Foto: Punditarena.com

Hingga pekan ke-10 Premier League musim 2018/2019, Manchester United sudah kebobolan sebanyak 17 gol. Musim lalu, angka serupa baru didapat pada 23 Desember 2017 atau pada pekan ke-19. Lini belakang Setan Merah begitu bermasalah pada musim ini.

Jika rata-rata 1,7 gol per laga ini terus berlanjut hingga pekan ke-38, maka lini belakang United akan menderita 65 gol pada akhir musim nanti. Catatan ini tentu saja yang paling buruk, bahkan jauh melebihi dari catatan kebobolan United di tangan Moyes yang hanya kemasukan 43 gol saja.

Setelah tidak mendapat ancaman apapun dari Burnley, David de Gea kini semakin rajin memungut bola dari gawangnya. Musim lalu, paling banyak De Gea hanya dua kali memungut bola dalam satu pertandingan. Sekarang, De Gea sudah tiga pertandingan melihat gawangnya tiga kali kebobolan.

Ketika melihat bagaimana Chiellini dan Bonucci menghalau serangan timnya, bukan tidak mungkin terbersit dalam pikiran De Gea untuk pindah. “lini belakang seperti ini yang saya mau”, mungkin itu yang ada di benaknya. Sayangnya, sifat pendiam De Gea mungkin menjadi penghalang baginya untuk menegur rekan-rekan setimnya. Dia takut, Smalling yang jauh lebih senior akan mengatakan, “Berani-beraninya lo negur gue. Gue lebih lama di klub daripada lo. Tahu gak.”

Setelah duet Ferdinand-Vidic, United nampak tidak punya lagi center back berkualitas. Vidic memang tidak langsung sukses saat direkrut, tapi ia tertolong dengan kehadiran Ferdinand yang seolah bisa menyelesaikan masalah lini belakang sendirian. Sekarang, boro-boro sendirian, dikasih tiga pemain belakang pun masih gampang kebobolan.

Catatan 17 gol kemasukan United adalah yang terburuk kelima dari 20 tim yang bermain di liga primer. Bahkan angka kebobolan Brighton, Bournemouth, Wolverhampton, hingga Newcastle United yang berada di peringkat 19 masih lebih baik dibanding United. Tentu saja ini membuktikan kalau lini belakang United memang katro.

Sebenarnya masalah lini belakang Setan Merah bisa diatasi jika lini depan tampil tajam. Arsenal bisa dijadikan contoh. Mereka masih bisa mencetak 24 gol meski kebobolan 13 kali. Mirisnya, angka memasukkan United bahkan sama dengan angka kebobolan mereka. Untuk mencetak gol saja susah apalagi menahan gempuran lawan. Sudah layak sebenarnya kalau klub ini menuju ke arah medioker alih-alih tim kelas dunia.

Manajer paling agung sepanjang masa klub, Sir Alex Ferguson, pernah mengatakan kalau “attack wins you games, defence wins you title.” Di sini terlihat bagaimana Sir Alex tidak memandang remeh lini pertahanan. Ia bahkan menjadikan lini belakang sebagai dasar kesuksesan timnya. Musim 2012/2013 mungkin menjadi musim ketika Fergie punya lini belakang yang katro. Itupun masih bisa juara karena adanya sosok Robin van Persie.

Bagaimana dengan saat ini? Saat Mourinho berencana mau membeli pemain belakang, netizen yang maha benar langsung komentar kalau klub ini akan seperti terminal bis. Padahal, jika melihat skuad saat ini, lini belakang United memang paling katro dibanding tim lain dan harus dibenahi dengan membeli pemain yang tepat.

Entah mengapa pemain seperti Chris Smalling bisa bertahan lama di klub ini meski permainannya tidak istimewa. Pemain ini seolah dinaungi keberuntungan. Dalam dua musim terakhir, Smalling sebenarnya tidak masuk dalam rencana Mourinho. Namun setelah pertengahan musim, dia akan kembali lagi ke tim inti. Pekan lalu, ia bahkan menorehkan 300 pertandingan bersama klub melebihi jumlah penampilan Cristiano Ronaldo.

Sebenarnya lini belakang bisa membaik jika Eric Bailly tidak terkena cedera parah musim lalu. Entah kenapa setelah sembuh, permainannya justru merosot drastis dan menunjukkan kalau kualitasnya emang sebatas bermain untuk tim sekaliber Espanyol dan Villarreal.

Victor Lindelof? Entah kenapa model rambutnya lebih menonjol ketimbang permainannya. Memang ada peningkatan dalam permainannya pada beberapa laga terakhir, tetapi itu terjadi setelah kebobolan. Melihatnya berkeliaran di Old Trafford, seperti seorang pemain yang tampil bagus karena pacarnya datang menyaksikan langsung di stadion. Ketika pacarnya tidak hadir, permainannya kembali lagi menjadi medioker kelas kecamatan.

Saya bahkan sudah lupa kalau United punya pemain bernama Phil Jones. Pemain ini datang karena dia satu-satunya pemain yang tampil bagus bersama Blackburn meski lini belakangnya dibobol lima kali oleh Berbatov. Namun semakin berjalannya waktu, rumah sakit di sekitaran Manchester lebih aktif mencatat kehadirannya ketimbang petugas absensi di Carrington.

Marcos Rojo memang sudah kembali dari cedera. Namun saya tidak yakin jika Rojo tidak akan mendapat masalah di kakinya jika kembali dimainkan. Jangankan untuk bermain di Premier League, dimainkan bersama tim U-23 saja Rojo kembali mendapat cedera. Apakah tim medis United tidak tahu cara menangani Rojo dengan benar? atau mungkin tubuhnya yang memang tidak cocok dengan iklim liga primer.

Katro-nya posisi bek tengah Setan Merah juga merembet ke sisi sayap. Entah kenapa musim lalu klub ini masih bisa finis di papan atas meski menggunakan dua bek sayap yang sebenarnya lebih handal dalam menyerang ketimbang bertahan. Valencia yang hanya bisa bergerak lurus dan tidak bisa crossing, sementara Young terkenal dengan gerakannya yang grasak-grusuk­ tapi bisa mematikan pemain sekelas Cristiano Ronaldo.

Beruntung, Luke Shaw dan Diogo Dalot masih bisa memberikan warna di dalam lini belakang yang mayoritas kualitasnya abal-abal seperti ini. Para penggemar tentu tambah sumringah ketika mengetahui kalau Mourinho mendapat dana lebih dari 100 juta paun untuk belanja untuk belanja satu pemain belakang dan satu pemain menyerang.

Tapi siapa yang percaya kalau dengan dana tersebut, United akan mendapat pemain belakang kelas dunia jika negosiatornya saja kesulitan untuk merekrut Marouane Fellaini?