Tidak sedikit para manajer yang menolak untuk disebut sebagai tukang sulap. Mereka merasa diri mereka hanya manusia biasa yang tidak selamanya langsung mendapat hasil bagus ketika pertama kali ditunjuk. Namun, ada beberapa manajer yang langsung diberikan berkah berupa hasil positif ketika datang. Michael Carrick adalah salah satunya.

Ketika pertama kali diumumkan sebagai manajer Middlesbrough pada akhir Oktober 2022 lalu, saya menulis kalau Boro melakukan sebuah perjudian besar saat menunjuk Carrick. CV yang ia punya hanya sekadar menjadi asisten dan manajer interim Manchester United dalam tiga pertandingan sehingga pengalamannya belum terlalu banyak.

Selain itu, posisi Boro juga sedang dalam kondisi mengkhawatirkan. Mereka ada pada posisi 21 klasemen Championship Division. Tak ayal, Carrick punya tugas yang cukup berat pada saat itu. Apalagi ia langsung kalah pada pertandingan pertamanya menangani runner-up Piala UEFA 2005/2006 itu sehingga menjaga Boro tetap ada di papan tengah mungkin menjadi target realistis yang bisa dilakukan dengan performa tim yang tidak begitu stabil.

Namun, dalam hitungan 91 hari Carrick justru mampu memutarbalikkan prediksi. Boro dengan cepat langsung melesat ke papan atas. Serangkaian hasil positif diraih. Ketika menang 3-1 di markas Birmingham City pada awal Januari lalu, Carrick sudah mengumpulkan 22 poin dari maksimal 30 poin yang bisa diraih saat itu. Ia menjadi manajer Boro setelah Bryan Robson yang bisa mengambil banyak poin dari 10 pertandingan.

Yang terbaru, Carrick berhasil membawa Middlesbrough mengalahkan Watford dengan skor 2-0. Catatan ini membuatnya sudah meraih sembilan kemenangan dari 14 pertandingan yang sudah dilakoni.

Imbasnya adalah posisi Boro di klasemen pun meningkat pesat. Mereka yang sebelumnya ada pada posisi 21 kini sudah ada di tangga nomor tiga klasemen sementara. Suporter yang tadinya pesimis timnya bisa bertahan justru mendapat kepercayaan diri kalau mereka bisa saja promosi ke Premier League minimal via jalur play-off.

“Untuk saat ini saya hanya senang melakukan apa yang saya bisa lakukan. Saya tidak mengejar apa pun. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik sebisa saya sekaligus menikmati tantangannya. Sekarang kami punya fondasi yang cukup kuat. Fondasi yang membuat saya bahagia karena di sana ada aksi, suasana, dan etos kerja yang bagus,” kata Carrick.

Satu hal yang dibawa Carrick ke Middlesbrough adalah mentalitas. Setidaknya itu yang dituturkan direktur sepakbola mereka, Kieran Scott, kepada The Athletic. Scott ketika itu berkata kalau Carrick masuk ke lingkungan yang memiliki harapan bisa promosi ke Premier League tapi tidak dilengkapi dengan bakat. Carrick pun langsung memanfaatkannya dengan memperbanyak etos kerja para pemain. Hasilnya pun sudah bisa dilihat di klasemen sementara Championship.

Selain etos kerja, Carrick juga tidak melupakan aspek taktikal. Saat masih bersama Chris Wilder, Boro bermain dengan formasi 3-5-2. Namun ketika Carrick masuk, ia membuat perubahan dengan memainkan pola 4-2-3-1. Beberapa pemain yang sebelumnya tidak berkembang bersama Wilder kini mendadak menjadi pemain yang cukup bagus bersama Carrick.

Sekali lagi Carrick membuktikan kalau dirinya adalah sosok yang underrated di sepakbola. Saat masih menjadi pemain ia kerap tertutup oleh pamor Steven Gerrard dan Frank Lampard. Hal serupa juga terjadi ketika menjadi manajer. Saat orang-orang masih membahas performa Gerrard dan Lampard, keduanya sudah dipecat klubnya masing-masing, Carrick kini sedang mengumpulkan hasil positif untuk bisa melampaui catatan keduanya.

Bukan tidak mungkin musim depan kita akan melihat Carrick membawa Middlesbrough promosi sejak 2017 atau paling tidak sosoknya yang diangkat menjadi manajer di salah satu klub Premier League.