Kekalahan Chelsea atas Liverpool pada Minggu (14/4) malam, membuat peluang United untuk mengakhiri musim di empat besar terbuka sangat lebar. Mereka kini hanya berselisih dua angka saja dengan United memiliki satu pertandingan lebih banyak. Selain peluang untuk memperebutkan pos empat besar, United juga masih terbuka untuk mengakhiri Premier League musim ini dengan sebuah rekor negatif.

***

Satu gol dari Felipe Anderson, memanfaatkan umpan matang dari Manuel Lanzini, membuat gawang United musim ini sudah kebobolan sebanyak 44 gol. Jumlah ini sudah jauh lebih buruk dari raihan mereka musim lalu yang hanya kebobolan 28 gol saja. Jika musim sebelumnya lini pertahanan United bisa bersaing dengan Manchester City, maka musim ini lini belakang mereka untuk sementara tidak lebih baik dibanding Newcastle United yang berada di urutan ke-15.

Angka 44 kebobolan pada musim ini sebenarnya bukanlah rekor buruk mereka sepanjang sejarah partisipasi mereka pada Premier League. Musim 1999/2000 serta 2001/2002 adalah musim ketika United kebobolan banyak gol dalam 38 pertandingan yaitu sebanyak 45 kali.

Namun melihat sisa pertandingan yang masih mempertemukan United dengan dua tim berat yaitu Chelsea dan Man City serta tidak konsistennya penampilan lini belakang, maka bisa jadi musim ini United akan kebobolan lebih dari 45 gol.

Catatan ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi tim sekelas United. Mereka yang dulu dikenal memiliki komposisi lini belakang yang solid, kini justru diisi oleh para pemain belakang yang pesakitan. Tidak ada yang bisa memberikan rasa aman kepada David De Gea sehingga tidak jarang mereka kerap bergantung pada kehebatan penjaga gawang asal Spanyol tersebut.

Sektor bek tengah kembali menjadi sorotan. Setelah Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic tidak lagi berseragam United, seketika itu juga lini belakang United tidak lagi mempunyai dua bek tengah kelas dunia. Beberapa bek tengah yang diplot di depan penjaga gawang tidak pernah ada yang kapabilitasnya mendekati dua pemain tersebut.

Bahkan dua bek pembelian terakhir Mourinho pun, hanya satu yang penampilannya cukup konsisten yaitu Victor Lindelof. Meski begitu, penampilan Lindelof masih jauh dari level kelas dunia. Sementara penampilan Eric Bailly merosot begitu drastis setelah tampil apik pada musim pertama. Hal serupa juga terjadi dengan Chris Smalling, Phil Jones, dan Marcos Rojo yang tidak mengalamani peningkatan permainan signifikan meski sudah lama berseragam merah.

Mirisnya penampilan lini belakang United juga dilihat dari jumlah clean sheets mereka yang diraih musim ini. Kemenangan 3-0 melawan Fulham adalah angka nirbobol United ketujuh yang diperoleh pada musim ini. Hanya sepertiga dari total yang didapat De Gea musim lalu. Bahkan penampilan De Gea musim ini jauh lebih buruk dibanding Neil Etheridge (Cardiff City) dan Martin Dubravka (Newcastle United).

Miris memang, karena pertahanan United era David Moyes saja masih lebih baik dari kombinasi Mourinho dan Solskjaer pada musim ini. The Choosen One hanya kebobolan 43 gol saja sepanjang musim. Sementara musim ini, United punya peluang untuk kebobolan sebanyak 50 gol yang terakhir kali mereka rasakan pada 1979.

Situasi Serupa 17 Tahun Silam

Situasi United saat ini sama persis dengan kejadian yang menimpa mereka 17 tahun silam atau ketika musim 2001/2002 berlangsung. Mereka didera masalah akut di lini belakang meski alur kisahnya sedikit berbeda.

Pada 2001/2002, Sir Alex Ferguson membuat langkah besar dengan menjual Jaap Stam, pemain belakang mereka yang baru tiga musim memperkuat tim. Konflik dengan Sir Alex saat itu yang membuat bek Belanda ini dilepas ke Lazio. Jargon “Tidak ada pemain yang lebih besar dari nama klub” kembali dipakai United dalam kasus Stam. Namun Fergie tidak mempersiapkan penggantinya dengan baik.

Manajemen hanya menggantinya dengan Laurent Blanc. Pemilik gelar Piala Dunia dan Piala Eropa yang usianya sudah 35 tahun. Sayangnya, Blanc tidak memberikan solusi dan justru dianggap sebagai biang keladi United ketika mereka takluk. Bahkan ia dianggap membawa kutukan. Bagaimana tidak, dalam 15 pertandingan awal United musim tersebut, United menderita kekalahan dari Blackburn, Liverpool, Arsenal, Newcastle, dan Chelsea. Jika huruf depan mereka diambil, maka terbentuklah kata yaitu “BLANC”.

United juga tidak punya pelapis. Hanya ada tiga bek tengah saja yang bermain saat itu yaitu Blanc, Silvestre, dan Wes Brown. Dua nama lain yaitu Ronny Johnsen dan David May sudah tidak lagi terpakai karena penampilannya yang mulai meredup.

Sementara pada musim ini, masalah bek tengah United dimulai dari permintaan Jose Mourinho yang menginginkan satu bek lagi pada bursa transfer musim panas lalu. Akan tetapi, permintaannya ditolak oleh Ed Woodward karena bek bagus tidak tersedia di lantai bursa. Hal ini yang sempat membuat Mourinho ngambek dan memainkan Nemanja Matic, Ander Herrera, hingga Scott McTominay sebagai pemain belakang. Bahkan ia dengan berani memuji duet bek tengah Juventus setelah keduanya bertemu dalam Liga Champions.

“Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini bisa pergi ke Universitas Harvard dan memberikan kelas tentang bagaimana menjadi bek tengah,” kata Mourinho seperti menyindir Ed Woodward dan para pemain belakang yang ia punya. Suporter United yang sebelumnya menolak keinginan Mourinho untuk membeli bek baru, kini berbalik dengan mengharapkan salah satu diantara Kalidou Koulibaly atau Mathijs de Ligt untuk datang sebagai juru selamat.

Suka tidak suka, Manchester United memang harus merombak lini belakang mereka jika ingin mengejar ketertinggalan dari Liverpool dan Manchester City, dua kesebelasan yang dihuni para pemain belakang kelas dunia. Seandainya musim depan penampilan lini belakang United tidak mengalami perubahan, maka jangan harap United bisa mengejar titel Liga Inggris ke-21 mereka. Karena Sir Alex Ferguson pernah berkata bahwa sebuah kesebelasan bisa menjadi juara liga apabila mereka memiliki lini belakang yang solid. Bukan begitu, opa Fergie?