Foto: Goal.com

Selain Paul Pogba, nama Jesse Lingard juga ikut terseret sebagai salah satu pemain yang tampil buruk pada pertandingan melawan Wolverhampton pekan lalu. Jika Pogba dikritik karena penalti yang gagal, maka Lingard dikritik karena kontribusinya yang dianggap nihil selama 90 menit.

Hasil imbang kemarin membuat pemain kelahiran Warrington ini meneruskan tren negatifnya yang tidak bisa mencetak gol atau membuat asis dalam lima bulan kompetisi secara beruntun. Januari 2019 adalah kali terakhir ia bisa memberi asis ketika ia dijatuhkan di kotak penalti melawan Burnley. Sejak kompetisi 2018/19 digelar, hanya satu kali Lingard berkontribusi lebih dari satu gol United yaitu pada Desember 2018 (empat gol dan dua asis).

Dengan pencapaian seperti itu, maka tidak heran jika banyak yang mengecam Lingard. Meski kompetisi musim 2019/20 masih cukup panjang. Namun ia dianggap sudah tidak pantas lagi menyandang peran utama dalam skuad United arahan Solskjaer. Kritik demi kritik berdatangan. Hingga yang paling ekstrem adalah permohonan untuk menjualnya ke klub lain.

“Sepanjang 2019 Lingard hanya punya satu asis. Namun entah kenapa ia selalu dimainkan setiap pertandingan. United menginginkan pemain seperti Bruno Fernandez dan mereka merasa baik-baik saja tanpa membeli pemain (tengah) mana pun,” tutur akun @LiamPaulCunning.

“Lingard tidak memberikan apa pun kepada tim ini selain berlari dan menekan. Kami butuh peningkatan,” tutur penggemar lain dengan akun @venusakingba.

Kritikan dan kecaman memang makanan sehari-hari bagi pemain yang pernah empat kali dipinjamkan ini. Selain karena skill sepakbolanya yang dianggap pas-pasan, ia juga dicerca soal penampilannya di luar lapangan yang dianggap berlebihan dan terlalu banyak gaya. Lingard sendiri memang memiliki aktivitas lain yaitu sebagai seorang pengusaha Clothing Line dan YouTuber aktif. Video terbarunya bahkan baru saja diunggah lima hari lalu tentang jerseyjersey yang pernah ia miliki.

“Apa yang bisa dilihat dari Lingard di media sosial adalah tentang Clothing Line, tariannya, serta jalan-jalan ke Las Vegas. Namun realitanya ia baru mencetak dua gol musim ini. Bagaimana bisa pemain yang berada di posisi yang ia mainkan baru membuat dua gol namun bisa bergaya seolah-olah dia mencetak gol?” kata Paul Ince setelah United dikalahkan Liverpool, 2018 lalu.

Lebih Dari Sekadar Gol dan Asis

Mudah memang untuk menghakimi Lingard sebagai pemain yang buruk hanya karena tidak bisa mencetak gol dan membuat asis. Hal ini serupa ketika ada orang yang mengkritik Jorginho karena belum membuat asis meski mencatat umpan lebih dari 1000 atau ketika kita mengkritik Jordan Henderson dan Sergio Busquets hanya karena sering melakukan backpass dan mengumpan ke samping kiri dan kanan.

Namun apa yang dianggap buruk oleh para penggemarnya belum tentu sama dengan apa yang dipikirkan manajer. Jorginho, Henderson, dan Busquets, yang dianggap buruk ternyata adalah pemain penting bagi timnya menurut manajer mereka masing-masing. Hal serupa juga terjadi dalam kasus Lingard.

Sejak kembali dari pinjaman pada 2014, Lingard kini mengumpulkan 169 penampilan serta berkontribusi dalam 47 gol United hingga musim ini (29 gol dan 18 asis). Per musimnya, Lingard bisa melahap 40 pertandingan. Pengecualian untuk musim lalu ketika ia hanya membuat 36 penampilan saja.

Eksisnya Lingard di skuad utama juga bukan karena faktor Ole Gunnar Solskjaer semata yang menyukai pemain Inggris. Ia sudah menjadi pemain penting bahkan sejak United dipegang Louis van Gaal. Manajer asal Belanda ini yang memberikan Lingard kesempatan menjadi pemain utama. Bahkan musim terbaiknya muncul ketika United ditangani oleh Jose Mourinho. Dari sini terlihat betapa Lingard begitu disukai ketiga manajer tersebut meski kita menganggapnya sebagai pemain yang tidak punya kemampuan alias mentok.

Meski bermain di lini depan, Lingard sebenarnya tidak memiliki posisi baku. Ia bisa ditempatkan di mana saja entah itu sebagai winger atau sebagai attacking midfielder. Versatilitas posisi ini yang begitu disukai oleh para manajer United yang memungkinkan Setan Merah bisa menyerang dari segala sisi di lini depan.

Tifo Football mencatat ada empat kelebihan Lingard yang membuatnya terus dimaksimalkan oleh Mourinho sepanjang era kepelatihannya. Keempat aspek itu antara lain kemampuannya bermain di banyak posisi, kemampuannya beradaptasi dalam taktik lawan, mematikan kreativitas serangan lawan, serta mencari ruang dan peluang untuk serangan timnya.

Dalam skema Ole Gunnar Solskjaer yang memainkan 4-3-3 atau 4-2-3-1, Lingard kerap dimainkan sebagai Attacking Midfielder di belakang tiga pemain depan. Namun perannya di atas lapangan seperti pemain yang bertipe penjelajah alias tidak memiliki posisi yang statis.

Lingard akan menjadi penghubung dari dua pemain tengah United yang akan melancarkan umpan-umpan vertikal ke lini depan. Memanfaatkan kecepatan yang ia punya, Lingard akan turun menjemput bola sebelum mengkreasikan peluang untuk para pemain depannya.

Kecepatan Lingard dalam melakukan trackback juga berguna untuk mematikan serangan lawan melalui Tactical Foul atau menutup ruang saat lawan melakukan transisi. Dimensi ini yang membuat mengapa ia terus menerus dimainkan meski secara skill dia tidak disukai banyak penggemarnya. Apalagi ia dibekali dengan kecepatan dan etos kerja yang tinggi.

***

Jika berkaca dari kemenangan United melawan Chelsea pada pekan pertama, dua gol United yang dibuat Martial dan Rashford ada andil dari seorang Lingard yang mampu mengeksploitasi ruang. Pada proses gol kedua, Lingard memanfaatkan kecepatannya untuk membuka ruang di area half space sebelah kiri Chelsea. Untuk gol ketiga, ia yang memberi umpan kepada Pogba untuk diteruskan kepada Rashford.

Ini juga yang menjadi alasan mengapa Gareth Southgate lebih mempercayai Lingard ketimbang Dele Alli saat Inggris bermain pada Piala Dunia 2018 lalu. Gelandang Spurs tersebut bahkan diminta untuk mengalah demi mengakomodasi kemampuan Lingard meski Alli mempunyai catatan key pass yang jauh lebih baik dari Lingard.

Sah-sah saja jika para penggemar United begitu muak jika melihat Lingard yang seolah mentok dan tidak bisa melakukan apa-apa di atas lapangan. Namun apa yang tidak kita sukai belum tentu semua orang juga tidak suka. Kita bisa membenci Lingard, namun Ole nampaknya tidak akan pernah mau menghilangkan namanya sebagai pemain utama (kecuali cedera atau akumulasi kartu). Jadi, jangan heran kalau Lingard akan selalu bermain sebagai starter di setiap laga United musim ini.

Beans..beans…beans..