Foto: Mirror

Reaksi setelah menderita kekalahan dari RB Leipzig tidak muncul. Derby Manchester ke-183 berakhir dengan skor imbang tanpa gol. Tidak ada gol, tidak ada drama. Kedua kesebelasan bermain seperti bukan dua kesebelasan yang memiliki rivalitas tinggi. Peluang-peluang berbahaya juga tidak banyak yang muncul sehingga menimbulkan indikasi kalau keduanya cenderung bermain aman.

Kecenderungan mencari imbang terlihat dari reaksi kedua pelatih setelah pertandingan. Baik Ole dan Pep Guardiola tidak terlalu kecewa. Mereka memilih untuk melihat pertandingan ini sebagai kesuksesan mendapat satu poin alih-alih merasa kehilangan dua poin.

“Inilah pertandingan terbaik saya selama saya menghadapi City, hanya hasilnya yang tidak baik,” kata Ole Gunnar Solskjaer. Begitu juga dengan Pep Guardiola yang menyebut kalau timnya sudah bermain baik.

Satu hal yang menurut Ole terbaik adalah kesuksesan United kembali membuat clean sheet ketika melawan City. Sejak Andreas Pereira mencetak gol ke gawangnya sendiri, belum ada pemain City yang bisa mencetak gol ke gawang United dalam tiga pertandingan berturut-turut.

Lini pertahanan United bermain sangat baik pada pertandingan kemarin. Tidak ada kesalahan mendasar layaknya laga melawan RB Leipzig tengah pekan lalu. Kuartet lini belakang ini penuh konsentrasi dan sukses mematikan trio Sterling, Mahrez, dan Jesus. Mereka bermain kompak, pandai membaca pergerakan pemain City, dan pressing mereka juga berjalan dengan baik.

Kekompakan lini belakang ditolong oleh dua double pivot mereka McTominay dan Fred. Ketika Wan Bissaka naik atau berduel dengan Sterling, McTominay akan mengisi kekosongan di sana. Inilah yang membuat serangan City macet meski Cancelo atau De Bruyne akan membantunya. Hal serupa juga terjadi di sisi sebaliknya. Fred akan membantu Shaw ketika Mahrez mencoba mengacak-acak lini belakang mereka.

Kesuksesan United untuk tidak kebobolan memang bukan sekadar dari permaina City yang buruk. Ada andil luar biasa dari koordinasi antar pemain Setan Merah ketika menggalang lini belakang.  Inilah yang membuat tim tamu begitu kelabakan ketika meladeni pressing Manchester United. Semua pemain depan United yang biasanya asal saja dalam memberi tekanan, kini berhasil menekan lawannya dengan pressing yang jauh lebih terstruktur. Bahkan mereka sukses membuat Ederson melakukan kesalahan meski kemudian peluang yang dieksekusi Paul Pogba tidak begitu berbahaya.

Sayangnya, keberhasilan membangun lini belakang yang solid tidak diimbangi dengan membangun serangan yang baik. Inilah yang membuat permainan United dianggap membosankan karena minimnya peluang yang hadir. Membaik tapi nanggung. United sukses bertahan dengan baik, namun ketika mereka mencoba membangun serangan mereka mendapat kendala yang sebenarnya cukup dasar. United kerap kehilangan sentuhan bola, salah umpan, atau salah mengambil keputusan.

Kombinasi Bruno dan AWB pada babak pertama sudah berjalan dengan baik. Namun, final pass dari Bruno terlalu lemah. Beberapa kali juga United punya kesempatan melakukan fast break. Namun, beberapa kali pula para pemain United memilih untuk memberi umpan ke samping saat mereka punya kesempatan untuk memberi bola langsung ke depan.

Jauhnya jarak antar pemain, khususnya pemain tengah ke pemain depan, juga menjadi kendala United ketika membangun serangan. Inilah yang membuat para pendukung United gemas karena melihat pemainnya bingung mau memberi bola ke arah mana.

Segemas-gemasnya pendukung United melihat permainan timnya, Ole Gunnar Solskjaer masih gembira dengan satu poin ini. Setidaknya ia kembali tidak kalah ketika melawan tim yang bisa menjadi pesaing mereka untuk mengejar empat besar atau bahkan gelar juara.

Satu hal positif yang tercermin dari permainan United adalah betapa United sebenarnya tidak kekurangan kualitas. Khususnya di lini belakang yang mulai mendapat kritikan setelah hasil melawan RB Leipzig. Dengan penampilan solid ketika melawan City menanadakan kalau mereka bisa bermain bagus sebagai sebuah unit. Hanya, penampilan bagusnya ini tidak selalu muncul di setiap pertandingan.