterima lebih mudah. Sayangnya, taktik ini hanya beberapa menit saja berhasil. Lini tengah United justru menjadi tidak kreatif di sisa akhir pertandingan.

Proses dua gol Shaqiri berasal dari tidak adanya salah satu dari poros ganda United yang menutup jalur bola yang diberikan ke tengah dari sisi sayap. Dari situasi inilah dua gol Shaqiri terjadi, dibantu pula dengan defleksi para pemain United yang membingungkan penjaga gawangnya sendiri.

Yang menarik, Mourinho tidak memainkan Paul Pogba dan memilih Juan Mata, Martial, dan Fellaini sebagai pemain pengganti. Masuknya Juan Mata pun hanya lima menit sebelum kelar. Pogba sendiri sebenarnya bisa digunakan untuk memecah kebuntuan. Meski begitu, Mourinho masih tidak yakin kalau masuknya Pogba bisa membantu lini tengah United karena tekanan Liverpool yang semakin masif.

Kesimpulan dari laga kemarin adalah Liverpool unggul segala-galanya dari United. Taktik gegenpressing menunjukkan kelemahan United yang tidak kreatif di segala sisi dan kerap kalah menghadapi lawan yang berani menekan secara langsung. Kalau tidak percaya, silakan buka lagi pertandingan United menghadapi Brighton pada pekan kedua. Pada laga itu, United tidak bisa keluar dari pressing para pemain Brighton meski tekanan yang dilakukan tidak seliar para pemain Liverpool.