Pada April 2014 lalu, Kepolisian Skotlandia mendapat laporan yang terbilang aneh. Laporan tersebut berisi keluhan seorang pria yang meminta polisi untuk menjatuhkan hukuman kepada dua burung camar yang ia anggap mengganggu. Empat tahun berikutnya, restoran Hillary’s Boat Harbour di Perth, memberikan pistol air kepada para pengunjung. Alasannya, agar mereka bisa mengusir burung camar yang banyak sekali sliweran di tempat tersebut karena kerap mengganggu pengunjung.

***

Mengganggu tampaknya sudah menjadi sifat alamiah bagi burung camar. Hal itu kembali mereka lakukan dalam wujud 11 pemain Brighton ketika bertarung menghadapi Manchester United, pekan lalu. Setan Merah tetap mengakhiri pertandingan sebagai pemenang dengan skor 2-1. Akan tetapi, mereka mendapat kesulitan yang membuat permainan United tidak berjalan dengan semestinya.

“Kekecewaan terbesar saya adalah gol yang mereka buat. Anda tahu ketika Anda tertekan dan pemain dengan kualitas seperti mereka, maka akan menjadi ujian bagi Anda. Terlepas dari gol, mereka memiliki kesempatan bagus tetapi tidak banyak. Ada kesempatan bagi kami hari ini, sayangnya kami harus membayar lambatnya kami dalam memulai laga dan kebobolan gol yang buruk,” kata Chris Hughton.

Apa yang diucapkan Hughton memang benar adanya. Brighton membuat United tidak bisa berbuat banyak di kandangnya sendiri. Kedua kesebelasan bahkan memiliki kesempatan menendang ke arah gawang yang tidak terlalu jauh. Hanya lima sepakan saja yang bisa dibuat United ke gawang David Button sementara Brighton membuat tiga.

Sejak berhasil mengalahkan Bournemouth, United terus tampil tidak mengesankan apabila melihat cara mereka bermain. Beruntung, mereka kerap mencetak gol lebih banyak dan tertolong oleh penampilan David De Gea yang membuat tiga poin tetap berada dalam genggaman mereka.

Keempat kesebelasan yang menjadi lawan terakhir United memiliki senjata yang sama untuk meredam agresivitas Marcus Rashford cs., yaitu memperkuat lini pertahanan dan menyerang mereka melalui serangan balik cepat. Hal ini yang sukses diperagakan Brighton hari Sabtu lalu.

Brighton memainkan formasi 4-5-1 dengan membuat lini tengah mereka menjadi ramai agar dapat menutup jalur umpan yang siap diberikan para gelandangnya. Hughton juga meminta para pemain belakang untuk tidak berada dalam jarak yang jauh dengan pemain tengah. Sempitnya dua blok ini bertujuan untuk mematikan para pemain depan yang mendapat bola di antara dua blok tersebut agar serangan menjadi mudah untuk dipatahkan. Mereka sadar, bermain terbuka melawan United maka mengundang mereka untuk mencetak banyak gol. Taktik ini yang mereka terapkan ketika melawan Liverpool sebelumnya.

Hal ini berjalan dengan baik apabila melihat titik tempat patahnya serangan United yang semuanya terjadi sebelum mereka memasuki kotak penalti. Sial bagi Brighton, skema yang sudah bagus tersebut dirusak oleh kesalahan mereka yang membuat United mendapat penalti dan mencetak gol kedua melalui Marcus Rashford. Solidnya taktik mereka kembali digagalkan kesalahan konyol seperti sebelumnya.

Peran lima gelandang Brighton membuat Ole tidak bisa menjalankan taktiknya dengan leluasa. Biasanya ia akan menitik beratkan satu sisi untuk membuka sisi sebelahnya agar wing back bisa menjalankan tugasnya dengan baik terutama di sisi kanan. Akan tetapi, hal ini bisa dibaca dengan baik oleh Hughton dengan meminta bek kiri mereka, Gaetan Bong untuk tidak terpancing membantu serangan. Hal ini terlihat dari banyaknya arah serangan yang dilakukan Brighton lebih berat di sisi kanan karena mengandalkan kecepatan Solly March dan Martin Montoya yang berhasil memanfaatkan belum nyetelnya Diogo Dalot yang dipaksa main sebagai bek kiri.

Serangan United pada babak kedua juga tidak banyak berubah. Sisi kanan tidak terlalu dominan sementara sisi kiri dipaksakan untuk membangun serangan yang memudahkan Brighton untuk merebut bola. Hal ini kemudian membuat para pemain United frustrasi yang berujung dengan terburu-burunya mereka dalam mengeksekusi peluang serta melepaskan sepakan jarak jauh yang tidak terlalu efektif.

Rasa frustrasi dan terburu-buru ini kemudian bisa dimaksimalkan dengan baik oleh Brighton untuk mengambil inisiatif serangan. Sejak menit ke-65, bola lebih sering berada di kaki para pemain Brighton. Bahkan selama 10 menit, penguasaan bola mereka mencapai 62 berbanding 38 persen dan membahayakan lini pertahanan United melalui bola-bola atas.

Terlihat sekali para pemain United tidak sanggup mengantisipasi bola-bola panjang yang menjadi ciri khas Brighton. Mereka 21 kali memenangi duel udara dengan Lewis Dunk menjadi pemain terbanyak dengan memenangi duel udara sebanyak enam kali. Proses gol yang didapat juga melalui bola atas yang bisa dimaksimalkan dengan baik oleh Pascal Gross.

United kembali menunjukkan kalau mereka punya struktur pertahanan yang solid tapi tidak dengan koneksi antar lini yang tidak berjalan baik. Proses gol Brighton bisa menjadi contoh jika melihat telatnya respon Dalot menutup atau menghalau bola yang bisa dimaksimalkan dengan baik oleh Gross. Hal ini tentu menjadi peringatan kepada Solskjaer untuk terus melakukan perbaikan serta inovasi dalam taktiknya yang nampak mulai terbaca akhir-akhir ini.