Foto: Thenational.ae

Hasil pertandingan sepakbola tidak selamanya ditentukan hanya dari tim tersebut memiliki pemain hebat atau tidak. Terkadang, sepakbola juga ditentukan oleh hal-hal yang sifatnya ajaib. Hal-hal yang membuat kita sulit menerimanya dengan akal sehat. Tetapi, berkat hal-hal ajaib dan tidak masuk akal tersebut, sepakbola menjadi indah untuk dinikmati.

Hal-hal ajaib tersebut terjadi dalam lanjutan Liga Champions 2018/2019 antara Juventus melawan Manchester United di Allianz Stadium, dini hari tadi. Skuat Juventus yang secara nama besar dan permainan lebih jago ketimbang United, justru keok dengan permainan pas-pasan yang diperagakan Setan Merah. Juara tujuh kali Serie A kalah dari tim peringkat tujuh Premier League. Juve yang musim ini belum kalah di semua kompetisi, tumbang oleh tim medioker macam United.

Pencetak gol Juventus, Cristiano Ronaldo, tampak kesal dengan hasil akhir. Tidak mau menyalahkan rekan setimnya, dia memilih untuk mengomentari United yang ia anggap tidak berbuat apa-apa selama 85 menit.

“Manchester United tidak melakukan apapun untuk memenangi pertandingan. Anda bahkan tidak dapat membahas mengenai keberuntungan karena keberuntungan itu didapat dengan bekerja keras, dan kami memberikan keberuntungan itu pada mereka,” tutur Ronaldo.

Tidak salah memang Ronaldo berkata seperti itu. Ronaldo adalah pemain yang menginginkan kesempurnaan. Toh saya merasa dia hanya benci terhadap hasil akhir pertandingan yang tidak memihak timnya, dan bukan bermaksud mengejek Manchester United yang merupakan tempat dirinya mengembangkan karier.

Wajar jika Ronaldo marah. Di saat dia sukses mencetak gol, teman-temannya tidak ada yang bisa mengikuti jejaknya. Padahal Si Nyonya Tua membuat 23 tembakan. Amarah De Gea seharusnya lebih besar dari Ronaldo karena teman-temannya yang bermain di belakang kembali bermain semenjana. Sayangnya, mayoritas tembakan yang dibuat oleh Pjanic, Dybala, Cuadrado, dan para pemain lainnya hanya melambung, melebar, terbentur pemain United, hingga terkena mistar.

Hanya ada tiga tembakan yang mengarah ke gawang De Gea. Jumlah tersebut ternyata sama dengan jumlah tembakan ke gawang United sepanjang 90 menit. Padahal mereka hanya membuat sembilan percobaan saja ke gawang Szczesny dan lebih banyak mengatur pertahanan alih-alih membangun serangan.

Sebelum mencetak dua gol, hanya ada dua pemain United yang tampil cukup bagus dibanding rekan-rekannya yaitu Victor Lindelof dan Ander Herrera. Nama pertama kembali tampil baik dan mulai menunjukkan beberapa perkembangan permainan setelah direkrut musim lalu dari Benfica. Ia membuat 1 intersep, 2 kali melakukan recovery ball, 8 sapuan, 34 umpan, dan mencatatkan keberhasilan tekel 100%. Mourinho nampak sudah menemukan dua bek tengah andalannya musim ini.

Sementara itu, Ander Herrera mencatatkan 1 umpan kunci, 3 sapuan, 4 tekel, 6 kali recovery ball, 47 umpan, dan akurasi umpan 96%. Herrera menjadi satu dari sedikitnya pemain United yang tampil ngotot. Aksi menarik kaus Paolo Dybala yang sedang melakukan sprint menunjukkan totalitasnya ketika bermain.

Ketika Mourinho memasukkan Juan Mata dan Marouane Fellaini pun, kemenangan seolah masih jauh dari bayangan. Sebaliknya, Juventus terus menekan dan bersiap menambah gol sampai pada akhirnya Juan Mata menyamakan kedudukan melalui spesialisasinya.

Jelang memasuki injury time, kepala Fellaini membuat rusuh lini belakang Juventus yang akhirnya membuahkan gol. Gol kemenangan United. Gol yang membuat Mourinho di akhir laga mengeluarkan gestur yang disisipi senyuman kecut.

Banyak yang mengomentari aksi nyeleneh Mourinho tersebut. Beberapa pundit dari Ruud Gullit, Paul Scholes, hingga Ian Wright mengatakan kalau dia tidak seharusnya melakukan tindakan tersebut. Namun bukan tidak mungkin, Mourinho melakukan gestur tersebut agar timnya bisa kembali fokus menghadapi partai derby Minggu besok dan menjadikan dirinya perisai agar tidak ada yang menyerang para pemainnya.

Hingga pembaca membaca tulisan ini, saya masih tidak tahu apa yang membuat United menang karena dari segi taktik, United kalah dari Juve. Semalam, United memang menang karena beruntung. Istilah Inggrisnya adalah ugly wins alias kemenangan yang diraih meski tim bermain buruk. Salah satu DNA klub yang masih dipertahankan hingga sekarang.

“Menang jelek adalah ciri khas kami dalam 15 tahun terakhir,” tutur Giggs beberapa tahun yang lalu. “Kadang kami menang dengan main bagus, tapi kadang kami juga perlu menang dengan cara-cara yang pragmatis. Tetapi berkat itulah tim ini bisa jadi juara,” ujar Darren Fletcher menambahkan.

Ugly wins ini patut untuk dirayakan. Berkat tiga poin dari Turin, United tinggal butuh satu kemenangan lagi untuk memastikan diri lolos ke babak 16 besar. Tiga poin ini juga memberikan kepercayaan diri untuk menghadapi Manchester City Minggu mendatang.