Foto: The Japan Times

Setelah satu tahun rehat dan memulihkan diri setelah akhir yang kurang bahagia bersama klub yang dia cintai, Ole Gunnar Solskjaer kini siap kembali turun gunung sebagai manajer. Dengan bekal 168 pertandingan yang ia tonton kembali, Ole kini siap kembali untuk menerima tawaran dari para kesebelasan yang ingin mempekerjakannya.

Bulan November kemarin adalah tepat satu tahun Manchester United memecat Ole Gunnar Solskjaer. Lebih tepatnya pada tanggal 21 November atau beberapa saat setelah United tumbang dari tim papan bawah Watford dengan skor 4-1. Hasil yang membuat United mandek di urutan delapan klasemen saat itu.

Dibandingkan dengan para manajer lain, rasanya tidak ada momen perpisahan yang lebih mengharukan lagi ketimbang saat berpisah dengan Ole. Tidak tega rasanya melihat dia masih menyempatkan diri untuk membuat video perpisahan yang emosional. Terlihat ada air mata yang ingin dia tahan sebagai bukti tidak kuatnya dia ingin pergi.

Besar cinta Ole kepada Manchester United. Sebulan setelah pemecatannya, ia masih memberikan beberapa bingkisan Natal kepada mantan stafnya. Kisah yang membuat mereka semua saat itu menangis karena Ole masih memerhatikan mereka dari jauh.

Musim terakhir itu memang tidak berjalan semestinya. Kekalahan memang menjadi sesuatu yang wajar bagi United. Tapi ketika kekalahan itu diraih saat melawan Liverpool, dengan skor 0-5, di kandang sendiri, maka hasil itu menjadi sesuatu yang tidak wajar. Ditambah dengan hasil-hasil lain seperti ketika kalah melawan City, Leicester, dan juga Watford.

Sudah setahun Ole tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Ia sudah kembali ke Norwegia dan berkumpul dengan keluarganya. Waktu yang dirasa cukup untuk memulihkan mentalnya setelah apa yang terjadi bersama United sepanjang 2021 lalu.

Menurut Andy Mitten, pahlawan kemenangan Setan Merah pada Liga Champions 1999 ini sudah mantap untuk kembali ke kursi manajer. 365 hari ia habiskan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan mempelajari beberapa kesebelasan di liga top Eropa.

Yang menarik, Ole juga selalu menonton ulang pertandingan United yang pernah ia pimpin. Tidak 10 atau 20 melainkan 168 pertandingan. Ya, demi bisa kembali lebih baik lagi, Ole menonton semua pertandingan United dari awal yaitu ketika melawan Cardiff hingga terakhir saat mereka tumbang dari Watford.

Wajar memang jika Ole menjadikan United era dia sebagai pedoman. Karena bersama United, Ole berhasil meraih catatan kemenangan terbanyak selama menjadi manajer yaitu 91 kali. Angka yang jauh lebih baik dari Sir Matt Busby dalam hal persentase (54%). Hanya Sir Alex Ferguson dan Jose Mourinho saja yang lebih baik dari dirinya. Jika saja catatan itu ia buat ketika di Molde, maka tim itu sudah bisa menjadi juara liga.

Meski meraih catatan yang tergolong positif, banyak yang bilang kalau karier Ole di United gagal hanya karena satu hal yaitu trofi. Tiga tahun berkarier, dia hanya bisa membawa United sebagai spesialis nyaris juara. Kerap tersingkir di semifinal, lalu tidak beruntung ketika melaju ke final.

Tidak mudah untuk menonton 168 pertandingan secara detail. Tapi itu merupakan bentuk dan komitmen Ole yang masih lapar untuk mendapat kesuksesan. Ole tentu tidak mau kalah. dengan para stafnya macam Kieran McKenna, Martyn Pert, dan Michael Carrick yang mulai menjejakkan kakinya sebagai manajer utama.