Final Piala FA berakhir anti klimaks bagi Manchester United. Diunggulkan untuk mengangkat pialanya yang ke-13, nyatanya Setan Merah justru mengakhiri musim 2017/2018 dengan status nirgelar. Gol penalti dari Eden Hazard membuat Jose Mourinho untuk pertama kalinya mengakhiri musim keduanya di sebuah kesebelasan dengan tanpa gelar.

Kedua kesebelasan sebenarnya datang dengan status sama-sama kehilangan pilar penting jelang laga ini. Si Biru kehilangan Andreas Christensen sementara Manchester United bermain tanpa Romelu Lukaku. Kehilangan Christensen digantikan oleh Gary Cahill sementara posisi Lukaku digantikan Marcus Rashford.

Satu Kesalahan yang Berakibat Fatal

Segala aspek pertandingan sebenarnya memihak Setan Merah. United menguasai penguasaan bola, sepakan ke arah gawang, pembuatan peluang, serta sepak pojok. Hanya saja semua itu menjadi tidak berguna karena United tidak mampu menguasai satu aspek terpenting dalam sepakbola yaitu gol.

Baik United maupun Chelsea sebenarnya berhati-hati ketika permainan babak pertama dimulai. Kedua kesebelasan tidak ada yang berani melakukan inisiatif serangan sampai akhirnya pada menit ke-10 Eden Hazard melepaskan sepakan pertama yang bisa dihalau David De Gea.

Lolosnya pergerakan Hazard saat itu diakibatkan kurangnya pressing yang diberikan kedua bek tengah United (Jones dan Smalling). Kemampuan dribel pemain Belgia ini berguna ketika menghadapi penjagaan yang kurang ketat dari para bek tengah ditambah luasnya lapangan Wembley yang memberikan banyak ruang.

Proses penalti yang didapat Hazard pun berawal dari salah koordinasi yang dilakukan dua bek tengah United. Jones melepas penjagaan Eden Hazard yang bersiap menerima bola dari Cesc Fabregas. Alih-alih bergerak ke depan, Jones justru mundur sehingga memberikan Hazard ruang bebas untuk menggiring bola. Kalah cepat, Jones melanggar Hazard yang berakibat penalti yang sukses dieksekusi oleh Hazard sendiri.

Pertahanan Rapat Chelsea yang Menyulitkan United

Pada wawancara selepas pertandingan, Jose menyebut kalau salah satu faktor kekalahan United adalah karena kehilangan Romelu Lukaku. Sekilas, ucapan tersebut seperti mengindikasikan kalau United begitu ketergantungan kepada pemain Belgia tersebut. Namun kenyataannya United memang benar-benar butuh sosok Lukaku.

Lukaku hanya berada di bangku cadangan dikarenakan masih belum fit 100% dari cedera engkelnya. Jose pun memainkan Marcus Rashford dan mengubah formasi menjadi 4-3-1-2. Sayangnya, Rashford tidak bisa menjadi pembeda dalam laga kemarin. Ia lebih sering berada di sisi sayap ketimbang bergerak mencari ruang di kotak penalti. Hal ini yang membuat pola serangan United menjadi lebih mudah terbaca.

Chelsea memilih untuk bermain dengan garis pertahanan rendah dan memilih untuk tidak terburu-buru memutus serangan United. Toh nyatanya United sendiri yang akhirnya tidak mampu menembus rapatnya lini tengah mereka yang digawangi oleh N’Golo Kante. Gelandang Prancis ini total membuat enam tekel atau seperlima dari total tekel mereka sepanjang laga yaitu 30.

Permainan bertahan yang dilakukan Blues terbilang efektif. Saat serangan United berhasil dipatahkan, mereka akan langsung mengirim bola kepada Olivier Giroud yang akan memantulkan bola ke arah Eden Hazard atau Cesc Fabregas untuk memulai serangan balik. Pola ini juga yang membuahkan penalti bagi mereka.

“Chelsea bukanlah tim bodoh. Mereka paham kami bermain tanpa Romelu Lukaku atau Marouane Fellaini sehingga serangan kami mudah dipatahkan. Gagalnya serangan kami membuat mereka menjadi mudah memainkan bola langsung ke depan,” tutur Jose selepas laga.

Pertahanan Chelsea memang patut mendapat apresiasi. Sepanjang 90 menit, mereka membuat 12 intersep, 34 sapuan, 17 blok, dan 20 kali memenangi duel udara. Rapatnya pertahanan mereka bahkan sanggup membuat United kehilangan bola sampai 30 kali.

Di sisi lain, masuknya Anthony Martial dan Romelu Lukaku dari bangku cadangan pun tidak memberikan dampak signifikan. Nama pertama, tidak bisa mendistribusikan bola dengan baik dari sisi sayap dan beberapa kali cenderung egois dan bermain tidak sabaran.

Sementara Lukaku tidak bisa membuat satu tembakan pun. Akan tetapi, itu semua dikarenakan satu hal yaitu dalamnya pertahanan yang dibuat Antonio Conte. Kesimpulannya adalah Jose dikalahkan oleh taktik yang menjadi cerminan dia sepanjang karier kepelatihannya.

Neraka yang Harus Diterima Seluruh Elemen United

United memulai musim 2017/2018 dengan kekalahan dari Real Madrid. Sayangnya, mereka menutup perjalanan musim ini juga dengan kekalahan yang kali ini disebabkan oleh Chelsea. Keduanya berakibat sama yaitu hilangnya harapan gelar United. Inilah kali pertama Setan Merah sejak 1995 gagal di final Piala FA setelah mengakhiri kompetisi Premier League di posisi kedua.

Pada akhirnya, musim ini bisa menjadi neraka baik itu bagi pemain, manajer, hingga para penggemar United. Di saat Man City dan Chelsea bergembira atas piala yang bisa mereka raih, United justru manyun memandang lemari trofi mereka yang tahun ini kosong melompong.

Neraka United bahkan bisa bertambah panas apabila Minggu depan, Liverpool bisa mengalahkan Real Madrid di final Liga Champions. Bukan tidak mungkin, jika Si Merah Merseyside mampu mengalahkan Los Blancos di Kyiv maka jadwal penerbangan domestik akan sangat sibuk dikarenakan banyaknya pesawat yang membawa para penggemar United ke wilayah pedalaman Amazon untuk bersembunyi dari ejekan pendukung Liverpool.

Lantas kalau skenario buruk tersebut terjadi maka tidak ada yang bisa dilakukan kecuali pasrah. Toh pada hakikatnya tempat tinggal setan memang berada di neraka meski dalam bahasa sepakbola, setan juga bisa mencicipi nikmatnya semilir angin surga (piala).