Foto: Sky Sports

Anomali terjadi dalam karier Manchester United di era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer. Ketika mereka diunggulkan, tidak jarang mereka mengalami hasil buruk. Ketika diragukan, tidak jarang pula mereka bermain baik dan meraih kemenangan.

Ketika United kalah 1-6 dari Spurs, keraguan langsung muncul mengenai nasib Setan Merah di tangan Ole. Sang manajer kembali berada dalam situasi terpojok. Namun, saat mereka bertemu dengan pertandingan berikutnya, yang bisa menjadi hari penghakiman bagi sang manajer, United tiba-tiba mendadak bisa bermain dengan sangat bagus.

Setelah menang 4-1 atas Newcastle United, United kembali meraih kemenangan keduanya secara beruntun. Kali ini, PSG menjadi korban setelah kalah 1-2 atas United di kandang mereka sendiri. Bruno Fernandes dan Marcus Rashford menjadi pahlawan berkat masing-masing golnya sementara PSG mendapat gol melalui bunuh diri Anthony Martial.

Kemenangan Taktik Ole

Seperti yang sudah diprediksi sejak awal, United memilih bermain dengan formasi menggunakan tiga pemain belakang yang kemudian berubah menjadi lima pemain belakang ketika bola sudah memasuki wilayah pertahanan United. Keberadaan dua bek sayap, dalam hal ini Wan-Bissaka dan Alex Telles cukup penting bagi permainan United semalam.

Begitu juga dengan Luke Shaw yang bermain sebagai left center back. Tampaknya eks Southampton ini justru bermain jauh lebih baik pada posisi barunya ini. Shaw akan mengisi posisi yang ditinggalkan Telles ketika overlap. Saat Wan-Bissaka melakukan overlap, maka Shaw akan menemani salah satu dari Lindelof dan Tuanzebe sebagai bek tengah di depan dua penjaga gawang.

Secara statistik, PSG mendominasi penguasaan bola yaitu 61%-39%. Akurasi umpan mereka juga lebih baik yaitu 86%-78%. Meski begitu, dominan tidak serta merta bisa membuat tim tersebut menang dengan mudah.

Statistik PSG memang cukup mentereng dengan lebih dari 60 persen penguasaan bola, namun kendali pertandingan justru dipegang oleh United. Berkaca dari heatmaps yang diambil dari Whoscored, terlihat kalau PSG terkunci di sisi halfspace sebelah kanan United. Bahkan ruang tengah dan sisi kanan PSG tampak kosong.

Serangan PSG memang lebih banyak di sisi kiri karena di sinilah posisi Neymar dan Layvin Kurzawa berada. Keduanya lebih mumpuni untuk menyerang ketimbang Alessandro Florenzi dan Di Maria yang bermain di sisi kanan. Bahkan beberapa kali Di Maria harus ikut membantu Neymar untuk memecah sisi kanan pertahanan United. Begitu juga Mbappe yang beberapa kali bergerak ke dalam untuk mengincar serangan memanfaatkan speed yang dimiliki si pemain.

United tahu kalau PSG akan memanfaatkan kecepatan Neymar dan Mbappe sebagai poros serangan. Dua pemain ini menjadi pemain tuan rumah yang melakukan percobaan dribel terbanyak. Inilah yang membuat United memilih bermain menunggu, fokus memperkuat lini pertahanan, dan mengincar serangan balik. Untuk mendapatkan momen tersebut, mereka harus membiarkan tuan rumah untuk menguasai bola.

Cara ini berjalan sukses ditambah dengan keberadaan Fred serta McTominay sebagai double pivot yang cepat mengalirkan bola ketimbang Pogba yang kadang sering melakukan delay. Baru ketika Pogba masuk, United mencoba menekan PSG dengan formasi 4-3-1-2 selama 26 menit.

Krisis pemain di PSG juga membantu United. Mereka sama sekali tidak memiliki pemain yang bisa mengubah jalannya pertandingan. Rafinha, Dagba, Kean, Bakker, dan Sarabia tidak banyak membantu PSG dari kekalahan. Meski Mbappe kemudian pindah ke sisi kiri untuk memberikan tempat striker kepada Kean, namun itu juga tidak banyak membantu.

Apresiasi Untuk Lini Belakang

Salah satu sorotan dari perjalanan United musim ini adalah lini belakang. Mereka sudah banyak kebobolan di Liga Inggris musim ini. Lini belakang United kerap berantakan dan seperti tidak punya struktur. Namun, pada laga kemarin permainan lini belakang mereka cukup solid.

Meski gelar Man of the Match diraih oleh David de Gea, namun tidak sedikit yang menyebut kala Axel Tuanzebe juga pantas untuk mendapatkannya. Inilah kali pertama si pemain bermain lagi setelah absen 10 bulan. Penampilan pertamanya berjalan dengan baik.

Axel sukses menjaga Mbappe dengan baik. Ia juga membuat 7 sapuan dan akurasi duel udaranya sempurna. Victor Lindelof juga luar biasa dengan 3 sapuan dan 3 blok. Peran dua poros ganda yaitu McTominay dan Fred juga sempurna untuk menambah rasa aman di lini belakang sekaligus mematikan kreatifitas pemain-pemain PSG. Bahkan Alex Telles bermain baik dan beberapa kali memukau mata penggemar United melalui lengkungan bola-bola sepak pojoknya.

Ada Apa dengan Anthony Martial?

Marcus Rashford menjadi pahlawan berkat gol kemenangannya pada menit ke-87. Hal yang bertolak belakang justru terjadi kepada rekan duetnnya, Anthony Martial. Sang striker justru mencetak gol untuk PSG yang sempat memantik semangat tuan rumah untuk bangkit.

Awal musim ini belum berjalan baik bagi Martial. Bermain empat kali, dia belum satu kalipun membuat tendangan tepat sasaran. Ia justru sudah mengoleksi satu kartu merah dan satu gol bunuh diri. Tidak sedikit penggemar United yang merasa kalau mood Martial kembali turun karena United mendatangkan Edinson Cavani. Situasi seperti ini mirip dengan saat Ibrahimovic dan Lukaku datang yang membuat Martial merasa kalau tempatnya di lini depan berada dalam ancaman.