Gol Jesse Lingard memastikan United kembali main di Liga Champions musim depan. (Foto: Twitter Man United)

Tiket yang dinanti-nanti itu akhirnya datang juga. United sah mendapat satu tiket ke Liga Champions melalui jalur liga setelah menang 2-0 dalam laga terakhir musim ini melawan Leicester City. Kemenangan yang diraih berkat penalti Bruno dan sebuah gol istimewa dari Jesse Lingard.

Host laga tersebut di Mola TV yaitu Paul Dempsey menyebut kalau United tidak menunjukkan permainan yang baik semalam. Akan tetapi, Paul juga menambahkan kalau di tengah penampilan mereka yang biasa saja tersebut, United mendapat hasil yang mereka cari yaitu kemenangan.

Sulit untuk tidak sepakat dengan ucapan Paul. Permainan United cenderung kurang menggigit pada babak pertama. Mirip-mirip lah dengan laga melawan West Ham United beberapa hari sebelumnya. United tetap kesulitan untuk mencari peluang melalui kombinasi umpan-umpan pendek di jarak sempit yang menjadi kelebihan mereka.

Bagaimana dengan serangan dari sayap? Behh…ini lagi ditanya. Sepanjang 90 menit, United hanya tujuh kali melepaskan umpan silang. Semuanya dari sisi kanan dan semuanya tidak menghasilkan peluang berarti. Sisi kiri bahkan tidak agresif sama sekali.

Serangan United hanya mengalirkan bola lewat tengah yang kemudian banyak mengalami kendala. Mulai dari segi akurasi, penempatan posisi, dan kesalahan individu. Ketika mendapat peluang, maka penyelesaian akhirnya buruk. Expected Goals mereka hanya 0,33. Inilah yang membuat penampilan mereka cenderung membosankan pada separuh pertandingan.

Hanya satu tendangan ke gawang dari United menandakan betapa suramnya permainan mereka. Wartawan Manchester Evening News, Samuel Luckhurst, menyebut kalau Ole cukup marah dengan penampilan Bruno dan Martial yang pergerakannya cenderung lambat sepanjang babak pertama. Begitu pula dengan Rashford yang sejak kembali dari cedera belum menunjukkan performa yang bagus. Hal ini juga ditambah dengan kurangnya Support dari segala lini yang membuat permainan United hanya berkutat di tengah dan beberapa kali memilih memainkan passing aman ke samping maupun ke belakang.

Leicester sendiri sebenarnya lebih banyak memegang kendali ketimbang United. Terutama pada babak kedua. Namun, mereka hanya bermain menunggu dan mengincar serangan balik melalui kecepatan Vardy dan Iheanacho. Sayangnya, end passing dan penyelesaian akhir mereka cenderung berantakan. Padahal, mereka memiliki banyak momen yang bisa digunakan untuk membuka keunggulan seperti tendangan Iheanacho yang ditepis, dan tendangan Youri Tielemans yang melebar.

Menurut Statsbomb, Leicester sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan dari segi serangan dan pertahanan sejak bulan Februari. Dua masalah ini yang kemudian berhasil diselesaikan oleh United. Dua gol yang sebenarnya bisa tidak terjadi seandainya mereka tidak membuat kesalahan.

United benar-benar beruntung memiliki Bruno Fernandes. Sebelum mengecoh Kasper Schmeichel, ia mengirimkan bola matang kepada Martial yang menghasilkan pelanggaran. Ketepatan dan timing Bruno melepas umpan membuat Martial terpaksa harus dilanggar oleh Evans dan Morgan. Pada momen tersebut, terlihat penurunan kualitas pertahanan Leicester sebelum ditegaskan melalui kesalahan konyol Kasper Schmeichel yang gagal mengecoh Jesse Lingard. Beberapa hari sebelumnya, anak Peter Schmeichel ini memberi dukungan kepada De Gea yang sedang dihujat karena sering melakukan blunder.

Sebuah keputusan yang tepat bagi Ole memainkan Lingard mengingat pemain ini punya kemampuan menekan lawan dengan baik. Hasilnya, kiper sekelas Kasper Schmeichel pun tidak kuasa untuk menipu pemain yang pernah bermain bersama pada musim 2012/2013.

Berbeda dengan Leicester, lini belakang United tampil cukup rapi pada pertandingan kali ini. Khususnya Victor Lindelof yang sukses mencatatkan 100 persen menang duel udara dan tekel. Ia juga melakukan lima recoveries ball dan membuat tiga sapuan serta dua intersep.

Kedua kesebelasan sama-sama tidak menunjukkan penampilan yang baik pada laga kemarin. Namun, United tertolong berkat kesalahan individu para pemain Leicester yang membuat mereka bisa menang dengan skor 2-0. Selain itu, United juga dibantu oleh pertahanan mereka yang tampil cukup solid sepanjang 90 menit.

Bagi United, menyelesaikan liga pada posisi tiga jelas sebuah pencapaian yang bagus. Terutama jika melihat kembali perjalanan mereka pada awal musim dan kelelahan yang mereka rasakan ketika kompetisi ini bergulir kembali.

United tidak boleh dilanda euforia yang berlebihan mengingat 10 hari dari sekarang, mereka akan kembali bermain pada ajang Liga Europa. Sekarang, Setan Merah bisa fokus untuk meraih gelar ini untuk kedua kalinya. Jeda waktu yang panjang ini diharapkan bisa membuat Ole Gunnar Solskjaer kembali membangkitkan permainan United agar tidak lesu lagi seperti dalam beberapa pertandingan terakhir.