Pada final Piala Dunia 1950, Brasil dikejutkan dengan kekalahan mereka di Maracana atas Uruguay. Kekalahan yang tidak diinginkan tersebut membuat masyarakat Brasil mencari Kambing Hitam. Pilihan mereka jatuh kepada nama Moacir Barbosa karena dialah penjaga gawang tim samba. Masyarakat Brasil merasa kalau saja Moacir bisa menahan bola maka tragedi Maracana tidak akan terjadi.

Sejak kejadian itu, kehidupan Moacir berubah. Orang-orang yang mengenalnya mulai memasang wajah sinis. Seorang Ibu sampai hati berkata kepada anaknya kalau Moacir adalah orang yang membuat Brasil menangis. Kejadian ini membuat Brasil memiliki kebijakan kalau orang berkulit hitam dilarang menjadi penjaga gawang tim nasional. Masa bodo mereka dianggap rasis, tapi dengan cara ini Brasil berhasil meraih lima gelar juara dunia. Sementara Moacir meninggal dunia pada tahun 2000 dengan status sebagai pecundang.

***

18 tahun setelah meninggalnya Moacir, rakyat Spanyol mencibir penjaga gawang mereka saat bermain imbang 3-3 melawan Cristiano Ronaldo. Fisht Stadion di kota Sochi menjadi awal dari mimpi buruk perjalanan David De Gea di Piala Dunia. Bagi pendukung La Roja, dialah penyebab hilangnya tiga poin yang sudah di depan mata. Seandainya bola tendangan Ronaldo pada gol kedua bisa ditangkap dengan lengket olehnya maka Spanyol saat ini ada di puncak klasemen sementara bersama Iran.

Apa yang terjadi kepada De Gea menegaskan kalau menjadi penjaga gawang adalah tugas yang paling tidak enak dalam sepakbola. Bayangkan saat rekan-rekan setim anda merayakan gol yang tercipta, anda hanya bisa berdiri diam di bawah gawang merasakan betapa sepinya suasana di sekitar Anda. Sebaliknya, saat penjaga gawang membuat kesalahan maka sorot mata akan selalu memandang si penjaga gawang dengan tatapan negatif.

Tidak sedikit para penggemar United yang juga ikut memberi kritik kepada Pria 27 tahun tersebut. Banyak dari mereka yang takut kalau di Premier League musim depan De Gea berpeluang untuk membuat kesalahan serupa. Padahal, De Gea bermain apik di United justru ketika Setan Merah diperkuat dua bek yang kualitasnya jauh di bawah level Gerard Pique dan Sergio Ramos.

Momen memalukan di Sochi membuat penampilan De Gea selama tujuh musim di United menjadi tidak ada artinya. Aksinya menepis bola dengan kaki serta penyelamatan sambil terbang yang sering ia tunjukkan sekarang mulai dilupakan. Yang paling kejam tentu saja saat namanya mulai muncul dalam bentuk meme yang membanding-bandingkan dirinya dengan Loris Karius yang sebelumnya menjadi headline di beberapa media terkait kesalahan konyolnya.

Beruntung De Gea punya kawan yang memberikan dukungan kepadanya. Bahkan Jose Mourinho rela untuk berganti peran dari pundit Piala Dunia menjadi manajer United hanya untuk menjadi tidak netral demi membela anak didiknya tersebut.

“David adalah anak asuh saya. Kesalahan yang ia buat memang sangat buruk. Bersama kami (United), ia tidak pernah melakukan itu. Hal seperti ini sering terjadi kepada pemain lain. Ia adalah orang yang kuat dan akan kembali tampil tanpa rasa takut.”

Para kritikus merasa kalau De Gea tidak boleh melakukan kesalahan hanya karena dia adalah kiper terbaik di Premier League musim lalu. Padahal, hampir semua penjaga gawang hebat di dunia menjadi besar karena sebuah kesalahan yang bahkan konyol sekalipun. Manuel Neuer dan Gianluigi Buffon adalah dua penjaga gawang yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di muka bumi ini. Apakah keduanya tidak pernah membuat blunder?

Pada Bundesliga musim 2014/2015, Bayern Munich kalah secara mengejutkan di Allianz Arena oleh Borussia Moenchengladbach dengan skor 0-2. Penyebabnya adalah kesalahan konyol Neuer saat menangkap sepakan kencang Raffael. Gaya dan posisi Neuer saat itu sama dengan apa yang terjadi kepada De Gea di Sochi hanya saja yang berbeda adalah guliran bolanya.

Gianluigi Buffon bahkan melakukan hal yang lebih konyol lagi di kualifikasi Piala Dunia 2018. Keputusannya meninggalkan kotak penalti justru menyebabkan dirinya terpeleset dan membuat Vitolo dengan tenang menceploskan bolanya. Seandainya tidak ada kejadian itu, bukan tidak mungkin Italia ada bersama Spanyol di Rusia saat ini.

Hal ini memperlihatkan kalau sebagus apapun penjaga gawang yang anda miliki bukan tidak mungkin mereka akan melakukan kesalahan suatu hari nanti. Menyindir De Gea dengan membandingkan dirinya dengan Neuer hanya karena tidak pernah melakukan kesalahan pun terlihat seperti usaha yang mengada-ngada.

Lagipula kesalahan konyol di Sochi bukan kali ini saja terjadi kepada De Gea. Old Trafford pernah menjadi saksi saat usahanya menangkap sepakan Phil Bardsley pada semifinal Piala Liga 2014 berbuah gol penyeimbang untuk Sunderland. Kejadiannya bahkan membuat fans United patah hati karena terjadi pada menit terakhir babak perpanjangan waktu yang membuat tiket otomatis ke Wembley melayang.

Setelah kesalahan tersebut, De Gea bangkit dan bahkan tidak pernah mengalami kejadian konyol seperti itu. Ia kemudian meraih empat penghargaan pemain terbaik, empat kali masuk skuad terbaik, dan menjadi penjaga gawang terbaik sebelum sepakan kencang Cristiano Ronaldo membuat De Gea harus mengasah kembali kemampuannya menjaga gawang.

Hujatan para pendukung Spanyol seharusnya disikapi dengan perasaan lega oleh fans United. Hal ini bisa saja mengubah pendirian De Gea yang beberapa kali diterpa isu kalau ia akan pulang kampung ke kota Madrid.

“Saya tidak melihat orang-orang di Spanyol mendukung saya. Di saat-saat sulit seperti inilah saya ingin melihat dukungan dari mereka. Di Inggris, saya dihargai begitu tinggi. Old Trafford menerima saya dengan ramah yang membuat saya merinding,” ujar De Gea ketika ia dihujat karena kesalahannya ketika Spanyol beruji coba melawan Argentina tiga bulan lalu.

Hari ketika De Gea membuat kesalahan bertepatan dengan kabar yang menyebut kalau dirinya siap menandatangani perpanjangan kontrak bersama United selama lima tahun ke depan. Bukan tidak mungkin, hujatan yang ia terima dari warga Spanyol membuat ia berpikir dua kali untuk bermain dengan juara Liga Champions dan memilih mempertahankan karier dengan kesebelasan yang prestasinya tidak jelas beberapa musim terakhir seperti United.

Kesalahan yang dilakukan De Gea belum sepenuhnya menutup langkah Spanyol. Mereka masih punya dua laga lagi dan berkesempatan untuk lolos ke fase gugur. Jauh lebih baik membuat kesalahan di penyisihan lalu tampil apik di partai puncak ketimbang tampil apik di penyisihan namun membuat kesalahan konyol di partai final. Dua kali pula.