Ada cara yang cukup mudah jika ingin menguji kesabaran para pendukung Manchester United. Salah satunya adalah dengan menampilkan wajah seorang Jesse Lingard.

***

Beberapa waktu lalu, saya sempat membuat tulisan berjudul “Jangan Heran Jika Solskjaer Terus Memainkan Jesse Lingard.” Pada tulisan tersebut, saya hanya mencoba untuk menjadi seorang fans yang bersikap netral dan memaklumi kebijakan Solskjaer yang terus menerus menjadikan pemain kelahiran Warrington ini sebagai pemain andalan. Saya bahkan tidak menyangka kalau tulisan ini ternyata menarik atensi pembacanya (terima kasih bagi yang sudah membaca).

Kembali lagi soal masalah Lingard, pemain ini memang sedang berada dalam sorotan para penggemarnya dalam dua pertandingan terakhir. Alasannya sederhana, ia tidak bisa memberikan kontribusi berupa gol atau bahkan asis. Padahal, ia diturunkan sebagai salah satu dari tiga pemain depan yang seharusnya bisa menjadi poros klub untuk menjadi pencetak gol.

Meski tidak diharapkan bisa mencetak gol sebanyak Harry Kane atau trio maut milik Liverpool, namun para penggemar United sejatinya hanya berharap Lingard, setidaknya, bisa membuat 6-10 gol dan mencetak beberapa asis di semua kompetisi yang mereka mainkan. Namun yang didapat penggemar ternyata jauh dari harapan. Lingard belum bisa membuat gol dan asis sejak memasuki tahun 2019.

Yang lebih mengenaskan lagi, catatan Lingard di Premier League ternyata belum bisa melewati pencapaian seorang Adam Johnson yang sama seperti dirinya, pernah digadang-gadang sebagai calon pemain bintang masa depan. Sejak 2012/2013 hingga 2019/2020, Lingard berhasil membuat 17 gol dan 10 asis. Akan tetapi, Johnson membuat dua gol dan tujuh asis lebih banyak dari dirinya. Yang lebih mengenaskan lagi, sejak tiga tahun lalu Johnson mendapat status sebagai narapidana. Sangat miris ketika melihat seorang narapidana saja masih mempunyai statistik gol dan asis yang sejauh ini masih lebih baik dari dirinya.

Dalam tim United yang didominasi pemain muda, percaya tidak percaya, Lingard adalah pemain tertua (non kiper) dalam tiga pertandingan beruntun United yang dimainkan sejak menit pertama. Namun senioritasnya kerap tidak muncul di atas lapangan. Yang membuat geli, para pundit dan media kerap terjebak dengan menyebut kalau mantan pemain Birmingham City ini adalah salah satu pemain muda yang dimiliki United.

Di sisi lain, gaya dan sifat narsisnya di media sosial nampaknya jauh lebih konsisten dibanding penampilannya di atas lapangan. Yang membuat penggemar United semakin gemas, Lingard seperti mendapat status Anak Emas dari Solskjaer. Sudah kontribusinya minim, dia masih tetap dipercaya oleh orang Norwegia yang kini juga mendapat banyak kritik terkait taktik dan kebijakannya.

“Saya tidak ada masalah dengan Lingard. Tim ini selalu kompak. Saya tahu Jesse tidak bisa mencetak gol dan membat asis musim ini. Namun ia tetap menjadi bagian penting dalam tim dan ia akan tetap memainkan peranan penting sepanjang musim ini. Energi yang ia suntikkan dalam tim amat dibutuhkan,” tutur Solskjaer setelah timnya dikalahkan Crystal Palace pekan lalu.

Jeritan dan opini para penggemar untuk tidak lagi memainkan Lingard sebisa mungkin tidak digubris oleh Solskjaer. Apalagi mereka baru saja dibuat geram ketika Bruno Fernandes membuat tiga asis akhir pekan lalu. Bruno adalah pemain yang masuk dalam radar Manchester United, yang diharapkan bisa mengisi peran sebagai gelandang serang. Akan tetapi, transfer ini tidak pernah dilakukan karena Bruno dianggap tidak cocok dengan skema Solskjaer dan gemar kehilangan bola.

Jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst, menyebut kalau penggemar United punya hak untuk mempertanyakan keputusan Solskjaer yang terlalu menganak emaskan Lingard. Di sisi lain, ia menyebut kalau Solskjaer terlalu loyal kepada penyelamat klub dalam final Piala FA 2016 ini.

“Pendukung berhak mempertanyakan mengapa Solskjaer tetap bertahan dengan pemain yang tidak mencetak gol di Premier League sepanjang tahun ini. Daniel James sudah mencetak gol Premier League sebanyak yang dibuat Lingard bersama Solskjaer. Bahkan Victor Lindelof dan Ashley Young memiliki gol lebih banyak darinya sepanjang 2019,” tutur Samuel Luckhurst.

“Solskjaer terlalu loyal kepada dua pemain yaitu Daniel James dan Jesse Lingard. Namun James, setelah penampilan buruk di kandang Wolverhampton, ia perlahan langsung bangkit dan berusaha membayar kepercayaan tersebut. Sementara Lingard tidak. Dicadangkan pada laga melawan Southampton nampaknya tidak terhindarkan.

Loyalitas Solskjaer kepada Lingard sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Masih ingat ketika video beans, beans, beans yang viral pada musim panas lalu? Video tersebut sempat membuat Lingard mendapat hujatan dari seantero penjuru karena tingkah lakunya. Namun Solskjaer menganggap kejadian itu dengan santai.

“Masalah video itu sudah beres. Saya adalah seseorang yang masih terjebak dengan gaya kuno dan menghargai kedisiplinan. Untuk menjadi pemain yang sukses, maka Anda punya kedisiplinan itu,” ujarnya saat itu. Namun tidak jelas apakah Lingard mendapat hukuman atau tidak.

Tidak mungkin seorang Lingard tidak tahu kalau dirinya mendapatkan hujatan dari para penggemarnya sendiri. Pemain bernomor punggung 14 tersebut mungkin sedang berusaha untuk mempersiapkan kulit yang tebal agar bisa menolak mentah-mentah kritik yang datang sembari memperbaiki performanya di atas lapangan.