Foto: Twitter Manchester City.

Etihad kembali diambil alih oleh pemiliknya. Setelah City selalu gagal meraih poin pada derby Manchester di kandangnya sejak 2014, kini Si Biru berhasil mengatasi tabu tersebut. Hari Minggu kemarin, City mengalahkan United 3-1 yang membuat mereka kembali ke puncak klasemen sementara.

Bagi Pep Guardiola, kemenangan kemarin disebabkan perubahan taktik yang membuat timnya tampil berbeda di babak pertama maupun babak kedua.

“Babak pertama kami tidak begitu bagus. Kami bermain seperti tidak ingin kehilangan bola tetapi kami tidak melakukan sesuatu. Kami merasakan tekanan karena mereka (United) selalu tampil baik di laga derby. Kami kemudian mengubah pendekatan dan mendapat gol dari Sergio (Aguero) sebelum akhirnya kami memasukkan Gundo (Gundogan) untuk menemani Raheem (Sterling) bermain sebagai striker.”

Di sisi lain, Jose Mourinho menyebut kekalahan timnya hadir karena kesalahan-kesalahan individu yang dibuat sepanjang 90 menit. “Kami kalah karena kesalahan sendiri. Semua gol mereka adalah hukuman bagi permainan kami. Gol pertama karena kami tampil buruk, gol kedua membuat kami tambah semakin buruk, dan gol ketiga menyelesaikan semuanya.”

Tiga gol United memang hadir karena kesalahan para pemainnya. Gol pertama karena Shaw, gol kedua karena De Gea, Lindelof, dan Shaw, sementara komunikasi yang buruk antara Lindelof dan Young membuahkan gol ketiga. Beruntung, Jose Mourinho tidak menunjuk satu individu sebagai target seperti yang biasa ia lakukan. Karena United tidak hanya tampil buruk dari segi individu melainkan juga sebagai sebuah unit.

***

Mimpi buruk Setan Merah sebenarnya diawali saat susunan tim diketahui sejam sebelumnya. Paul Pogba absen karena laga melawan Juventus memberi masalah terhadap kakinya. Kehilangan pemain Prancis ini jelas sangat merugikan United. Meski sering membuat kesalahan, namun Pogba adalah kunci sukses kemenangan dramatis mereka di tempat yang sama musim lalu.

Hal ini yang membuat Mourinho mengubah susunan pemainnya. Yang menarik, kekosongan Pogba membuat ia memilih untuk menurunkan Marouane Fellaini. Alexis Sanchez yang bermain bagus melawan Juve kembali dicadangkan untuk memberi tempat kepada Rashford.

Kehilangan Pogba tentu saja mempermudah tugas Guardiola untuk meredam lini tengah United. Dia tidak perlu takut Fernandinho ditinggalkan sendirian karena kreativitas United pasti mati kutu tanpa pemain termahalnya tersebut. Hal itu tercermin dari catatan umpan kunci mereka yang hanya seperempat dari City (4 berbanding 16).

Tiga gelandang tengah yang dimainkan semuanya bertipe sama yaitu gelandang pengendali. Maksud Mourinho memainkan Matic, Herrera, dan Fellaini, sebenarnya sangat jelas yaitu untuk meredam serangan City ketika memasuki sepertiga akhir lini pertahanannya. Akan tetapi, ketika serangan City patah, mereka bertiga tidak ada yang bisa menjadi jembatan antara lini tengah dan lini depan. Sementara tiga gelandang sisa yaitu Fred, Andreas Pereira, dan Scott McTominay juga tidak terlalu berbeda permainannya dibanding ketiga pemain tersebut.

Unsur kreativitas coba dihadirkan melalui salah satu dari penyerang yang Mourinho mainkan. Akan tetapi, baik Lingard, Rashford, maupun Martial tidak ada yang bisa membangun serangan dengan baik. Hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan dari lini tengah yang jaraknya sangat jauh yang sempat membuat Rashford marah-marah karena ia tidak mendapat sokongan dari rekan setimnya.

Tidak adanya sokongan dari lini kedua sebenarnya disebabkan para pemain United yang khawatir akan mendapat serangan yang berbahaya apabila lini tengahnya kekurangan pemain. Serangan City yang agresif tentu saja akan membuat mereka lebih banyak kebobolan. Dengan menumpuk pemain saja, lini belakang mereka masih mudah tertembus, apalagi jika mereka keluar untuk bermain menyerang.

Kesalahan United yang selalu terulang. Tidak bisa membaca permainan dengan baik

Parkir bus ala Mourinho sebenarnya bisa berjalan efektif apabila para pemain United bisa fokus melihat pergerakan para pemain City. Akan tetapi, para pemain United lebih senang melihat pemain City yang bergerak dengan bola alih-alih melihat para pemain City yang bergerak tanpa membawa bola. Tiga gol yang hadir disebabkan oleh masalah yang sebenarnya sudah muncul sejak awal musim tersebut.

City sendiri sebenarnya memiliki angka kehilangan bola yang tidak jauh berbeda dengan United. Akan tetapi, sistem enam detik yang menjadi ciri khas Pep sebagai cara untuk merebut bola dari lawan, berjalan dengan sukses.

Jika United menguasai bola di lini pertahanan mereka sendiri, maka pemain City yang paling dekat akan melakukan pressing. Beberapa kali hal ini berjalan dengan efektif, salah satunya adalah ketika Ander Herrera kebingungan yang membuat bola bisa direbut oleh Raheem Sterling.

Jika dalam enam detik City masih belum bisa merebut penguasaan bola, maka tugas berikutnya adalah menurunkan garis pertahanan menjadi sedikit lebih rendah. Di sinilah mengapa seorang Paul Pogba dibutuhkan oleh United karena dalam pertandingan kemarin, lini tengah dan lini belakang City tidak mendapat ancaman yang berarti karena United tidak punya sosok yang cakap sebagai playmaker. Sebaliknya, City bisa melakukan serangan dari mana saja termasuk melalui Aymeric Laporte sekalipun (98% akurasi umpan).

City yang paham dengan kelemahan United pun terlihat mudah menciptakan gol. Para pemain Setan Merah yang tidak mengerti dalam memanfaatkan ruang kosong, terlihat keteteran menghadapi umpan-umpan cepat para pemain City. Proses gol ketiga Gundogan yang membutuhkan 44 passing menandakan bagaimana United lemah dalam membaca serangan lawan.

Salah satu momen pemain United kebingungan menghadapi cepatnya serangan City dalam proses gol ketiga dari Gundogan

Mourinho melakukan beberapa perubahan di babak kedua dengan memasukkan Alexis Sanchez, Romelu Lukaku, dan Juan Mata. Hal ini sempat berjalan dengan sukses ketika Lukaku menjadi penyebab United bisa mencetak gol melalui penalti Anthony Martial.

Akan tetapi, United kemudian kembali menjadi tim yang miskin kreativitas dan gampang membuat kesalahan. Masuknya Lukaku, Sanchez, dan Mata pun hanya sekedar mengubah posisi pemain semata dan tidak meningkatkan kreativitas permainan. Tembakan United ke gawang City pun tetap tidak beranjak dari angka satu yang berasal dari Martial.

Adanya Pogba pun sebenarnya tidak menjamin kalau United bisa menang. Tetapi melihat permainan United yang tidak memiliki visi yang jelas layaknya laga Minggu kemarin, maka peran Pogba di dalam skuad memang begitu dibutuhkan. Tidak menjamin hasil, tetapi setidaknya Pogba bisa membuat serangan United menjadi (sedikit) lebih baik.