Kisah Piala Dunia pertama David De Gea berakhir tragis. Datang dengan status sebagai penjaga gawang terbaik Premier League, nyatanya ia tidak bisa membendung serangan-serangan yang datang dari lawan-lawannya. Enam gol bersarang dari tujuh tembakan yang ia terima sepanjang turnamen.

De Gea pulang dengan status yang terbilang memalukan. Ia adalah kiper dengan rasio penyelamatan terburuk diantara penjaga gawang lainnya di Rusia. Saat menghadapi Rusia yang menjadi akhir dari perjalanan Spanyol maupun De Gea, ia kembali gagal menghalau satu-satunya tembakan tepat sasaran Rusia yang berasal dari penalti Artem Dzyuba.

Ia pun tidak sanggup ketika menghadapi babak adu penalti. Dari empat tembakan, tidak ada satupun yang berhasil ia gagalkan. Ia sebenarnya sempat menahan tembakan pertama dari Fedor Smolov, akan tetapi tembakan pemain dari Krasnodar tersebut terlalu keras.

Baca juga: Pembelaan untuk David De Gea

Berbicara soal penalti, De Gea terbilang lemah jika membahas aspek tersebut. Ia gampang sekali terkecoh ketika menghadapi sepakan 12 pas. Ketika melawan Rusia, ia selalu bergerak ke satu arah yaitu sebelah kanan (atau kiri dari sudut pandang penendang). De Gea pun juga bergerak ke arah yang sama ketika menghadapi sepakan Dzyuba pada waktu normal. Hal ini pun membuat De Gea menjadi bulan-bulanan para pendukung Spanyol.

Dilansir dari Transfermarkt, De Gea memang memiliki kelemahan ketika berhadapan dengan situasi penalti. Sepanjang kariernya, ia baru bisa menggagalkan 11 dari 44 penalti yang ia terima alias hampir 60 persen, sepakan lawan selalu lancar masuk ke gawangnya.

Jika hanya menghitung karier De Gea selama di Setan Merah, ia hanya berhasil menahan empat penalti saja dari 26 sepakan penalti yang didapat United sejak 2011. Sisanya, 21 tendangan mulus masuk ke gawang sementara satu membentur tiang gawang yang berasal dari tendangan Steven Gerrard.

Empat pemain yang penaltinya bisa diblok oleh De Gea berasal dari kaki Robin Van Persie, Leighton Baines, Romelu Lukaku, serta Roman Eremenko. Semuanya berhasil digagalkan ketika sepakan tersebut mengarah ke kanan De Gea.

Baca juga: Jangan Samakan David De Gea dengan Karius!

Sebelum menghadapi Rusia, De Gea juga pernah menghadapi babak adu penalti saat United menghadapi Sunderland pada semifinal Piala Liga 2013/14. Yang menarik, ia justru melakukan variasi dalam membaca arah bola dan tidak condong bergerak ke satu arah. Dua dari sepakan para pemain Black Cats berhasil ia gagalkan, satu ketika bergerak ke kanan dan satu lagi ketika ia bergerak ke kiri.

Entah apa yang membuat De Gea sering bergerak ke kanan saban mendapat penalti. Namun, jika melihat kecenderungan penyelamatan yang ia buat, maka besar kemungkinan hal ini dikarenakan kebiasaan dia yang kerap melakukan penyelamatan melalui Opposite hand.

Dilansir dari SeriousGoalkeeping, Opposite hand adalah penyelamatan yang dilakukan dengan top hand atau bagian atas tangan dari penjaga gawang ketika terbang. Secara eksplisit, Opposite hand berarti menepis bola yang mengarah ke gawang dengan tangan yang berlawanan.

Contoh gamblang Opposite hand terlihat ketika United menahan Liverpool 0-0 2016 lalu. Ketika itu De Gea menepis keluar bola sepakan Philipe Coutinho menggunakan tangan kanan meski bola saat itu ditembak Coutinho ke arah kiri De Gea. Hal serupa juga ia lakukan ketika menahan tembakan Brian Oviedo ketika United mengalahkan Everton pada 2014.

Sayangnya, Opposite hand ini hanya berguna ketika menghadapi bola yang mengarah ke pojok atas gawang. Penjaga gawang akan sulit melakukan penyelamatan dengan tangan yang berlawanan ketika menghadapi bola yang diarahkan rendah.

Hal ini yang mungkin terjadi kepada De Gea ketika menghadapi adu penalti kemarin. Bisa jadi kecenderungan dia bergerak ke kanan dikarenakan tangan kanannya jauh lebih kuat dan lebih terlatih karena terbiasa melakukan Opposite hand tersebut.